Pelayanan Perdana Yesus atas Keluarga di Kana

Bible Text: Yohanes 2:1-11 | Series: Pelayanan Yesus

Yesus memulai pelayananNya setelah dewasa. Orang yang telah dewasa harus dapat melayani, diawali dari keluarga. Budaya orang Yahudi mirip dengan suku Batak Toba yang suka pesta dan Yesus diundang untuk menghadiri pesta pernikahan di Kana, Galilea. Dalam hidup ini kita harus bisa bermasyarakat, bersuka dengan orang yang bersuka dan turut berduka dengan orang berduka (Roma 12 : 15).

Yesus tidak hanya menghadiri pesta nikah, beberapa kali Alkitab mencatat Ia berada pada penguburan beberapa orang, di antaranya penguburan pemuda di kota Nain, anak seorang janda ( Lukas 7 : 11 – 17 ). Bahkan, menghadiri upacara duka jauh lebih berarti daripada pergi ke rumah pesta, sebagaimana dikatakan Raja Salomo yang penuh hikmat itu:  “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.” (Pengkhotbah 7 : 2)

 

Yesus menjadi berkat  di Pesta Adat Pernikahan

Yesus tidak anti terhadap adat, tetapi menjadi berkat dalam pesta adat.  Yesus memakai enam tempayan yang memang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi ( Yohanes 2:6) sebagai sarana atau wadah untuk mencukupkan anggur karena mereka kekurangan dan kehabisan anggur.   Banyak orang malu memakai adat daerahnya, dan kemudian ganti adat dengan memakai budaya orang lain. Rasul Paulus memberi nasihat supaya menegor orang-orang yang tidak beradat. Dalam 1 Tesalonika 5 : 14 (bahasa Batak Toba) disebutkan: ”Alai huapoi hami ma hamu angka na so maradat, apuli hamu angka siotik roha, anju hamu ma angka na gale, lambas ma roha muna dompak saluhutna.”

Orangtua juga harus dapat memberi nasihat yang bijak dan sesuai dengan arahan Firman Tuhan. Sebagai contoh, banyak orang yang salah mengerti tentang ”ziarah” dalam kitab Mazmur. Nyanyian ziarah yang dimaksud adalah ”ende hananangkok” bukan ziarah dalam arti pergi ke kuburan. Rasul Paulus menasihatkan bahwa yang terpenting adalah bagaimana keadaan kita selagi hidup, kita hidup untuk Tuhan karena itu yang menentukan keselamatan kita.

 

Suami harus menjadi berkat dalam keluarga

Di pesta perjamuan kawin di Kana, Yesus menjadi berkat dengan merubah air perigi ( air sumur ) menjadi air anggur karena dalam pesta itu terjadi kekurangan anggur sampai kehabisan anggur. Bagi orang Yahudi, kekurangan anggur bisa membuat yang punya pesta mendapat malu. Namun Maria, menyerahkan persoalan itu kepada Yesus, sehingga terjadi mujizat.

Suami harus menjadi berkat, mampu menghadirkan mujizat sebagai simbol dari Kristus. Dalam Efesus 5: 31-32 disebutkan bahwa rahasia pernikahan itu besar di mana Kristus sebagai suami dan isteri ( mempelai wanita ) adalah gereja. Suami menyinarkan gambaran kemuliaan Allah ( 1 Korintus 11 : 7 ).

Para suami harus berdoa sebagai imam dalam keluarga sehingga terjadi mujizat. Ribka lama mandul dan belum mempunyai anak, tetapi Ishak berdoa untuk isterinya itu sehingga mengandung dan melahirkan anak kembar, yang kemudian diberi nama Esau dan Yakub ( Kejadian 25 : 19 – 23 )

Namun banyak para suami malu berdoa, padahal semua orang percaya diberi mandat untuk berdoa, meletakkan tangan atas orang sakit hingga sembuh ( Markus 16 : 17 – 18 ).

 

Tumpang tangan orangtua untuk memberkati anak cucu

Orang Israel sangat suka memberkati dengan menumpangkan tangan di atas kepala anak-anak dan cucu mereka, mendoakan mereka agar diberkati menjadi orang yang pintar, berani. Bahkan mengharapkan mereka menjadi laskar yang siap menang di medan peperangan dan kembali dengan selamat. Amat kontras dengan di masyarakat kita, banyak ortangtua yang suka memarahi dan memukuli anaknya.

Yakub di masa tuanya memberkati dan menubuatkan masa depan anak-anaknya dan juga memberkati cucunya secara khusus.  Kedua anak lelaki dari Yusuf yaitu Manaye dan Efraim dan Manasye yang merupakan cucu Yakub diberkati dengan tangan bersilang, tangan kanan Yakub di atas kepala Efraim , walaupun dia yang bungsu dan tangan kirinya di atas kepala Manasye. Keduanya menjadi bangsa yang besar, keturunan Manasye, itulah Inggris Raya. Di kemudian hari kita melihat bendera Inggris Raya seperti tangan bersilang dan keturunan Efraim, seperti yang dinubuatkan Yakub:: "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa." ( Kejadian 48 : 19 ). Ini menunjuk kepada USA (United States of America) yang menjadi kumpulan dari banyak negara bagian dan menjadi ”polisi dunia”, negara adidaya yang disegani dunia. Doa orangtua sangat mempengaruhi masa depan anak cucu. Mari belajar berdoa dan memberkati mereka!

Usia 30 Tahun, Yesus Memulai Pelayanan

Bible Text: Lukas 3:23 | Series: Pelayanan Yesus

Yesus memulai pelayanan pada usia 30 tahun, setelah dibaptis di Sungai Yordan. Injil Matius mencatat silsilah Yesus dari keluarga ibuNya, Maria ( Matius 1 : 1-17 ), sedangkan oleh Lukas silsilah Yesus dicatat dari pihak keluarga Yusuf. Bagi masyarakat Yahudi, usia 30 tahun adalah usia yang dianggap telah dewasa baik secara fisik dan psikis, sehingga bisa diberi tanggungjawab dalam memangku jabatan dan pelayanan.

Kitab Kidung Agung baru bisa dibaca bagi orang Yahudi yang sudah berumur 30 tahun. Orang yang mau memulai pelayanan  harus rajin membaca Aliktab. Firman Allah adalah perkataan Allah yang penuh kuasa yang menopang keberadaan kita, termasuk menopang kita sehingga diberi kemampuan untuk melayani. Memang usia tinggi bukan jaminan seseorang sudah dewasa secara pemikiran. Mungkin fisiknya memang dewasa, tetapi secara psikis belum dewasa, emosionalnya belum dapat dikendalikan dengan baik. Karena itu kita harus terus bertumbuh  hingga mencapai kedewasaan rohani.

 

Mencapai Kedewasaan Penuh Dalam Kristus

Untuk menjadi dewasa secara rohani, kita harus bertumbuh,  tidak cukup hanyalahir baru saja, tetapi juga harus mengalami hidup baru, mengalami sunat rohani, duduk di rumah Tuhan mendengarkan pengajaran-Nya, sehingga kita mencapai tingkat kedewasaan rohani yang penuh. Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menasihatkan agar jemaat di Efesus memahami peranan dan fungsi lima jawatan yang berbeda ( rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru ) untuk memperlengkapi pelayanan, sampai semua mencapai  kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, mencapai tingkat kedewasaan penuh yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dengan demikain tidak lagi menjadi kanak-kanak rohani yang gampang diombang-ambingkan oleh permaian palsu manusia, tetapi dengan teguh senantiasa berpegang pada kebenaran di dalam kasih, bertumbuh di dalam segala hal ke arah Yesus Kristus yang adalah kepala ( Efesus 4 : 11-15 ). Dengan melakukan hal yang demikian,  semua jemaat diikat menjadi  satu oleh  pelayanan semua bagiannya , sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

 

Dewasa dalam Pemikiran

Sifat  kanak-kanak yang menonjol adalah mau menang sendiri dan suka berselisih. Rasul Paulus sering menegor jemaat yang berselisih dan membuat kelompok-kelompok tersendiri dan menegur mereka tidak dewasa. Anak-anak juga belum matang secara emosional, mereka belum dapat menentukan untuk memilih dengan pertimbangan yang tepat, mau mendapat apa yang mereka lihat. Tapi anak-anak meski belum dewasa secara psikis, namun punya kelebihan: gampang berdamai  dan tidak menyimpan  atau mengingat kesalahan temannya. Kepada jemaat di kota Korintus, Paulus menasihatkan agar jangan seperti anak-anak dalam pemikiran, tetapi menjdi anak-anak dalam kejahatan, tetapi menjadi orang dewasa dalam pemikiran ( 1 Korintus 14 : 20 ).  Orang yang dewasa dalam pemikiran tahu membedakan mana yang baik dan yang jahat sehingga tidak asal menerima sesuatu dari sumber yang tidak jelas.

 

Orang Dewasa Punya Indra Yang Terlatih

Anak kecil makanannya masih terbatas, belum bisa yang keras dan pedas, karena  indra mereka belum bisa menerimanya. Anak-anak biasanya suka yang manis-manis seperti permen atau bon-bon.  Namun orang yang dewasa malah tidak merasa enak bila dihidangkan makanan tanpa sambal. Secara rohani juga demikian, salah satu sifat anak-anak adalah suka disanjung, kalau boleh dengan kata-kata manis, tetapi akan marah bahkan merajuk kalau ditegur. Banyak juga orang yang sudah puluhan tahun mengikut Tuhan tetapi masih tetap kanak-kanak rohani, sebagaimana dikatakan oleh rasul Paulus dalam Ibrani 5 : 12-14  ”Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” Orang yang dewasa secara rohani mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik, tidak asal menerima sesuatu dari sumber yang tidak jelas.

 

Orang Dewasa harus dapat bersatu untuk menjadi Mitra dan Mempelai Kristus

Tanda kedewasaan seseorang salah satunya adalah dapat bersatu dengan orang lain. Mengapa harus bersatu? Supaya tidak lumpuh secara rohani. Ketika Yesus berada di Kapernaum, banyak orang berkumpul untuk mendengarkan Firman sehingga tidak muat dalam rumah itu. Sementara ia memberitakan Firman kepada mereka , ada orang lumpuh yang digotong empat orang dankemudian diturunkan dari atap rumah dan orang lumpuh itu diampuni dosanya dan  kemudian sembuh ( Markus 2 :  1 – 12 ). Karena itu kita juga harus mau bersatu dengan orang lain, tidak hanya beribadah pada Ibadah Umum di hari Minggu tetapi bersatu juga dalam Ibadah Keluarga, Ibadah Doa, Ibadah dalam wadah pelayanan. Anak-anak juga belum siap untuk menikah, mereka harus lebih dahulu dewasa secara fisik dan psikis. Demikian juga gereja harus bertumbuh jadi dewasa sehingga dapat dipertunangkan sebagai perawan suci yang menjadi mempelai Kristus ( 2 Korintus 11 : 2 ). Kita juga harus siap sedia menjadi mitra kerja Yesus untuk melakukan perkara-perkara yang besar di akhir zaman ( Yohanes 14 : 12 ) .

Usia 12 Tahun, Yesus dalam Bait ALLAH

Bible Text: Lukas 2:41-46 | Series: Pelayanan Yesus

Yesus usia 12 tahun berada dalam Bait Allah bersama orangtua-Nya untuk mengikuti perayaaan Paskah. Pelayanan kita harus mengalami ujian. Untuk itulah iman kita harus punya kompeten sehingga mampu untuk berkompetisi. Orang percaya yang beriman dimampukan untuk mengusir setan-setan dan bukan kesetanan, berbicara dalam bahasa baru untuk membangun diri, menumpangkan tangan atas orang yang sakit sehingga sembuh.

 

Persiapan pelayanan dengan duduk di Bait Allah

Orang Israel tiga kali setahun harus pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah, Pentakosta dan Pondok Daun dan mengalokasikan sekitar 30% dari pendapatannya untuk urusan ibadah. Karena apabila mereka beribadah ke Yerusalem, tidak boleh menghadap Tuhan dengan tangan hampa.  Amat kontras dengan kita yang lebih banyak pengeluarannya untuk upacara adat. Dalam pesta itu, tanpa sadar Yusuf dan Maria kehilangan Yesus.

Suasana perayaan bila tidak diwaspadai bisa mengakibatkan kita kehilangan Yesus. Mereka menyangka Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka (Lukas 2 :44). Yusuf dan Maria mencari Yesus di antara keluarga dan kenalan mereka, tetapi tidak mendapatkannya. Kehilangan Yesus bisa membuat hidup ini tidak aman, penuh dengan sangkaan. Akhirnya mereka kembali ke Yerusalem dan menemukan-Nya di dalam Bait Allah sedang duduk di tengah alim ulama. Supaya hidup kita tidak penuh dengan kecurigaan, Yerusalem, Rumah Tuhan harus jadi puncak sukacita kita ( Mazmur 137 : 6 ).

Untuk memulai pelayanan harus belajar duduk di bait Allah mendengar Firman Tuhan, berdoa, dan berpuasa. Raja Daud yang banyak mengalami berkat dan kuasa Tuhan adalah seorang yang suka duduk di rumah Tuhan (Mazmur 27 : 4) Duduk di kaki tuhan adalah suatu pendidikan khusus. Dalam Ulangan 33 : 3 disebutkan, “Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus,  di dalam tangan-Mulah mereka, pada kaki-Mulah mereka duduk, menangkap sesuatu dari firman-Mu.”

Firman Tuhan harus terekam dalam pikiran dan ingatan, sehingga kita bukan menjadi pendengar yang terlupa, tetapi mampu merekam Firman Allah itu dan melakukannya.  Hukum Tuhan ditulis dalam dua  loh batu, agar terekam dalam pikiran dan hati kita, sehingga dapat menjadi “rhema”, pesan khusus untuk kita.

Kecerdasan seseorang sangat ditentukan dari cara duduk mendengar Firman Tuhan. Maria imannya lebih berkualitas dari Marta karena lebih suka duduk di kaki Tuhan, mendengar dengan baik dan seksama.

Dari mendengar, Yesus menyampaikan pertanyaan yang membungkam alim ulama. Kecerdasan seorang anak juga dapat dinilai dari pertanyaannya. Karena itu orangtua tidak perlu menyela atau memotong pertanyaan anak-anak. Pendidikan dalam rumah Tuhan adalah hal yg terindah.  Sekalipun dalam usia 12 tahun Yesus sudah pintar, Ia harus pulang ke rumah orangtua-Nya di Nazaret.

 

Yesus Belajar Taat

Keempat Injil tidak mencatat di mana Yesus setelah 12 tahun. Dokter Lukas mencatat Yesus dibaptis di Sungai Yordan pada usia 30 tahun dan kemudian memulai pelayanan-Nya (Lukas 3 : 21 – 23 ). Lalu di mana Yesus dalam kurun waktu 18 tahun itu?

Rasul Paulus menulis kepada orang Ibrani bahwa sebagai manusia Yesus belajar taat   di tengah keluarga Yusuf dan Maria. Dalam Ibrani 5 : 8 disebutkan: “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya…”

 

Pelayanan dalam Keluarga

Pelayanan pertama sebelum pelayanan umum adalah pelayanan dalam keluarga. Yusuf adalah seorang tukang kayu yang terkenal di zamannya dan Yesus loyal, ia bukan hanya anak tukang kayu tetapi sekaligus sebagai tukang kayu dan dengan taat menjalani arahan orangtuaNya, Yusuf. Dalam Markus 6:3 disebutkan,  “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.”

Orang Yahudi, khusunya bapa-bapa rajin menumpangkan tangan kepada anak dan cucu mereka, memberkati supaya menjadi anak-anak yang cerdas, bahkan supaya mereka sukses jadi militer yang bermental : “siap perang, siap untuk menang di medan pertempuran”. Mengapa? Karena Israel berarti “Laskar Jehovah” Tak heran militer Israel disegani di seluruh dunia!

Bapak-bapak khususnya harus rajin berdoa, mengangkat tangan, menyerah kepada Tuhan tanpa amarah, ini suatu pelayanan yang indah dalam keluarga ( 1 Timotius  2 : 8 ). Akan ada berkat yang indah bila kehadiran Tabut Tuhan ada dalam keluarga. Obed–Edom dan seisi rumah diberkati dengan limpah karena selama tiga bulan Tabut Allah ada dalam rumahNya ( 1 Tawarikh 13 : 14 ). Mari melayani Tuhan, dimulai dari dalam rumah kita masing-masing.

Ujian Membawa Iman Untuk Berkompetisi

Bible Text: Lukas 2:22-24

Bagi orang Yahudi, anak sulung harus dikuduskan bagi Allah dan harus disunat pada hari ke-8. Dan selama 40 hari harus menantikan masa pentahiran bagi bayi lelaki, dan 80 hari bagi bayi perempuan. Karena bagi mereka, segala sesuatu yang keluar dari tubuh dianggap najis ( Imamat 12 : 1-5 ). Demikian juga secara rohani, kita tidak cukup lahir baru, tetapi juga mengalami hidup yang baru lewat sunat rohani yaitu: sunat hati: tidak lagi tegar tengkuk, sunat telinga : taat dan dengar-dengaran kepada Firman Allah dan sunat roh: beribadah dalam Roh dan Kebenaran agar langkah-langkah kita diatur oleh Tuhan. Pada usia 40 hari Yesus dibawa ke Bait Allah untuk diserahkan. Angka 40 dalam Alkitab, berbicara dari hal “ujian”. Yesus mengalami ujian ketika berpuasa 40 hari dan 40 malam.

 

Ujian untuk memurnikan iman 

Murid SD yang akan masuk ke tingkatan selanjutnya ( SLTP ) harus menghadapi ujian penghabisan (ujian akhir), demikian juga pelajar SLTP menghadapi ujian bila hendak memasuki SMA. Ujian dilakukan untuk mengetahui kadar kemampuan siswa untuk menghadapi pendidikan yang lebih tinggi. Demikian juga secara rohani, ujian kehidupan yang kita hadapi untuk meningkatkan iman kita. Bahkan jauh lebih dari itu untuk mengkualitaskan dan memurnikan iman kita. Ayub seorang yang benar dan beribadah di hadapan Allah, namun ia juga harus mengalami ujian. Setelah ujian itu Ayub menyadari bahwa Allah mengizinkan ujian itu bukan untu menghukum, melainkan memurnikan imannya. Dalam pengakuannya, ia berkata:  “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” ( Ayub 23 : 10). Emas adalah logam mulia yang sangat berharga, dan memiliki nilai ekonomis tinggi, dapat segera diuangkan. Orang yang memiliki iman yang teruji tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.

 

Iman yang teruji bernilai tinggi

Untuk menjadi pegawai di suatu instansi diadakan ujian kompetensi, tidak cukup hanya memandang predikat sarjana saja. Anak Tuhan juga harus punya iman yang berkulitas bagai emas, tidak hanya kuningan atau besi yang dapat karatan. Rasul Petrus menekankan ini dalam suratnya:  “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (I Petrus 1:7 ). Ujian atau pencobaan dalam kehidupan ini adalah untuk mematangkan iman kita bila kita bertekun dan tabah menghadapinya (Yakobus 1 : 2-4).

 

Berkompetisi dalam Pertandingan Iman

Ujian membuat iman kita  memiliki kompeten sehingga mampu berkompetisi. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius berkata:  ”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” ( 2 Timotius 4 : 7 ). Untuk mencapai iman yang berkualitas kita harus bertekun dalam doa, membaca, mendengar dan melakukan Firman Allah, sama seperti atlet atau olahragawan harus bertanding dengan  mengikuti semua peraturan olahraga (2 Tim 2 : 5). Banyak atlet yang tidak mencapai garis finish karena melakukan kesalahan atau karena daya tahannya lemah.

Iman yang berkualitas tidak hanya ”semoga” tetapi mampu memutuskan. Dalam Ayub 22 : 28 disebutkan: ”Apabila engkau memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu, dan cahaya terang menyinari jalan-jalanmu.” Orang yang mempunyai iman yang berkualitas mempunyai keyakinan dalam dirinya bahwa ia berhasil dalam rencananya. Karena garansi dari iman adalah: ”Jadilah kepadamu menurut imanmu.” ( Matius 9 : 29 ).Rahel setelah melihat kakaknya Lea melahirkan empat anak lelaki (Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda), mendesak Yakub dan kemudian Allah mendengarkan permohonannya itu. Perjalanan iman yang teruji harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Banyak orang yang tidak dapat membedakan mana ambisi pribadi, mana yang merupakan kehendak Tuhan. Iman yang murni kepada Tuhan juga tidak bimbang, sebagaimana disampaikan oleh Yakobus:   ”Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.” (Yakobus 1 : 6 – 7)

Doa dan persekutuan dengan saudara seiman dapat mengkualitaskan  iman. Daniel adalah seorang yang rajin berdoa walau dilarang raja, tak heran ia memiliki roh yang unggul ( excellent spirit ) sehingga dapat menerangkan mimpi, menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan kekusutan. ( Daniel 5 : 12 )

Marilah kita dengan tekun mengikuti pertandingan iman, mengkualitaskan iman lewat doa dan persekutuan sehingga mampu mengakhiri pertandingan dengan baik.

Sunat Sejati: Sunat Hati, Telinga, dan Roh

Bible Text: Lukas 2:21

Tabib atau dokter Lukas dengan cermat mencatat masa kehidupan Yesus, bahkan dimulai dari saat masih dalam kandungan, kelahiranNya, usia delapan hari disunat, usia 40 hari diserahkan ke Bait Allah, usia 12 tahun mengikuti hari raya Paskah di Yerusalem, bahkan sampai kebangkitanNya.

Banyak orang bertanya, “Mengapa Yesus disunat pada hari ke-8, tetapi orang Kristen tidak disunat?” Orang Kristen tetap bersunat, tetapi bukan sunat lahiriah semata, melainkan sunat rohani. Sunat adalah tanda perjanjian Allah dengan umatNya untuk mendapatkan berkat-berkat yang dijanjikan-Nya. Karena itu kita harus mengalami pembaharuan karakter dalam diri kita. Kita harus mengalami sunat hati, sunat telinga dan sunat roh untuk dapat menjadi taat dan memperoleh berkat.

 

Sunat Hati

Bangsa Israel adalah bangsa yang suka bersungut-sungut dan tegar tengkuk walaupun mereka menikmati perlindungan, kuasa dan berkat Allah. Alkitab mencatat lebih  dari sepuluh kali mereka bersungut-sungut dalam perjalanan di padang gurun, sehingga Musa mengingatkan dan memperingatkan mereka:   “Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.” ( Ulangan 10 : 16 ). Allah sendiri lewat nabi Yesaya menyebut bangsa ini tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu ( Yesaya 48 : 4 )

Dalam mengikut Tuhan kita harus taat ( loyal ). Mengapa? Allah bekerja dalam hati yang taat. Karena itu setiap orang yang mau mengikut Yesus harus dapat menyangkal dirinya, memikul salibnya dan kemudian mengikut Yesus ( Matius 16 : 24 ).

Jenderal Naaman, panglima raja Aram mendengar kesaksian seorang gadis yang menjadi pelayan istrinya bahwa di Samaria ada seorang nabi yang mampu menyembuhkan penyakit kustanya. Namun ia agak gengsi ketika disyaratkan harus mandi tujuh kali dalam sungai Yordan.  Panglima Naaman pergi dengan  gusar  sambil berkata:  "Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! ( 2 Raja-raja 5 : 11 ). Hati yang gusar adalah salah satu bukti ketidakpercayaan terhadap Firman dan kuasa Allah. Namun setelah pegawai-pegawainya memberi saran:

"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir,” panglima Naaman hatinya melembut dan menerimanya sehingga ia melakukan apa yag disuruh nabi Elisa dan ia menjadi tahir dari kustanya.

Dalam Kristus kita disunat secara rohani, karakter kekerasan hati kita diubah menjadi taat dan menanggalkan dosa. Dalam Kolose 2:11 disebut:  “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa.”

 

Sunat Telinga

Telinga adalah indera untuk mendengar. Cara kita mendengar Firman Allah sangat menentukan pertambahan dan pertumbuhan iman kita. Dalam Lukas 8 : 18 disebutkan: “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Sunat telinga, secara rohani berarti memiliki tanggapan yang baik terhadap Firman Allah. Stefanus ketika memberi kesaksian di hadapan  anggota Mahkamah Agama dan orang Yahudi menegur mereka dan berkata: “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.” (Kisah Para Rasul 7 :51)

Melalui rasul Yohanes, kepada tujuh jemaat di Asia kecil (Wahyu Pasal 2-3)selalu diingatkan: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkann apa yag dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Firman Tuhan bila direspons dengan tanggapan postif, dapat memberi pengertian kepada orang bodoh sekalipun ( Mazmur 119 : 130 )

 

Sunat Roh 

Sunat roh adalah beribadah dalam Roh Allah, bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Kita harus beribadah dalam Roh dan Kebenaran, karena oleh Roh Kudus kita dimeteraikan untuk menerima janji Allah. Dalam Efesus 1 : 13 -14 disebutkan: ”Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”

Lewat Roh Kudus yang ada dalam diri kita, membuahkan kesetiaan kepada kita sehingga kita dimampukan dalam pekerjaan sehingga kita tidak lalai dan alpa. Awal tahun 2014 ketika dilakukan inspeksi mendadak banyak PNS yang bolos, tidak melakukan kewajibannya. Tetapi ketika nabi Daniel di Babel bekerja sebagai pegawai istana, raja tidak menemukan kesalahan atau kealpaan pada Daniel yang penuh dengan Roh Allah. Kita juga harus beribadah dalam Roh dan Kebenaran, walau zaman sekarang banyak gereja yang cenderung dengan pesona musik.

Merayakan Tahun Baru dengan Pembaharuan Budi

Bible Text: Lukas 2:21

Natal dan Tahun Baru adalah dua peristiwa besar yang bukan berkaitan secara penanggalan atau tarikh saja, tetapi secara rohani juga punya makna yang mendalam . Sebagian kalangan menilai perayaan Tahun Baru hanya sebagai budaya kekafiran. Namun bukan suatu kebetulan, dunia internasional menyepakati 25 Desember sebagai Hari Natal, meskipun tidak dapat dinyatakan secara pasti kapan tepatnya Yesus lahir. Dan bila kita hitung, tepat 8 hari setelah Natal adalah 1 Januari atau Tahun Baru. Walaupun dunia mengenal berbagai kalender, almanak atau penanggalan namun secara internasional yang dipakai adalah tahun Masehi (didasarkan perhitungan dari Kelahiran Almasih / Yesus Kristus). Semua transaksi jual beli, akta,  catatan sejarah menggunakan tarikh Masehi!

 

Angka 8 = Pembaharuan 

Banyak orang merayakan Tahun Baru dengan pesta kembang api, mercon, makan minum berlimpah, pakaian baru dan sebagainya. Sebagian kalangan pergi mengunjungi keluarga  baik yang dekat maupun yang jauh. Tradisi demikian sah saja, namun alangkah indahnya mengawali Tahun Baru dari rumah Tuhan, karena berkat kita sepanjang tahun sangat ditentukan dari “start” di rumah Tuhan! Dalam Mazmur 118 : 26 disebutkan: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.”

Angka 8 menunjuk kepada pembaharuan. Ketika moral manusia rusak ( corrupt ) yang berpuncak pada zaman Nuh, Allah menghukum manusia karena perbuatannya yang buruk. Namun Allah menyelamatkan keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang ( Nuh dan istrinya , ketiga anak lelakinya: Sem, Ham dan Yafet beserta ketiga menantunya ). Lewat delapan orang inilah dunia dibaharui kembali. Dalam I Petrus 3:20 disebutkan: “… yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”

 

Pembaharuan dalam roh dan pikiran

Merayakan Tahun Baru bukan hanya sekadar tradisi pergantian tahun, tetapi harus dibarengi dengan pembaharuan manusia batiniah (roh ) sehingga karakter kita diubahkan, membuang karakter lama dan yang buruk dalam diri kita. Kalau dulunya pemarah harus mampu berubah menjadi peramah. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengingatkan agar berubah dalam pembaharuan budi, tidak lagi sama dengan dunia ini, tetapi dapat mengetahui yang mana kehendak Allah, apa yang baik , berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12: 2).

Perubahan tingkah laku atau karakter didahului oleh perubahan pikiran. Karena itu kita harus menerima Firman Allah dengan rela untuk mendidik kita, menyatakan kesalahan dan memperbaiki kelakuan. Kepada jemaat Efesus, Rasul Paulus menasihatkan: ”Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.”

 

Menanggalkan pakaian lama dan mengenakan pakaian baru

Banyak orang yang suka berpakaian rangkap : memakai baju lama di dalam dan baju yang baru di luar. Hal ini bukannya menyenangkan tetapi bisa menjadi beban berat. Demikian juga secara rohani, banyak yang berkeluh kesah, mengalami tekanan hidup karena berpakaian rangkap. Memang secara lahiriah mungkin seperti orang yang beribadah, namun

Karakter atau perilakunya masih menjalankan kehidupan yang lama. Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus menasihatkan agar jemaat bertumbuh lewat pengajaran Firman Allah: ”Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.

Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” ( Efesus 4 : 20-24 )

 

Kata ”delapan” =kelimpahan

Kata ”delapan” dalam bahasa Ibrani mengggunakan kata ”shemoneh” (dilafalkan : ”syemoneh” ), yang artinya: surplus, kelimpahan. Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk menyelamatkan kita dari dosa tetapi sekaligus memberi surplus atau kelimpahan. Akibat dosa, manusia jatuh ke dalam keterpurukan. Memang iblis menggoda manusia sehingga manusia kehilangan berkat, tetapi Yesus datang supaya kita mempunyai hidup dalam segala kelimpahannya ( Yohanes 10 : 10 ), karena itu kita harus mengandalkan Tuhan ( Yeremia 17 : 7 ), karena Dialah sumber pertolongan kita (Mazmur 121 : 1-2 .)

Maria, Wanita Sederhana yang Terpilih Menjadi Ibu Yesus

Bible Text: Matius 1:16 | Series: Wanita dalam Silsilah Yesus

Maria dan Yusuf berasal dari kota Nazaret di daerah Galilea. Galilea adalah daerah yag penduduknya sederhana tetapi memiiki loyalitas yang tinggi. Nazaret, kota yang di Galilea ini sering disepelekan.  Natanael, sebelum diajak Filipus bertemu Yesus pernah berkata:  "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" ( Yohanes 1 : 46 ). Maria juga adalah salah satu warga daerah Galilea, ini juga yang membentuknya memiliki karakter sederhana dan saleh. Nama Maria bermakna : “tears” atau tetesan air mata. Dalam bahasa Ibrani, yang sering dipakai dalam Perjanjian lama, nama ini sama dengan “Miryam”. Dalam Perjanjian Baru ada enam wanita yang bernama Maria: Maria ibu Yesus, Maria istri Klopas, Maria Magdalena dari kota Magdala, Maria saudara Marta dan Lazarus, Maria ibu Markus ( Kisah Para Rasul 12:12 ), dan ada juga Maria   yang suka bekerja keras dalam pelayanan. (Roma 16 : 6 )

 

Maria terpilih karena menjaga kesucian

Dalam nubuatan tentang kelahiran Yesus, tidak disebutkan siapa nama wanita yang akan terpilih, hanya disebutkan bahwa Yesus lahir dari keturunan suku Yehuda. Namun pilihan jatuh kepada Maria, seorang wanita yang sangat menjaga kesucian. Dimulai dari masa pertunangannya dengan Yusuf, sampai kemudian resmi menikah. Tuhan memang mengasihi semua orang, tetapi Dia Yang maha Kudus tidak kompromi dengan dosa.

Ironi dengan keadaan zaman sekarang banyak anak gadis yang langsung mau diajak berhubungan intim dengan pacar, walau baru kenal sebentar. Namun Maria tetap memegang teguh prinsip kesucian sebelum pernikahan.

Penelitian diadakan oleh salah satu universitas di Amsterdam bahwa orang yang memelihara kesucian pernikahan didapati lebih cerdas daripada pasutri yang suka berselingkuh atau tidak setia pada komitmen pernikahan seumur hidup. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Firman Allah, zinah itu menyebabkan tidak berakal budi dan merusak diri (Amsal 6 : 32).

 

Maria memiliki kesempurnaan sebagai wanita 

Yusuf dan Maria tidak melakukan hubungan suami isteri sampai Yesus lahir ( Matius 1 : 24 – 25 ). Namun, setelah Yesus lahir, keduanya menikah dan resmi sebagai suami isteri dan Maria juga melahirkan   Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon dan beberapa anak perempuan ( Markus 6 : 3 ).

Sebagai seorang ISTERI, Maria memiliki kesempurnaan yaitu:

Ideal

Ideal berarti sangat sesuai menjalankan peran. Isteri harus dapat berperan sebagai isteri yang baik bagi suami dan menjadi ibu sejati bagi anak-anak. Maria sukses menjadi isteri yang baik bagi Yusuf dan ibu bagi Yesus dan saudara-saudaranya.

Sehat, sederhana, serasi : tidak terlalu banyak gaya tetapi tetap berdaya tarik.Mengapa? Karena Tuhan simpati kepada orang yang sederhana. Dalam Mazmur 116:6 disebutkan: ”TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.” Tuhan kita, Yesus Kristus juga seorang yang sederhana, walau sebagai Raja, ia menunggangi seekor keledai beban yang muda ( Zakharia 9 : 9 ).

Terampil

Punya skill ( keahlian ) dan tidak asal tampil, dapat melakukan pekerjaan tangan untuk keperluan keluarga.

Elegan

Sebagai wanita dapat tampil anggun, luwes, unggul.

Rapi, rajin

Dalam penampilan berpakaian yang rapi, tidak awut-awutan, telaten membereskan rumah.

Irit

Dapat berhemat sehingga tidak berkekurangan. Rasul Paulus memberi teladan untuk hidup hemat dulu, agar mampu hidup mewah ( penuh kelimpahan ). Kaum ibu atau para isteri harus bisa mengelola keuangan agar tidak kekurangan atau berhutang.

 

Maria berkarakter seimbang dengan Yusuf 

Yusuf juga meiliki pribad yang baik, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama tunangannya (Matius 1 : 19). Yusuf bukan seorang yang gampang terpengaruh oleh keadaan. Melihat kedaan Maria yang mulai berubah karena mengandung ia tidak cerita ke sana ke mari, tetapi berdiam diri, dan malaikat Tuhan memberi petunjuk kepadanya dalam mimpi: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.  Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Dalam situasi pelik, marah dan gusar tidak menyelesaikan persoalan, tetapi lebih baik berdiam diri menantikan Tuhan ( Mazmur 4 : 5 ).

Yusuf juga sebagai SUAMI memiliki karakter yang seimbang dengan pribadi Maria, yaitu:

Sehat, serasi : para suami harus menjauhkan hal-hal yang merusak kesehatan seperti rokok, minuman keras, dll.

Ulet : gigih dan tak gampang menyerah dengan kedaaan dan bukan menjadi ”ulat” yang suka menggerogoti.

Andalan : dapat diandalkan untuk mengatasi permasalahan, menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan kelurga. Yusuf menjadi tukang kayu yang terkenal dan memenuhi kebutuhan keluarganya

Mandiri : mapan, mampu bekerja memenuhi kebutuhan sendiri  dan tidak bergantung kepada orang lain.

Idaman : dapat menjadi dambaan isteri dan tidak mengecewakan

Batsyeba, Wanita Gigih yang Tercatat dalam Silsilah Yesus

Bible Text: Matius 1:6 | Series: Wanita dalam Silsilah Yesus

Dalam daftar silsilah Yesus, nama Batsyeba tidak secara langsung disebutkan, tetapi memakai predikat “isteri Uria”. Uria adalah salah satu dari 30 pahlawan Daud yang menjadi pengawal raja dan loyal kepadanya  (  2 Sam 23 : 23 – 39 ). Nama Uria berarti : “Yahweh adalah Terangku”.Uria sebenarnya orang Het (suku bangsa Kanaan), namun seorang yang percaya kepada Allah bangsa Israel. Peristiwa perselingkuhan yang dilakukan Raja Daud dengan isteri Uria yang bernama Batsyeba, mengakibatkan nama Uria naik daun,melambung sebagai perwira yang setia dan bertanggung jawab atas teman-teman seperjuangannya yang mencolok bedanya atas egoisme Daud dan niat jahatnya yang membuat nama Daud turun pamor dan anjlok di tengah bangsa Israel setelah peristiwa itu.

 

Perselingkuhan Daud menista TUHAN dan ia ditegur lewat nabi Natan 

Bagi bangsa Israel, perselingkuhan dianggap aib apalagi sampai melahirkan anak, karena dianggap anak haram, yang lahir diluar pernikahan. Apalagi setelah berselingkuh dengan Batsyeba, isteri panglima Uria itu Daud membuat strategi busuk dengan menempatkan Uria di barisan paling depan di medan peperangan, lewat sebuah pesan: “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” ( 2 Samuel 11 : 15 )

Hal ini sangat jahat di mata Tuhan. Lewat nabi Natan, Tuhan menyampaikan hal ini kepada Daud:  “Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.  Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. ( 2 Samuel 12: 9 – 10 )

 

Daud menuai dosa yang ditaburnya

Dan memang Daud menuai apa yang ditaburnya, karena setelah peristiwa itu, Amnon anak Daud dari Ahinoam melakukan perbuatan sumbang dengan Tamar, putri Daud dari Maakha. Absalom kemudian membenci Amnon dan berikhtiar membunuhnya. Bahkan sesuai dengan nubuatan nabi Natan, karena ia mengambil isteri orang lain, maka isterinya akan diberikan kepada orang lain (2 Sam 12: 11 ). Bahkan tuaiannya lebih besar, kalau Daud melakukannya dengan tersembunyi, kelak kemudian perbuatan itu dilakukan Absalom terhadap gundik-gundik ayahnya di atas sotoh ( 2 Samuel 16 : 22 )

Memang harus kita akui Daud seorang yang punya banyak kelebihan: seorang pemazmur yang disegani, pemberani, lawan yang bermurah hati, penegak keadilan, sahabat yag setia dan seorang yang mengagumkan. Namun Daud seorang yang tidak dapat mengendalikan terhadap wanita, apalagi ia punya kesempatan untuk itu karena posisinya sebagai raja. Dalam I Tawarikh 3 : 1-9 dicatat bahwa Daud mempunyai beberapa isteri, antara lain: Mikhal ( putri Saul ), Ahinoam, Abigail, Maakha, Hagit, Abital, Egla, Batseyeba dan beberapa gundik.

Bukan itu saja, Daud juga mengalami penyakit akibat dosa yang dilakukannya dengan Batsyeba. Dalam Mazmur pasal 38, ia mengisahkan bahwa ia menderita pada bagian tulang-tulangnya, mengalami radang pada pinggang, bahkan gangguan jantung.

Kalau dosa lain dilakukan di luar tubuh, dosa zinah dilakukan orang dalam tubuhnya sendiri ( I Korintus 6 :   18 ) dan pelakunya mengalami hukuman pada tubuhnya.

 

Batsyeba, gigih memperjuangkan Salomo

Setelah anak hasil selingkuh yang dikandung oleh Batyeba meninggal, Tuhan menghiburkannya lewat kelahiran Salomo. Sebenarnya Daud mempunyai banyak anak dari isterinya yang lain yang berhasrat menjadi Raja. Ada Absalom yang rupawan dan mampu mencuri hati bangsa Israel, ada Adonia anak Hagit yang meninggikan diri untuk menjadi raja walau tanpa urapan.

Dari semua isterinya, Batsyeba punya pesona,  daya tarik dan pribadi yang mengagumkan. Nama Batsyeba berarti ”puteri sumpah”. Dan sesuai dengan namanya, ia adalah seorang wanita yang teguh memegang janji dan memperjuangkannya dengan sungguh.

Ketika Adonia, anak Hagit hendak meninggikan diri menjadi raja tanpa mengundang ayahandanya Daud, nabi Natan dan Salomo. Batsyeba dengan sikap yang hormat dan tunduk mengingatkan Daud akan janjinya. Lalu Batsyeba berlutut dan sujud menyembah kepada raja. Raja bertanya: "Ada yang kauingini?" Lalu perempuan itu berkata kepadanya: "Tuanku sendiri telah bersumpah demi TUHAN, Allahmu, kepada hambamu ini: Anakmu Salomo akan menjadi raja sesudah aku, dan ia akan duduk di atas takhtaku. ( 1 Raja-raja 1 : 16-17 )

Para ibu harus gigih memperjuangkan anak dengan membesarkannya, walaupun mungkin suami tidak peduli atau kurang perhatian. Batsyeba juga tunduk kepada Daud, suaminya. Tuhan akan membukakan jalan , peluang dan berkat kepada orang yang taat. Dalam Efesus 5 : 22 - 23, Rasul Paulus menasihatkan dan mengingatkan: ”Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”

Rut, Wanita Moab Yang Setia Tercatat dalam Silsilah Yesus

Bible Text: Matius 1:5 | Series: Wanita dalam Silsilah Yesus

Rut sebenarnya adalah wanita Moab, bangsa yang menjadi kebencian bangsa Israel. Moab dan Amon lahir dari hasil perbuatan sumbang Lot dan kedua putrinya ( Kejadian 19 : 30 – 38 ) Bangsa Moab menjadi musuh bangsa Israel karena memang bangsa ini tidak punya etika yang baik, bahkan berlaku keji ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dengan tidak menyongsong mereka dengan roti dan air, bahkan tidak memperbolehkan melalui daerah mereka, bahkan mengupah Bileam untuk mengutuki Israel, sehingga oleh Tuhan mereka dikutuk ( Ulangan 23 : 3 – 5 ).

Adalah hal yang luar biasa kalau Rut seorang perempuan Moab tidak sama dengan sifat bangsanya yang tak bersahabat itu. Rut, sesuai dengan namanya, memiiki pribadi yang dapat bersahabat dengan bangsa Israel, yang menjadi musuh bebuyutan bangsanya. Bahkan kemudian Rut menikah dengan Mahlon, orang Betlehem.

 

RUT setia pada pernikahannya 

Walapupun bangsa Moab hadir dan lahir akibat perbuatan sumbang dan bangsanya tidak setia pada pernikahan, namun Rut sangat memahami hakikat pernikahan yang mempersatukan seorang pria dan wanita dan tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.  Bahkan lebih dari itu, ketika ia telah menjanda karena akhirnya Mahlon, anak Elimelekh, suaminya itu meninggal, ia tidak langsung mencari pria lain untuk menikah kembali. Ia menurut nasihat ibu mertuanya, Naomi. Karena bagi bangsa Israel, berlaku perkawinan ipar untuk menyambung keturunan saudara, oleh karena itu Boas, kerabat dekat keluarga Elimelekh  kemudian hari  mengambil Rut sebagai isteri untuk menegakkan nama  bagi Mahlon. (Rut 4 : 10 )

Rut dengan setia menjalani kehidupan pernikahannya dengan suaminya, Mahlon selama lebih kurang sepuluh tahun di Moab ( Rut 1: 4 ) walaupun tanpa kehadiran anak. Banyak keluarga Kristen menjadi cekcok dan akhirnya bercerai karena tidak beroleh momongan. Banyak wanita atau pria menikah lagi karena tidak punya anak. Namun Rut sekalipun orang Moab, mengerti betul hakekat pernikahan sejati, walau tanpa anak dia tetap mempertahankan kesetiaannya kepada suaminya. Sangat ironis dengan keadaan sekarang, banyak keluarga yang tidak dipertahankan lagi karena ketiadaan si buah hati. Bahkan yang lebih parah, ada pernikahan yang hanya dapat bertahan dalam hitungan bulan, minggu, hari, bahkan hitungan jam!

 

RUT , sahabat yang menjadi berkat

Ternyata kesetiaan Rut bukan hanya pada suami tercintanya, Mahlon. Ia juga setia kepada Naomi, ibu yag telah melahirkan Mahlon. Sebenarnya dia memiliki ipar yang bernama Orpa yang juga telah menjadi janda setelah kehilangan Kilyon. Naomi juga telah lebih dahulu menjanda karena Elimelekh suaminya telah meninggal. Tinggallah ketiga janda itu dalam satu rumah.

Naomi sebenarnya mengusulkan agar kedua menantunya itu pulang ke rumah mereka masing-masing, karena tidak ada lagi yang dapat diharapkan darinya. Orpa, iparnya itu pamit pergi dengan mencium Naomi, namun Rut tetap mau mengikut Naomi, ibu mertuanya dengan berkata:  "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! ( Rut 1 : 16 – 17 ). Rut rela meninggalkan bangsanya dan allahnya dan rela menjadi bangsa Israel, hidup sesuai dengan hukum Tuhan dalam pernikahannya. Hal ini menyenangkan hati Tuhan dan juga hati Naomi, ibu mertuanya.

 

Rut yang penurut dan penuh dedikasi beroleh generasi 

Ketika Naomi mendengar bahwa Tuhan memuihkan Betlehem, bersama Rut menantunya itu berjalan seiring ke Betlehem dan tibalah mereka pada musim menuai ( panen ).

Rut mengerti betul Hukum Taurat yang memberi perlindungan bagi orang asing, karena bila mereka panen, tidak boleh sampai habis betul, harus dengan sengaja meninggalkannya untuk orang miskin dan orang asing (Imamat 19 : 9 – 10).

Rut tidak tinggal diam dan menyampaikan hasrat untuk memugut jelai di ladang orang, dan Naomi menyambut dengan gembira dan mengusulkan untuk pergi ke ladang Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh. Sikap Rut yang sopan, etika yang baik membuat Rut mendapat perhatian dari Boas sehingga ia beroleh kemurahan, mendapat berkat yang limpah sehingga sebagian diberi kepada ibu mertuanya. Rut bahkan kemudian beroleh karunia menjadi suami Boas, pemilik ladang itu.

Namun Orpa, iparnya itu pulang kembali ke negerinya, kepada dewa-dewanya di Moab karena berpikir tidak akan dapat apa-apa lagi dari mertuanya yang telah menjanda dan tanpa anak lagi. Menganggap diri begitu penting dapat menjadi berhala dalam diri yang menghalangi berkat ( I Korintus 4:7 ).

Namun Bagi Rut yang tidak memikirkan diri sendiri tetapi dengan penuh persahabatan dan dedikasi yang tinggi kemudian beroleh generasi yang memuliakan Allah! Dari Rut, lahir Obed  (penyembah Allah), keturunan yang kemudian menjadi makmur dan termasyhur di Israel, sebagaimana Peres yang dilahirkan Tamar bagi Yehuda, anak-anak yang dapat menyegarkan jiwa orang tua pada masa rambut telah putih.

Rahab, Wanita Yerikho yang Tercatat dalam Silsilah Yesus

Bible Text: Matius 1:5 | Series: Wanita dalam Silsilah Yesus

Dalam Injil Matius, nama Rahab dicatat sebagai salah satu nenek moyang Yesus Kristus. Rahab menikah dengan Salmon, dari suku Yehuda dan melahirkan Boas. Boas kemudian menikah dengan dengan Rut dan menjadi kakek buyut raja Daud. Hampir semua terjemahan Alkitab menyebut Rahab sebagai perempuan sundal atau pelacur (Yosua 2:1). Namun Rahab bukan perempuan sundal murahan yang menjual tubuh demi sesuap nasi dan berkeliaran di jalanan. Rahab juga bukan sundal jahanam atau sundal bolong yang membayar lelaki untuk memuaskan nafsunya. Kemungkinan besar dia juga berprofesi rangkap sebagai intel atau mata-mata, karena tempatnya ada di atas tembok Yerikho di mana banyak para militer singgah.

 

Rahab Membantu Pengintai  Israel

Nama Rahab berarti “wide” : lebar, luas,  lapang. Sesuai dengan namanya, Rahab adalah seorang yang berwawasan luas, seorang yang ramah sehingga dikenal oleh para pengintai Israel.

Walaupun berprofesi sebagai wanita penghibur kelas atas, namun tidak membuatnya larut dalam hidup glamour. Ternyata wanita cantik ini juga tahu tentang Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan dan bagaimana Tuhan menolong mereka. Luar biasa! Banyak orang yang bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi tidak tahu sejarah umat Tuhan, malas membaca Alkitab. Dari mana Rahab mengetahui hal itu? Tidak mustahil, lewat pergaulannya yang luas termasuk dengan militer Israel. Dia banyak mengetahui hal itu.

Ketika Yosua melepas dua pengintai (intel) untuk menyelidiki keadaan kota Yerikho dan menginap di rumah Rahab, maka raja Yerikho menyuruh utusan   kepada Rahab, mengatakan: "Bawalah ke luar orang-orang yang datang kepadamu itu, yang telah masuk ke dalam rumahmu, sebab mereka datang untuk menyelidik seluruh negeri ini." Tetapi perempuan itu telah membawa dan menyembunyikan kedua orang itu. Berkatalah Rahab: "Memang, orang-orang itu telah datang kepadaku, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka, dan ketika pintu gerbang hendak ditutup menjelang malam, maka keluarlah orang-orang itu; aku tidak tahu, ke mana orang-orang itu pergi. Segeralah kejar mereka, tentulah kamu dapat menyusul mereka." Tetapi perempuan itu telah menyuruh keduanya naik ke sotoh rumah dan menyembunyikan mereka di bawah timbunan batang rami, yang ditebarkan di atas sotoh itu.

Rupanya Rahab seorang wanita cerdik yang tahu strategi militer, mungkin karena pergaulannya yang luas, sehingga ia mampu menyusun strategi menyelamatkan kedua pengintai itu. Maka pergilah orang-orang itu, mengejar mereka ke arah sungai Yordan, ke tempat-tempat penyeberangan, dan ditutuplah pintu gerbang, segera sesudah pengejar-pengejar itu keluar.

 

Rahab tahu sejarah Israel

Hal yang positif dari Rahab adalah pengetahuannnya yang luas tentang Israel sekalipun dia wanita Kanaan. Ia tahu betul bahwa umat Israel adalah pilihan Tuhan.  Tetapi sebelum kedua orang itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh dan berkata kepada orang-orang itu: "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. ( Yos 2: 8 – 11 )

 

Rahab cinta keluarganya dan bertobat

Walau Rahab pelacur, namun ia sangat mencintai ayah , ibu dan saudara-saudaranya. Ia tahu bahwa Allah akan menghukum dan membinasakan penduduk Yerikho, namun ia telah berlaku ramah terhadap dua pengintai itu karena itu dengan berani ia memohon agar keluarganya tidak dibinasakan bersama orang Yerikho yang durhaka. Kedua pengintai itu menjawab: ”Nyawa kamilah jaminan bagi kamu, asal jangan kaukabarkan perkara kami ini; apabila TUHAN nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima kasih dan setia kami kepadamu.”

Rahab dapat diyakinkan oleh kedua pengintai itu tentang penghukuman sekaligus kelepasan bagi keluarga Rahab. Kepada Rahab, kedua pengintai itu berpesan : ”Apabila kami memasuki negeri ini, haruslahtanda tali dari benang kirmizi ini kauikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan kami, dan ayahmu serta ibumu, saudara-saudaramu serta seluruh kaum keluargamu kaukumpulkan di rumahmu.”

 

Rahab yang penuh ramah beroleh kemurahan

Perjanjian Baru tidak lupa mencatat bahwa karena sifat Rahab yang penuh keramahan dalam menyambut dua pengintai, maka ia beroleh kemurahan dengan tidak turut binasa bersama dengan orang durhaka ( Ibrani 11:31 )

Anak Tuhan harus menyambut Firman dengan ramah, dan bukan ”marah” karena Firman akan memberikan kemurahan. Keramahan menyambut Firman, itulah iman yang melahirkan tindakan, sehingga Rahab dibenarkan oleh perbuatannya (Yakobus 2 : 25). Keselamatan, masa depan dan kebahagiaan kita sangat ditentukan bagaimana kita menanggapi, merespon Firman Tuhan. Mari menyambut Firman Tuhan dengan ”ramah”.