Bible Text: Lukas 2:21

Natal dan Tahun Baru adalah dua peristiwa besar yang bukan berkaitan secara penanggalan atau tarikh saja, tetapi secara rohani juga punya makna yang mendalam . Sebagian kalangan menilai perayaan Tahun Baru hanya sebagai budaya kekafiran. Namun bukan suatu kebetulan, dunia internasional menyepakati 25 Desember sebagai Hari Natal, meskipun tidak dapat dinyatakan secara pasti kapan tepatnya Yesus lahir. Dan bila kita hitung, tepat 8 hari setelah Natal adalah 1 Januari atau Tahun Baru. Walaupun dunia mengenal berbagai kalender, almanak atau penanggalan namun secara internasional yang dipakai adalah tahun Masehi (didasarkan perhitungan dari Kelahiran Almasih / Yesus Kristus). Semua transaksi jual beli, akta,  catatan sejarah menggunakan tarikh Masehi!

 

Angka 8 = Pembaharuan 

Banyak orang merayakan Tahun Baru dengan pesta kembang api, mercon, makan minum berlimpah, pakaian baru dan sebagainya. Sebagian kalangan pergi mengunjungi keluarga  baik yang dekat maupun yang jauh. Tradisi demikian sah saja, namun alangkah indahnya mengawali Tahun Baru dari rumah Tuhan, karena berkat kita sepanjang tahun sangat ditentukan dari “start” di rumah Tuhan! Dalam Mazmur 118 : 26 disebutkan: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.”

Angka 8 menunjuk kepada pembaharuan. Ketika moral manusia rusak ( corrupt ) yang berpuncak pada zaman Nuh, Allah menghukum manusia karena perbuatannya yang buruk. Namun Allah menyelamatkan keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang ( Nuh dan istrinya , ketiga anak lelakinya: Sem, Ham dan Yafet beserta ketiga menantunya ). Lewat delapan orang inilah dunia dibaharui kembali. Dalam I Petrus 3:20 disebutkan: “… yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”

 

Pembaharuan dalam roh dan pikiran

Merayakan Tahun Baru bukan hanya sekadar tradisi pergantian tahun, tetapi harus dibarengi dengan pembaharuan manusia batiniah (roh ) sehingga karakter kita diubahkan, membuang karakter lama dan yang buruk dalam diri kita. Kalau dulunya pemarah harus mampu berubah menjadi peramah. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengingatkan agar berubah dalam pembaharuan budi, tidak lagi sama dengan dunia ini, tetapi dapat mengetahui yang mana kehendak Allah, apa yang baik , berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12: 2).

Perubahan tingkah laku atau karakter didahului oleh perubahan pikiran. Karena itu kita harus menerima Firman Allah dengan rela untuk mendidik kita, menyatakan kesalahan dan memperbaiki kelakuan. Kepada jemaat Efesus, Rasul Paulus menasihatkan: ”Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.”

 

Menanggalkan pakaian lama dan mengenakan pakaian baru

Banyak orang yang suka berpakaian rangkap : memakai baju lama di dalam dan baju yang baru di luar. Hal ini bukannya menyenangkan tetapi bisa menjadi beban berat. Demikian juga secara rohani, banyak yang berkeluh kesah, mengalami tekanan hidup karena berpakaian rangkap. Memang secara lahiriah mungkin seperti orang yang beribadah, namun

Karakter atau perilakunya masih menjalankan kehidupan yang lama. Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus menasihatkan agar jemaat bertumbuh lewat pengajaran Firman Allah: ”Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.

Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” ( Efesus 4 : 20-24 )

 

Kata ”delapan” =kelimpahan

Kata ”delapan” dalam bahasa Ibrani mengggunakan kata ”shemoneh” (dilafalkan : ”syemoneh” ), yang artinya: surplus, kelimpahan. Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk menyelamatkan kita dari dosa tetapi sekaligus memberi surplus atau kelimpahan. Akibat dosa, manusia jatuh ke dalam keterpurukan. Memang iblis menggoda manusia sehingga manusia kehilangan berkat, tetapi Yesus datang supaya kita mempunyai hidup dalam segala kelimpahannya ( Yohanes 10 : 10 ), karena itu kita harus mengandalkan Tuhan ( Yeremia 17 : 7 ), karena Dialah sumber pertolongan kita (Mazmur 121 : 1-2 .)