Bible Text: Lukas 3:23 | Series: Pelayanan Yesus

Yesus memulai pelayanan pada usia 30 tahun, setelah dibaptis di Sungai Yordan. Injil Matius mencatat silsilah Yesus dari keluarga ibuNya, Maria ( Matius 1 : 1-17 ), sedangkan oleh Lukas silsilah Yesus dicatat dari pihak keluarga Yusuf. Bagi masyarakat Yahudi, usia 30 tahun adalah usia yang dianggap telah dewasa baik secara fisik dan psikis, sehingga bisa diberi tanggungjawab dalam memangku jabatan dan pelayanan.

Kitab Kidung Agung baru bisa dibaca bagi orang Yahudi yang sudah berumur 30 tahun. Orang yang mau memulai pelayanan  harus rajin membaca Aliktab. Firman Allah adalah perkataan Allah yang penuh kuasa yang menopang keberadaan kita, termasuk menopang kita sehingga diberi kemampuan untuk melayani. Memang usia tinggi bukan jaminan seseorang sudah dewasa secara pemikiran. Mungkin fisiknya memang dewasa, tetapi secara psikis belum dewasa, emosionalnya belum dapat dikendalikan dengan baik. Karena itu kita harus terus bertumbuh  hingga mencapai kedewasaan rohani.

 

Mencapai Kedewasaan Penuh Dalam Kristus

Untuk menjadi dewasa secara rohani, kita harus bertumbuh,  tidak cukup hanyalahir baru saja, tetapi juga harus mengalami hidup baru, mengalami sunat rohani, duduk di rumah Tuhan mendengarkan pengajaran-Nya, sehingga kita mencapai tingkat kedewasaan rohani yang penuh. Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menasihatkan agar jemaat di Efesus memahami peranan dan fungsi lima jawatan yang berbeda ( rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru ) untuk memperlengkapi pelayanan, sampai semua mencapai  kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, mencapai tingkat kedewasaan penuh yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dengan demikain tidak lagi menjadi kanak-kanak rohani yang gampang diombang-ambingkan oleh permaian palsu manusia, tetapi dengan teguh senantiasa berpegang pada kebenaran di dalam kasih, bertumbuh di dalam segala hal ke arah Yesus Kristus yang adalah kepala ( Efesus 4 : 11-15 ). Dengan melakukan hal yang demikian,  semua jemaat diikat menjadi  satu oleh  pelayanan semua bagiannya , sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

 

Dewasa dalam Pemikiran

Sifat  kanak-kanak yang menonjol adalah mau menang sendiri dan suka berselisih. Rasul Paulus sering menegor jemaat yang berselisih dan membuat kelompok-kelompok tersendiri dan menegur mereka tidak dewasa. Anak-anak juga belum matang secara emosional, mereka belum dapat menentukan untuk memilih dengan pertimbangan yang tepat, mau mendapat apa yang mereka lihat. Tapi anak-anak meski belum dewasa secara psikis, namun punya kelebihan: gampang berdamai  dan tidak menyimpan  atau mengingat kesalahan temannya. Kepada jemaat di kota Korintus, Paulus menasihatkan agar jangan seperti anak-anak dalam pemikiran, tetapi menjdi anak-anak dalam kejahatan, tetapi menjadi orang dewasa dalam pemikiran ( 1 Korintus 14 : 20 ).  Orang yang dewasa dalam pemikiran tahu membedakan mana yang baik dan yang jahat sehingga tidak asal menerima sesuatu dari sumber yang tidak jelas.

 

Orang Dewasa Punya Indra Yang Terlatih

Anak kecil makanannya masih terbatas, belum bisa yang keras dan pedas, karena  indra mereka belum bisa menerimanya. Anak-anak biasanya suka yang manis-manis seperti permen atau bon-bon.  Namun orang yang dewasa malah tidak merasa enak bila dihidangkan makanan tanpa sambal. Secara rohani juga demikian, salah satu sifat anak-anak adalah suka disanjung, kalau boleh dengan kata-kata manis, tetapi akan marah bahkan merajuk kalau ditegur. Banyak juga orang yang sudah puluhan tahun mengikut Tuhan tetapi masih tetap kanak-kanak rohani, sebagaimana dikatakan oleh rasul Paulus dalam Ibrani 5 : 12-14  ”Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” Orang yang dewasa secara rohani mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik, tidak asal menerima sesuatu dari sumber yang tidak jelas.

 

Orang Dewasa harus dapat bersatu untuk menjadi Mitra dan Mempelai Kristus

Tanda kedewasaan seseorang salah satunya adalah dapat bersatu dengan orang lain. Mengapa harus bersatu? Supaya tidak lumpuh secara rohani. Ketika Yesus berada di Kapernaum, banyak orang berkumpul untuk mendengarkan Firman sehingga tidak muat dalam rumah itu. Sementara ia memberitakan Firman kepada mereka , ada orang lumpuh yang digotong empat orang dankemudian diturunkan dari atap rumah dan orang lumpuh itu diampuni dosanya dan  kemudian sembuh ( Markus 2 :  1 – 12 ). Karena itu kita juga harus mau bersatu dengan orang lain, tidak hanya beribadah pada Ibadah Umum di hari Minggu tetapi bersatu juga dalam Ibadah Keluarga, Ibadah Doa, Ibadah dalam wadah pelayanan. Anak-anak juga belum siap untuk menikah, mereka harus lebih dahulu dewasa secara fisik dan psikis. Demikian juga gereja harus bertumbuh jadi dewasa sehingga dapat dipertunangkan sebagai perawan suci yang menjadi mempelai Kristus ( 2 Korintus 11 : 2 ). Kita juga harus siap sedia menjadi mitra kerja Yesus untuk melakukan perkara-perkara yang besar di akhir zaman ( Yohanes 14 : 12 ) .