Mengapa Nama Tamar ada dalam Silsilah Yesus?

Bible Text: Matius 1:1-3 | Series: Wanita dalam Silsilah Yesus

Sama seperti suku Batak, orang Yahudi juga tidak lazim mencantumkan nama wanita dalam silsilah. Namun Injil mencatat beberapa nama wanita yang ikut disebut dalam silisilah Yesus : Tamar, Rahab, Rut, Batsyeba dan Maria Tentu ada hal yang menarik dan stimewa mengapa sampai mereka ada tercantum. Kalau dilihat sekilas, wanita – wanita ini juga ada yang mempunyai masa lalu yang kelabu, namun mereka juga mempunyai sikap yang positif yang justru menarik perhatian Allah karena mempunyai sumbangsih dalam menurunkan generasi melalui memberikan keturunan kepada generasi suku Yehuda, di mana telah dijanjikan dan dinubuatkan bahwa Yesus berasal dari suku ini.

 

Siapakah Tamar?

Tamar adalah menantu dari Yehuda. Yehuda menikah dengan putri Syua, orang Kanaan dan mendapat tiga anak lelaki : Er, Onan dan Syela. Yehuda mengambil bagi Er seorang isteri yang bernama Tamar. Namun Er jahat di mata Tuhan,maka Tuhan membunuh dia. Onan melakukan perkawinan ipar dengan Tamar. Namun Onan jahat, tidak mau meyumbang keturunan bagi Er. Karena perbuatan Onan jahat di mata Tuhan, maka Onan juga dibunuh. Para suami tidak boleh berlaku jahat di hadapan Tuhan, karena bias saja Tuhan tidak berkenan dan membinasakan kita. Akhirnya Tamar, menantu Yehuda menjadi janda.

Sebenarnya masih ada harapan bagi Yehuda untuk membangkitkan keturunan lewat anak bungsunya, Syela. Sayang jarak umur Er dan Syela agak jauh, karena itu Yehuda berpesan kepada Tamar untu tinggal di rumah ayahnya sampai Syela menjadi besar (Kejadian 38 : 11). Tak lama setelah itu matilah putri Syua, isterinya itu, sehingga Yehuda menjadi duda.

 

Pertemuan Mertua-Menantu

Setelah Yehuda berkabung, ia berencana ke Timna  untuk pergi kepada orang-orang yang menggunting bulu domba-dombanya. Dari orang-orang, Tamar mendengar kabar ini dan mulai menyusun strategi. Memang kalau soal strategi, wanita Israel tidak kalah. Dunia intelijen Israel sering memakai wanita cantik yang pintar sebagai informan untuk menangkap target mereka.

Bagi janda di Israel, mereka mempunyai pakaian khusus yang menandakan status mereka. Untuk memulai operasinya, Tamar menanggalkan pakaian kejandaannya dan memakai telekung dan berselubung layaknya perempuan sundal. Ketika Yehuda melihatnya, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya dan ia tidak tahu bahwa itu menantunya. Singkat kata, terjadilah transaksi, Yehuda berjanji akan mengirimkan kepadanya seekor anak kambing dari kambing dombanya." Kata perempuan itu: "Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku."

Tanya Yehuda: "Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?" Jawab perempuan itu: "Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu." Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya.

 

Tamar ingin menyumbang keturunan bagi Yehuda

Kalau kita nilai secara sepihak, mengapa Tamar yang tidak punya etika ini sampai ada namanya dalam silisilah Yesus. Bukankah dia melakukan hal yang tidak senonoh? Namun bila kita menilai kejadiannya dengan teliti, dia berbuat itu bukan hanya karena nafsu semata. Kalau untuk mencari kepuasan, tentu dia dapat mencari lelaki yang lebih muda. Jadi sebenarnya Tamar punya motivasi yang terpuji : menyumbangkan keturunan bagi Yehuda. Karena ketika Yehuda tiba di situ, ia tidak kunjung mendapatkan Syela, anak bungsu Yehuda. Karena anak tidak dapat, bapaknya yang jadi target! Jadi bagi Tamar yang terpenting: memberi keturunan bagi Yehuda, itu saja! Karena setelah itu Yehuda tahu bahwa itu kesalahannya dan tidak berbuat demikian lagi.

Hal ini terbukti ketika Yehuda ingin mengambol kembali tanggungannya dari perempuan itu dan mendapati semua benda itu pada Tamar yang dahulu dikiranya perempuan sundal. Ia sempat marah denan mengatakan bahwa perempuan itu harus dibakar. Tetapi begitu ia melihat  barang-barang yang menjadi tanggungan itu, ia mengaku dan berkata: "Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku." Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu. Pada waktu perempuan itu hendak bersalin, nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya.

 

Berkat Kembar bagi Tamar

Tamar mendapat berkat anak kembar, yang diberi nama Peres dan Zerah. Peres artinya: ”alangkah kuatnya engkau menembus keluar” . Nama Peres menjadi terkenal di Israel, ketika Rut resmi menjadi istri Boas, para tua-tua di pintu gerbang mengharapkan keturunan mereka juga seperti keturunan Peres yang dilahirkan bagi Tamar ( Rut 4 : 11 -12 )

Nama Tamar berarti ulet, gigih. Tentu bagi gereja sekarang, tidak lagi menyumbang keturunan lewat cara Tamar, tetapi harus gigih dan tekun sampai kita mendapatkan hasrat dan juga    perjanjian Tuhan lewat hidup kita. Kepada bangsa Israel Tuhan mewajibkan mereka tekun beribadah agar berkat jasmani dan rohani serta keturunan digenapi. Semua ibadah dan perbuatan kita diukur sampai genap untuk meraih janji Allah!

Manusia Rohani Yang Bertumbuh

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Manusia Rohani

Seseorang yang telah mengalami lahir baru oleh air dan Roh, namanya tercatat dalam Buku Kehidupan. Namun lahir baru harus ditindaklanjuti dengan hidup baru, hidup dalam tuntunan Firman Allah dan urapan Roh Kudus supaya dapat merasakan kuasa pembaharuan di dalam kehidupan. Rasul Petrus menyebutkan bahwa lewat kuasa Ilahi-Nya yang diberikan kepada kita, kita berhak menerima segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan kita, bukan semua yang kita ingini. Untuk mendapatkan janji yang indah itu, kita harus mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri kita, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bertumbuh dalam iman.

 

Kuasa IlahiNya memberi segala sesuatu yang berguna bagi hidup yang saleh

Kuasa Tuhan yang diterima oleh orang yang telah mengalami pembaharuan dalam dirinya bukan hanya untuk menyelamatkan, tetapi untuk memberikan kepada kita apa yang perlu dan berguna bagi hidup. Daud, adalah seorang yang tahu mengutamakan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai gembala dalam hidupnya, sehingga ia mendapat apa yang dia perlukan, mencapai tujuan dalam hidup.

Rasul Paulus juga menyaksikan bahwa Allah senantiasa memelihara kehidupannya lewat pemberian jemaat. Paulus bukan hanya merasa dicukupkan tetapi menikmati berkat yang berkelimpahan, karena itu selanjutnya ia berkata:     ”Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” ( Filipi 4 : 19 )

 

Menjadi orang yang diberkati

Firman Allah yang kita dengarkan harus kita lakukan dengan setia, karena itu akan menghentar kita untuk menikmati janji Allah. Melalui nabi Musa, kepada bangsa Israel, Allah menekankan agar mereka tidak melupakan Firman Allah dan melakukannya dengan setia untuk menjadi orang yang diberkati, baik di kota atau di ladang,   mendapatkan hasil bumi dan hasil ternak, bahkan meraih janji untuk mendapatkan keturunan (Ulangan 28: 1 – 6).

Berkat yang dijanjikan oleh Allah tidak hanya untuk keturunan Abraham secara rohani. Sejak Yesus mati di kayu salib dan bangkit, segala bangsa sama di hadapan Tuhan. Bahkan oleh anugerah Yesus, kita berhak menerima janji dan berkat Abraham itu. Dalam Galatia 3 : 7-9 disebutkan: Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."

 

Mengambil bagian dalam kodrat Ilahi

Rasul Petrus mengingatkan bahwa untuk meraih janji Allah dan untuk mendapatkan kuasa Ilahi-Nya, kita harus mengalami kuasa pembaharuan di dalam diri kita.  Banyak orang yang mengalami hidup yang berat, suka mengeluh karena mengenakan pakaian rangkap. Dapat kita bayangkan bagaimana kita akan mengalami kesulitan bila mengenakan pakaian baru dan pakaian yang sudah lama sekaligus. Rasul Paulus memberi ilustrasi ini kepada jemaat di kota Korintus  ”Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.” ( 2 Korintus 5 : 4 )

Kemudian Rasul Paulus menjelaskan kepada jemaat di kota Kolose bahwa tabiat lama itu harus dibuang dan kemudian mengenakan pakaian yang baru: ”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah. Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya. ( Kolose 3 : 5-10 )

 

Bertumbuh dan bertambah dalam iman

Iman kita tidak boleh statis, tetapi harus dinamis, bertumbuh dan bertambah. Rasul Petrus menjelaskan bahwa kita tidak cukup hanya jadi orang yang percaya saja. Kepada iman perlu ditambahkan kebajikan,   pengetahuan, penguasaan diri,  ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang. ( 2 Petrus 1 : 5 - 7 )

Dulu, karena kita hanya percaya dan kurang pengetahuan sering terlampau fanatik dan picik tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Ada yang beranggapan tidak perlu lagi  sekolah, tidak usah berladang, bahkan ada yang melepas PNS-nya. Hal ini terjadi karena kurang mengerti dan tidak mengetahui Firman Allah dengan benar. Padahal nabi Hosea telah menyatakan: ”Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...” ( Hosea 4: 6 )

Anak Tuhan juga harus rajin berbuat baik, dapat menguasai diri baik dalam hal ambisi, emosi. Kita juga harus belajar tekun dalam beribadah, tekun bekerja dan mengasihi saudara seiman, bahkan semua orang. Namun di atas semuanya, Rasul Paulus mengingatkan untuk mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. ( Kolose 3 : 14)

Tiga Macam Manusia

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Manusia Rohani

Injil dimulai dengan silsilah Yesus Kristus, oleh kelahiran rohani kita menjadi keluarga Allah. Sejak Yesus mati disalibkan dan bangkit, segala bangsa memperoleh kedudukan yang sama di hadapan Tuhan, tidak ada lagi Yahudi dan non-Yahudi. Setiap orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat adalah orang yang telah mengalami kelahiran baru yang merupakan karya Roh Kudus dalam dirinya. Ketika seseorang lahir baru, namanya terdaftar dalam Kitab Kehidupan. Kita menjadi memiliki silsilah rohani menjadi umat Allah, imamat yang rajani, bangsa yang kudus yang menanggalkan hidup yang lama karena telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan yang ajaib untuk memberitakan perbuatanNya yang ajaib.

 

Manusia Duniawi  ( 1 Korintus 2 : 14 )

Di kota Korintus, Rasul Paulus menasihati agar mereka hidup dalam Roh Kudus agar hidup mereka tidak sama dengan “orang dunia” yang tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah dan hanya menilai sesuatu secara jasmani. Ternyata di kota ini banyak pengaruh-pengaruh roh dunia yang membuat sebagian orang hidup secara duniawi. Memang manusia duniawi cenderung mengikuti keinginan sendiri dan tidak mengerti kehendak Allah.ah. Dalam  I Korintus 2 : 14 disebutkan: “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”

Manusia duniawi cenderung dan sukamenggerutu, mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, bahkan mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan. Mereka suka menjadi provokator, karena hatinya dikuasai oleh keinginan dunia dan hidup tanpa Roh Kudus ( Yudas 1 : 16 & 19 ).

 

Kanak-kanak Rohani ( 1 Korintus 3 : 1 )

Orang Kristen seperti ini memang sudah lahir baru, tetapi belum dewasa secara rohani. Dahulu juga jemaat di Korintus mengalami hal yang sedemikian sehingga Rasul Paulus menyebutkan dalam I Korintus 3 : 1 (Terjemahan Lama) : ”Hai saudara-saudaraku, dahulu tiada dapat aku mengatakan kepada kamu seperti kepada orang yang rohani, melainkan seperti kepada orang yang di dalam tabiat duniawi, yaitu seperti kepada orang yang menjadi kanak-kanak di dalam Kristus.”

Salah satu sifat yang menonjol dari  anak-anak adalah iri hati dan perselisihan. Mengapa anak-anak suka iri hati dan bertengkar? Pola pikir mereka belum dewasa! Anak-anak lebih suka atau cenderung berpikir: ”Apa yang aku dapat?”. Namun yang dewasa secara rohani, dia akan berpikir: ”Apa yang bisa aku buat?” Sebagaimana digambarkan dalam Amsal 30:15, Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!". Namun orang yang dewasa pemikirannya ingin memberi untuk Tuhan, sebagaimana yang dikatakan Raja Daud:  ”Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku.” ( Mazmur 116 : 12 )

 

Manusia Allah ( 1 Timotius 6 : 11 )

Manusia Allah adalah manusia baru yang mengenakan Kristus dalam karakternya sehingga hidupnya tidak lagi mengikuti teladan dunia. Kalau orang dunia suka cari ketenaran, manusia Allah lebih suka kebenaran. Rasul Paulus menulis kepada Timotius, anak rohaninya demikian: ”Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” ( 1 Timotius 6 : 11 )

Apa yang harus dijauhi? Dalam ayat sebelumnya Rasul Paulus menegaskan bahayanya cinta akan uang yang dapat membuat banyak orang jatuh dalam dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Bahkan beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Orang dunia lebih suka menerima ketenaran, kehormatan daripada mengerjakan kebenaran. Banyak orang rela melakukan penipuan termasuk lewat gelar agar dihormati orang. Namun Yesus menegor orang-orang yang suka menerima penghormatan. Dalam Yohanes 5 : 44 disebutkan:  ”Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”

Selanjutnya dinasihatkan agar kita mengejar ibadah. Kata ”mengejar ibadah” mempunyai arti mengutamakan ibadah. Memang telah dinubuatkan bahwa di akhir zaman ada beberapa orang yang akan membiasakan diri tidak beribadah (Ibrani 10 : 25 ), tetapi kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, malah harus semakin giat melakukannya. Namun kita tidak boleh hanya sekadar beribadah tanpa berkata dan berbuat benar. Orang yang beribadah tanpa dapat mengekang lidah, ibadahnya adalah sia-sia ( Yakobus 1 : 26 ). Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Di dalam ibadah yang murni dan sejati kita akan mendapatkan damai sejahtera dari Allah ( Yohanes 20 : 19 -22 ).

Silsilah Yesus Kristus

Bible Text: Matius 1:1-17 | Series: Manusia Rohani

Silisilah adalah daftar atau bagan asal-usul suatu keluarga. Bagi orang Israel, silsilah adalah hal yang penting karena bukan hanya menentukan posisi atau kedudukan tetapi juga hak untuk makan dari persembahan maha kudus, bahkan yang tidak jelas silsilahnya, tidak tahir untuk jabatan imam. Pada masa nabi Ezra, ada 252 orang yang tidak dapat menyatakan apakah kaum keluarga dan asal usul mereka termasuk bangsa Israel, sehingga mereka kehilangan hak, karena namanya tidak ada tercantum dalam silsilah ( Ezra  2 : 59- 63 ).Injil juga diawali dengan mencantumkan daftar silsilah Yesus Kristus sebanyak 42 generasi. Dalam Alkitab bahasa Batak Toba disebutkan: “On ma surat partuturan Jesus Kristus…”. Demikian juga secara rohani kita harus tahu dengan benar silsilah kita, yaitu kelahiran kita secara rohani dengan “lahir baru” yang dilanjutkan dengan “hidup baru”.

 

Lahir Baru dari air dan Roh

Orang Yahudi tidak segera  memberi nama pada bayi yang baru lahir, selama tujuh hari mereka harus menunggu. Barulah pada hari ke-8 setelah anak itu disunat kemudian diberi nama. Demikian juga secara rohani, bila kita telah mengalami “lahir baru” mengalami sunat rohani, tidak lagi tegar tengkuk dan hidup dalam tabiat lama, maka nama kita terdaftar dalam Buku Kehidupan. Bagaimana kita mengetahui bahwa seorang bayi telah lahir? Setiap bayi yang normal dan sehat akan menangis bila telah lahir. Demikian juga orang yang telah lahir baru akan menangisi dirinya yang berdosa untuk kemudian meninggalkan tabiat lamanya.

Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi datangkepada Yesus di malam hari dan berdiskusi dengan Yesus. Kemudian Yesus menyatakan kepadanya bahwa untuk melihat Kerajaan Allah ia harus lahir kembali. Nikodemus menyangka bahwa kelahiran yang dimaksud Yesus seperti kelahiran jasmani seorang bayi. Yesus menjelaskan bahwa ia harus lahir dari air dan Roh ( Yohanes 3 : 5 )

 

Kelahiran Baru menjadikan kita Keluarga Allah

Orang yang telah mengalami lahir baru harus mengasihi Allah, dan kemudian juga mengasihi orang lain yang telah lahir dari Allah ( 1 Yohanes 5 : 1 ). Banyak orang menyebut diri Kristen tetapi tidak mengasihi Allah, hanya muncul di hari Natal dan Paskah. Orang Korea menganggap yang hanya beribadah di hari Minggu hanya Krsiten biasa-biasa, mereka giat mengikuti ibadah sepanjang minggu, karena lewat kegiatan itu kita bukan hanya mengasihi Tuhan, tetapi juga dibina menjadi keluarga Allah lewat persekutuan indah dengan saudara seiman.

Dalam ayat selanjutnya, Yohanes menyebutkan bahwa sebagai bukti ita mengasihi anak-anak Allah yang lain adalah dengan mengasihi Tuhan serta  melakukan perintah-perintahNya.

 

Makanan Rohani mendukung pertumbuhan

Banyak bayi yang baru lahir tidak bertahan hidup, ada yang hitungan hari, minggu atau bulan sudah meninggal. Dan salah satu faktornya adalah kekurangan gizi. Demikian juga secara rohani kita perlu makanan rohani agar kita dapat bertumbuh dengan optimal. Lahir baru juga harus disertai kehidupan baru dengan membuang tabiat lama. Rasul Petrus memberi nasihat: ”Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan...” ( 1 Petrus 2 : 1-2 ).

 

Respons yang baik dalam ibadah membawa penghiburan

Berkat yang kita alami dalam ibadah sangat ditentukan bagaimana kita memberikan respons atau tanggapan. Banyak bayi yang mati karena tidak tahu menyusui, tidak tahu bagaimana minum ASI, sehingga akhirnya kekurangan gizi dan mati.Demikian juga secara rohani banyak orang yang datang beribadah tetapi tidak dapat menikmati hadirat Tuhan, tidak dapat merasakan apa-apa. Nabi Yesaya mengingatkan kita untuk menikmati ibadah dengan tanggapan yang baik:   ”Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya! Supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas. Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan (Yes 66 : 10-12).

Orang yang mencintai Tuhan beribadah dengan sukacita dan penuh sorak dengan segirang-girangnya. Mengapa? Lewat pujian den penyembahan kepada Tuhan kita dibuat menjadi dekat dan melekat dengan Tuhan, sehingga kita dapat menikmati aliran kuasaNya!

Salah satu sebutan untuk Allah kita adalah El-Shaddai,  yang berarti: Allah Yang Maha Kuasa. Kata El-Shaddai berasal dari kata ”shadda” yang artinya buah dada. Ibarat seorang ibu yang yang menyusui dan menghibur anaknya, demikianlah Allah akan menghiburkan kita dengan perbuatan-perbuatan yang ajaib.

YESUS Memberi Kelegaan

Bible Text: Matius 11:28-30

Kelegaan adalah bagian dari keselamatan, sebab dasarnya adalah kita beroleh pengampunan dan beban kita telah dipikul oleh Tuhan. Setelah kita diselamatkan dan terus mengerjakan keselamatan itu dalam diri kita dan meluas kepada orang lain di sekitar kita, hidup kita seharusnya mengalami kelegaan dan bukan mengalami kesesakan hidup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indoenesia, Kata “lega” berarti:

lapang; luas; tidak sempit
tidak sesak
berasa senang ( tenteram ) ; tidak gelisah
senggang ( tidak sibuk )

 

Mengapa manusia menjadi letih, lesu dan berbeban berat?

Dosa membuat manusia tidak mendapatkan kelegaan tetapi justru membawanya kepada kesesakan bahkan dapat menjadi picik. Kain yang persembahannya tidak diterima Tuhan karena membuat persembahan yang salah menjadi marah dan mukanya muram sehingga tergoda berbuat dosa dan akhirnya membunuh adiknya, Habel. Dalam Kejadian 4 : 5-7 disebutkan: ”…tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Dosa atau pemberontakan kepada Tuhan yang dilakukan Nimrod, generasi ke-13 dari Adam juga mengakibatkan pehukuman dari Tuhan yang mengacaukan bahasa mereka sehingga tidak mengerti bahasa yang satu dengan yang lainnya dan menyerakkan mereka ke seluruh bumi ( Kejadian 11 : 8-9 ). Akibat kejahatan manusia di zaman Nuh ditambah lagi kekacauan di Babel akibat ingin mencari nama. manusia mengalami tekanan (stress) sehingga umur manusia tidak lagi panjang. Karena itu kita tidak boleh menjalani hidup yang kacau, tidak saling mengerti satu dengan  yang lain. Banyak orangtua yang asik dengan pekerjaan atau urusan sehingga lalai memperhatikan kehidupan rohani anaknya karena lupa mengantar-jemput mereka ke gereja. Urusan bisnis dan pekerjaan juga kadang membuat kita lupa untuk bersekutu dengan Tuhan.

Sebelum peristiwa Air Bah, rata-rata umur manusia mencapai 912 tahun, kecuali Henokh yang diangkat hidup-hidup pada usia 365 tahun ( Kejadian 5 : 23 – 24 ).  Adam mencapai umur 930 tahun, Set 912 tahun, Enos 905 tahun, Kenan 910 tahun, Mahalel 895 tahun, Yared 962 tahun, Metusalah 969 tahun, Lamekh 777 tahun, Nuh 950 tahun ).

Namun setelah peristiwa Air Bah umur manusia menurun drastis dengan usia rata-rata 277 tahun ( Sem 600 tahun, Arpaksad 438 tahun, Selah 433 tahun, Eber 464 tahun, Peleg 239 tahun, Rehu 239 tahun, Serug 230 tahun, Nahor 148 tahun, Terah 205 tahun, Abraham 175 tahun, Ishak 180 tahun, Yakub 147 tahun, Yusuf 110 tahun).

Dosa telah membuat manusia letih, berbeban berat, sehingga mereka tidak lagi dapat hidup umur panjang seperti nenek moyang mereka.

Bagaimana untuk mendapatkan kelegaan?

Mememuhi Undangan Yesus

Yesus memberi undangan kepada kita semua: ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Kelegaan yang akan diberikan Tuhan tergantung pada tanggapan atau respons kita masing-masing.  Memenuhi undangan Tuhan dapat dilakukan lewat persekutuan dengan Tuhan dan saudara seiman. Di dalam Yesus kita menemukan kelegaan, ketenangan, keteduhan. Karena itu kita tidak boleh meninggalkan pertemuan ibadah seperti yang dibiasakan beberapa orang ( Ibrani 10 : 25 ). Lagu lama ini mengingatkan kita tentang keteduhan yang kita dapatkan bila memenuhi undangan Yesus untuk hadir dalam pertemuan ibadah:

Jangan kau tinggalkan Betlehem, kalau kau tak mau jatuh
Jangan tinggalkan Tuhan Yesus, kalau kau mau dapat teduh
Rajin datang di kebaktian, Tuhan b'ri girang
Upahmu besar di surga, kekal s'lamanya.

Kuk adalah kayu lengkung yang dipasang di tengkuk kerbau atau lembu untuk menarik pedati atau bajak. Yesus mengatakan kita harus rela memikul kuk yang Yesus pasang kepada kita. Untuk beroleh kelegaan kita harus rela melakukan Firman Tuhan, termasuk berkorban  untuk Tuhan. Banyak hal yang bisa kita buat: rela melayani, memberi sebagian berkat untuk orang yang kurang mampu, memberi perhatian untuk pekerjaan Tuhan. Banyak orang yang senang mendapat pelayanan yang gratis, sah-sah saja pemikirian yang demikian. Namun sebagai anak Tuhan yang terbeban, kita harus rela berkorban memikul beban!

Belajar lemah lembut dan rendah hati

Yesus adalah teladan untuk kita belajar lemah lembut dan rendah hati. Lemah lembut tidak sama dengan lemah gemulai. Lemah lembut berarti dapat menyesuaikan diri dengan Firman Allah, tidak keras hati. Orang yang lemah lembut bukan saja beroleh ketenangan dan kelegaan tetapi juga akan mewarisi bumi ( Matius 5:5 ).

Tetaplah Kerjakan Keselamatanmu!

Bible Text: Filipi 2:12-13

Dunia yang kita diami sekarang penuh kejahatan, bahkan akhir ini banyak pejabat yang terseret akibat kasus korupsi. Memang di akhir zaman Yesus telah menubuatkan bahwa peristiwa zaman Nuh akan kembali terulang. Di zaman itu manusia telah menjalankan kehidupan yang “corrupt”. Dalam Alkitab salinan bahasa Inggris versi King James disebutkan: “The earth also was corrupt before God, and the earth was filled with violence.” Jadi tak usah heran bila akhir-akhir ini santer kedengaran kejahatan khususnya korupsi telah merajalela. Namun di tengah keadaan yang demikian, keluarga Nuh yang berjumlah 8 orang diselamatkan dari penghukuman air bah karena tetap mengerjakan keselamatannya dengan hidup benar.

Membangun bahtera keselamatan

Supaya selamat dari penghukuman air bah, Nuh diperintahkan oleh Allah untuk membuat bahtera. Bahtera itu harus dibuat dari kayu gofir, harus dibuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Ukuran bahtera itu juga harus sesuai dengan standar Allah:  tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Bahtera itu juga dibuat bertingkat bawah, tengah dan atas ( Kejadian 6 : 15 - 16 ).

Tiga tingkat bahtera itu adalah gambaran dari Tritunggal Allah yang memberi kesaksian di sorga dan di bumi. Di sorga yang memberi kesaksian adalah Bapa, Firman dan Roh Kudus, sedangkan di bumi adalah Roh, air dan darah ( I Yohanes 5 : 7 – 8 ). Dan Yesus adalah pintu menuju keselamatan ( Yohanes 10 : 9 ).

Demikianlah halnya dengan hidup kita harus memberi kesaksian bagi dunia, lewat penampilan dan cara hidup kita menayangkan Yesus, dunia dapat melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah yang taat dan tidak terkontaminasi untuk berbuat jahat.

Panjang :300 hasta

Panjang berbicara dari hal awal sampai akhir. Angka 300 dalam Alkitab berbicara mengenai kesetiaan. Angka 300 ini ditemukan dalam diri Henokh, yang bergaul karib dengan Allah selama 300 tahun ( Kejadian 5:22 ).

Anak-anak Tuhan juga harus mampu hidup setia. Pertama-tama setia kepada Allah, Sang Pencipta. Kemudian juga kepada pasangannya, bagi yang telah menikah. Orang yang tidak setia kepada pasangannya, menceraikannya dan kemudian menikah lagi, ia sudah berzinah dan akan dihukum oleh Allah. Kita juga harus setia kepada sahabat dan sesama kita dan juga kepada doktrin / ajaran Alkitab dan kepada gereja kita.

Rasul Paulus menegor dengan keras jemaat di kota Galatia karena tidak setia kepada doktirn yang telah diajarkannya dan malah terpengaruh oleh Injil lain sehingga mereka mulai terpesona. Rasul Paulus berkata:   ” Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” ( Galatia 3 : 1 ). Kesetiaan itu berharga di mata Tuhan dan olehnya kita bisa bersaksi kepada dunia.

Lebar : 50 hasta

Kehidupan rohani dan keselamatan kita harus melebar kepada orang lain di sekitar kita. Kepada seisi rumah, rekan di tempat kerja, lingkungan dan masyarakat luas. Untuk beroleh kekuatan menjadi saksi, kita perlu urapan Roh Kudus ( Kisah Para Rasul 1:8 ).

Injil harus mengalir dari kita kepada orang lain. Paulus dan Silas bersaksi kepada kepala penjara kota Filipi sehingga seisi rumahnya percaya kepada Yesus dan diselmatkan. ( Kisah Para Rasul 16 : 31-32 ).

Para istri juga dapat meluaskan keselamatan kepada suami yang belum percaya kepada Yesus. Sayangnya banyak para istri tidak tahu bagaimana melakukannya dengan tepat. Kebanyakan para istri bersaksi dengan cara ”mengkhotbahi” suami dengan kata-kata. Padahal ada cara yang praktis dan efektif : tanpa suara, tanpa kata-kata. Rasul Petrus memberi tips untuk para isteri dalam suratannya:  ”Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” ( I Petrus 3 : 1-2 )

Tinggi : 30 hasta

Tinggi adalah dimensi  atau ukuran dari bawah ke atas. Angka 30 dalam Alkitab berbicara dari hal penyerahan kepada Allah Yang Maha Tinggi. Banyak hal yang diizinkan oleh Tuhan supaya kita memandang dan berharap padaNya dengan sungguh dan penuh penyerahan.

Kepada Abraham sebenarnya Allah telah berjanji bahwa melalui Sarah akan melahirkan anak perjanjian, tetapi ia tidak sabar dan mengambil Hagar hingga beroleh Ismael yang banyak membuat masalah. Namun Allah menyuruhnya memandang ke atas, ke langit, tempat tahta Allah (Kejadian 15 : 5-6).

Raja Nebukadnezar pernah dihukum Allah karena membanggakan kota Babel yang dibangunnya dan membuatnya hidup sepertilembu di padang rumput. Namun setelah ia menengadah ke langit, memandnag kepada Allah,akal budinya kembali dan memulihkannya ( Daniel 4 :30-34 ).

Sebelum memberkati lima roti dan dua ikan untuk mengenyangkan 5000 orang lebih, Yesus menengadah ke langit sambil mengucap syukur! Mari kita tingkatkan penyerahan diri kepada Tuhan lewat seruan sampai ke langit, tempat takhta Allah.

Pengharapan Yang Tidak Mengecewakan

Bible Text: Roma 5:1-3 | Series: Salib

Iman mempunyai kekuatan yang dahsyat, yang bukan  hanya menyelamatkan kita dari dosa dan hukuman kekal, tetapi juga menghentar kita memperoleh kasih karunia dan peluang-peluang untuk mendapatkan janji Tuhan yang indah untuk masa depan, pekerjaan atau karir, kesehatan bahkan untuk semua aspek kehidupan. Bahkan, di tengah penderitaan dan sengsara, iman membuat kita menjadi orang yang setia dan bertekun sampai akhir  sehingga mempunyai karakter  “tahan uji” dan olehnya kita dilayakkan oleh Allah menerima pengharapan.

Pengharapan dalam segala aspek kehidupan

Banyak orang Kristen yang merasa puas kalau percaya kepada Tuhan akan selamat dan masuk surga. Namun iman yang kita miliki mempunyai pengharapan yang lebih lagi, Allah memberkati kita selagi di dunia, bahkan dalam segala aspek kehidupan sampai peluang di masa depan.

Allah tidak hanya melepaskan umatNya, bangsa Israel dari kejaran pasukan Firaun dengan membelah Laut Merah sehingga mereka selamat dan menyertai mereka dengan tiang awan dan tiang api di padang gurun, tetapi Ia juga bekerja untuk mempersiapkan tempat kita di kota Yerusalem Baru.

Oleh iman, kita juga dimampukan menghadapi tantangan dan godaan dalam kehidupan. Bangsa kita sedang menghadapi dekadensi moral, khususnya dalam hal korupsi, mulai dari kalangan atas sampai bawah. Namun anak Tuhan yang beriman akan diberi kekuatan melawan godaan materi, tahan uji terhadap godaan korupsi.

Masa depan yang penuh pengaharapan

Sering ketika dalam kesulitan kita beranggapan Allah tidak mempedulikan atau mencelakakan kita, padahal Allah sebenarnya mendidik kita dan mempersiapkan mental dan karakter kita untuk menerima masa depan.  Ketika bangsa Israel dalam pembuangan di Babel selama 70 tahun mereka  menganggapnya sebagai suatu hukuman. Namun Allah berfirman: ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29 : 11)

Iblis sering mengaburkan masa depan kita lewat godaannya yang membuat kita tergoda lewat tawaran dosa  sehingga kita tidak mempunyai mata hati yang terang untuk menatap masa depan. Ia bahkan mau mencuri dan membunuh masa depan kita lewat narkoba, pergaulan bebas dan dosa lainnya ( Yohanes 10 : 10 a ). Namun syukur, Yesus datang untuk memberi kita hidup dengan segala kelimpahannya.

Pengharapan yang tidak mengecewakan

Pengharapan kepada manusia tidak selamanya bisa diandalkan, bahkan sering mengecewakan karena mempunyai kemampuan yang terbatas. Namun, pengharapan kepada Tuhan punya kekuatan yang luar biasa! Dalam Ibrani  6 : 18 – 19 disebutkan: ”...supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir...”

Sauh atau jangkar adalah alat pengaman bagi kapal laut yang terbuat dari besi yang dilabuhkan dari kapal ke dasar laut sehingga aman dari terpaan angin dan ombak.  Demikian jugalah halnya pengharapan yang kita miliki kepada Allah membuat kita aman dan mendapat kepastian, tidak terombang-ambing.

Abraham tetap berharap kepada Tuhan walaupun tubuhnya sudah sangat lemah dan tidak ada lagi dasar untuk berharap, namun ia percaya akan menjadi bapa banyak bangsa, sebagaimana telah dijanjikan oleh Tuhan ( Roma 4 : 18 – 19 ).

Roh Kudus, menghentar iman  mewujudkan pengharapan

Kita bersyukur Allah memberikan Roh Kudus bagi kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita ( 2 Korintus 5 : 5 ). Roh Kudus menghidupkan iman yang ada pada kita sehingga membangun diri sendiri dan memiliki keyakinan yang teguh, tidak menurut perkataan orang tetapi apa yang dikatakan Kitab Suci.

Dalam melakukan mujizat, Yesus tidak sembarangan, ia ingin melihat iman di hati kita. Garansi iman adalah: ”Jadilah kepadamu menurut imanmu.” ( Matius 9 : 29 ). Allah selalu ingin mengadakan mujizat bagi umat-Nya, namun tidak menjumpai iman yang hidup, yang bulat dan penuh penyerahan kepada Allah. Yesus menghendaki kita memiliki iman sebesar biji sesawi, walau kecil tetapi bulat, dan dapat bertumbuh (Matius 17 : 20 )

Bermegah dalam Penderitaan (2)

Bible Text: Roma 5:1-3 | Series: Salib

Orang yang beriman kepada ALLAH meski di tengah penderitaan atau mengalami sengsara dimampukan untuk tetap bertekun, sabar dan tidak lekas gusar dalam menghadapi situasi sulit. Orang yang bertekun akan mendapatkan solusi dari Tuhan, bahkan mendapatkan kekayaan dan kehormatan ( Amsal 8 : 17 -18 ). Tuhan tidak senang dengan sikap lekas gusar dan mempersalahkan pemimpin, bahkan mempersalahkan Tuhan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel yang gampang terprovokasi untuk  mempersalahkan,  bahkan bertengkar dan  hendak melempari Musa dengan batu.

ORANG BERIMAN HARUS HIDUP BENAR

Kita tidak cukup hanya menjadi orang yang beriman atau percaya saja, tetapi juga harus mampu untuk menjalankan hidup yang benar sesuai dengan Firman Allah, tidak melakukan hal yang onar agar kita mendapat pimpinan Tuhan. Dalam Roma 1 : 17 disebutkan demikian: “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman.” Orang yang beriman tidak berharap pada apa yang ia miliki, tetapi sepenuhnya berharap kepada Allah yang memimpinnya dari kemuliaan kepada kemuliaan. Orang yang hidupnya beriman dipimpin dan digembalakan oleh Tuhan sehingga tidak mengalami kekurangan, tetapi memiliki apa yang diperlukan. Karena itu kita perlu hidup benar agar memiliki apa yang perlu dan berkenan di hadapan Tuhan, bukan apa saja yang kita ingini.

 

KESENGSARAAN MENIMBULKAN KETEKUNAN

Penderitaan atau kesengsaraan yang kita alami karena melakukan kebenaran akan mendidik kita untuk bertekun ( tabah ), tidak gampang mengeluh atau bersungut-sungut dan kemudian mempersalahkan orang lain dan kemudian mempersalahkan Tuhan. Orang yang beriman harus didapati setia dan tekun dalam perjalanan hidupnya. Memang banyak orang yang baik, tetapi orang setia itu jarang ditemukan ( Amsal 20 : 6 ). Yusuf adalah seorang yang setia walau mengalami sengsara akibat menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya yang kemudian membuangnya ke dalam sumur kosong dan kemudian menjualnya kepada pedagang Midian hingga tiba di rumah Potifar. Di sini pun ia dituduh melakukan pemerkosaan terhadap istri Potifar hingga dipenjarakan. Namun Yusuf tidak mempersalahkan siapapun. Ia tabah dalam penderitaannya dan tetap percaya dan setia kepada Allah.

 

KETEKUNAN MENIMBULKAN TAHAN UJI

Orang yang bertekun dalam penderitaan karena kebenaran akan memiliki karakter “tahan uji”.  Tahan uji adalah karakter yang terbentuk dari hasil pengalaman meghadapi kesulitan dan penderitaan. Dalam Alkitab Bahasa Batak Toba, Roma 5:4 berbunyi: “ Jala dihorhon habengeten ni roha i do hatauon, jala hatauon i do manghorohon panghirimon.” Kata hataun berasal dari kata “tau” yang artinya : sanggup, pantas, sesuai, cocok, adil. Oleh ketekunan dalam menghadapi berbagai kesukaran dan penderitaan akan membentuk karakter (sikap batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya). Dalam salah satu salinan bahasa Inggris digunakan kata “perseverance” yang berarti “kesanggupan” atau “kecakapan”. Akibat ketekunan Yusuf dalam berbagai masalah dan penderitaan yang dialaminya, Roh Allah membentuknya menjadi pribadi yang manis ( Kejadian 39 : 6 ). Dan Yusuf disertai Tuhan sehingga dalam segala keadaan dan pekerjaannnya, ia berhasil. Karakter dan karisma (urapan) akan menghentar kita kepada kesuksesan. Mesir menjadi terkenal dan masyhur karena ada Yusuf yang pernah menjadi mangkubumi dan mengatasi bala kelaparan di sana.

 

ORANG YANG TAHAN UJI AKAN DIPUJI OLEH TUHAN

Kita sering fokus untuk memuji Tuhan lewat doa, nyanyian dan sebagainya. Banyak juga orang yang memuji diri sendiri. Tetapi Allah kita memuji umatNya yang tahan uji dan tekun dalam penderitaan. Dalam 2 Korintus 10 : 17-18 disebutkan: "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan. Orang yang tahan uji itu teruji dalam konsistensinya, tidak gampang terpengaruh arus dunia, tidak gampang tergoda oleh harta, tahta atau wanita.

Yusuf berhari-hari terus digoda oleh istri Potifar tetapi ia tidak mau melayani permintaannya. Ironisnya, banyak orang yang tidak digoda tetapi justru menggoda orang lain untuk berbuat dosa. Banyak orang Kristen tidak lulus ujian, demi pilihan jodoh rela menggadaikan imannya atau melakukan korupsi demi tuntutan istri untuk hidup mewah, menjual keyakinan agar naik golongan / pangkat, dan lain sebagainya. Namun Allah ingin kita sebagai umat-Nya untuk tahan uji terhadap segala godaan agar kita memiliki karakter yang berkenan kepadaNya sekaligus mendapat pujian dari Allah, bukan pujian manusia yang sia-sia!

Bermegah dalam Penderitaan (1)

Bible Text: Roma 5:1-3 | Series: Salib

Kitab Roma adalah salah satu kitab Perjanjian Baru yang penuh dengan rahasia iman dan kebahagiaan. Bapak Reformasi Gereja, Dr.Marthin Luther terinspirasi dari kitab Roma membuat pembaharuan dalam gereja. Salah satu hal yang ditekankannya adalah bahwa kita dibenarkan dan selamat hanya oleh iman. Iman kita itu dahsyat dan dihargai oleh Allah. Oleh iman kita beroleh sentosa dgn ALLAH,  beroleh peluang ( jalan masuk ) kepada kasih karunia menerima kemuliaan, bahkan bermegah dalam kesengsaraan. Banyak orang yang tidak suka mengalami penderitaan atau sengsara, padahal iman dan penderitan itu adalah “kembar”, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

KEPADA YANG BERIMAN DIANUGERAHKAN PENDERITAAN

Memang sukar dimengerti mengapa untuk berbahagia kita harus menjadi orang yang beriman sekaligus juga harus menderita. Banyak orang yang ingin bahagia tetapi tidak mau menderita. Tetapi Rasul Paulus menulis ini sebagai bagian dari pengalamannya, ia telah mengalaminya sebagaimana yang telah dialami Kristus juga. Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, ia mengatakan: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.” ( Filipi 1 : 29 )

Penderitaan yang bagaimanakah yang dimaksud Alkitab yang membuat kita bahagia? Kadangkala ada penderitaan karena kesalahan kita sendiri. Namun yang dimaksud oleh Alkitab adalah penderitaan karena kita hidup dalam kebenaran,melakukan Firman Tuhan. Dalam salah satu khotbah Yesus di bukit,Ia berkata: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”  ( Matius 5:10 ). Orang benar memang harus menderita sengsara dan aniaya, sebaliknya orang jahat suka menganiaya orang benar. Bukankah kita sering menderita oleh lingkungan kita ketika melakukan hal yang benar? Habel teraniaya oleh Kain, sebab segala perbuatan Kain adalah jahat dan perbutaan Habel benar ( I Yohanes 3 : 12 ). Memang setiap orang yang beribadah di dalam Kristus Yesus harus siap untuk menderita ( 2 Timotius 3 : 12 ).

PENDERITAAN UNTUK MENDIDIK KITA

Bila manusia menghadapi masalah, penderitaan, cobaan, sering bertanya mengapa Tuhan mengizinkan hal tersebut? Manusia cenderung tidak suka penderitaan, bahkan kalau boleh meraih keberhasilan dengan cepat, dengan jalan pintas walaupun salah kadang dijalani juga. Tetapi jalan Tuhan lain, Ia ingin mendidik umatNya supaya sabar dan percaya kepada Allah dengan teguh.

Bangsa Israel sebenarnya bisa saja tiba di Kanaan dengan cepat, melalui jalan pintas yang hanya memakan waktu beberapa hari, sebagaimana saudara-saudara Yusuf pada zaman Firaun yang berangkat dari negeri mereka bisa sampai dalam beberapa hari ke Mesir, tetapi itu bukan rencana Tuhan. Dalam Keluaran 13 : 17-18 disebutkan: “Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.”  Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Sebenarnya perjalanan ini pun tidak begitu lama, hanya sekitar 40 hari. Namun akibat mereka tidak setia, suka bersungut-sungut dan menggerutu terhadap pemimpin mereka, Musa dan Harun sehingga persungutan mereka sampai di hadirat Allah, maka Tuhan menghukum ketidaksetiaan dan ketidakpercayaan mereka, maka perjalanan yang seharusnya “40 hari” menjadi “40 tahun” ( Bilangan 14 : 34 )

Memang orang Israel yang terprovokasi oleh “bangsa kacauan” yang bajingan menjadi suka bersungut-sungut bahkan bertengkar dengan Musa, sampai Musa mau dilempari dengan batu karena ketiadaan minuman dan makanan. Dalam Keluaran 17 : 2 disebutkan: “Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?”.  Bangsa ini juga suka menyimpan batu dalam saku jubah mereka, yang biasa digunakan untuk senjata melempari orang yang bersalah dalam pandangan mereka, sebagaimana sering diungkapkan dalam Perjanjian Baru juga. Dan Musa berseru-seru ( ”mangangguhi” – bahasa Batak Toba ) karena bangsa itu hendak melempari dia dengan batu ( Keluaran 17 : 4 ).

Allah kadang mengizinkan kita melewati jalan berputar, melewati padang gurun, melewati ”Mara” yang pahit supaya kita dididik untuk sabar dan taat pada Firman-Nya. Kita kadang dididik dan dihajar Tuhan, karena ia menganggap kita sebagai anak yang dikasihi ( Ibrani 12 : 5-6)

PENDERITAAN UNTUK  MENDEWASAKAN DAN MENYEMPURNAKAN IMAN KITA

Tuhan punya rencana yang indah untu umatNya. Kadang sebagai manusia kita tidak bisa sabar untuk janji Tuhan. Manusia suka jalan pintas, suka yanginstan. Sekarang banyak orang mau dapat gelar tapi tak usah belajar, pingin cepat dapat pangkat dengan imbalan suap, dsb. Mungkin kita mengalami tekanan dalam pekerjaan bila berbuat kebenaran, tetapi itulah penderitaan yang kelak membuat kita bahagia. Anak Tuhan harus bisa belajar sabar dan dewasa menghadapi cobaan dan penderitaan. Tuhan mengizinkan penderitaan berlaku atas umatNya untuk melatih kita supaya imannya bertumbuh, bisa menjadi sabar dan tekun, tidak gampang gusar, karena orang yang sabar dan tekunlah memperoleh iman yang matang dan dewasa. Dalam Yakobus 1 : 2-4 disebutkan: ”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” Dan apabila kita bertahan dalam pencobaan, kita adalah orang-orang yang tahan uji yang mendapat pujian dari Allah dan mendapatkan mahkota kehidupan.( Yakobus 1 : 12 )

Bangsa Israel Diberi Makan Manna

Preacher: Pdt. B. Manurung

Bangsa Israel kembali bersungut-sungut kepada Musa dan Harun karena karena ketiadaan makanan. Namun hal yang jahat dilakukan  mereka adalah  dengan  mempersalahkan Musa karena telah membawa mereka keluar dari Mesir dan mulai membandingkan kelezatan makanan Mesir dan menyatakan lebih baik mati di sana. Rupanya bangsa Israel menderita stress berat karena tidak mendapatkan makanan yang enak. Salah saru ciri penbderita stress berat adalah ingin mati. Memang bangsa Mesir terkenal jagoan makan sampai kenyang, dan ketika bangsa Israel dijadikan budak di sana, mereka memang terbiasa makan sekenyang-kenyangnya.

SIAPA YANG BERSUNGUT-SUNGUT?

Kalau kita simak dengan teliti dalam Alkitab, ternyata yang suka bersungut-sungut bahkan dicatat sampai sepuluh kali bukanlah bangsa Israel asli, tetapi adalah bangsa bajingan, atau bangsa kacauan ( Terjemahan Lama ). Mereka ini campuran bangsa Mesir dan Israel lewat pernikahan lintas agama atau lintas iman, dan hanya ingin mencari keuntungan. Dalam Bilangan 11 : 4 ( Terjemahan Lama ) disebutkan: Maka bangsa kacauan, yang di antara mereka itu, beringin-inginlah lalu pulang, maka pada masa itu menangislah bani Israel, katanya: “Siapa gerangan akan memberi kita makan daging?” Karena persungutan mereka kepada Musa dan Harun sampai kepada Allah, dan dicatat sampai sepuluh kali ( Bilangan 14 : 22 ) dan tidak mau mendengarkan suara Tuhan, bangsa ini kemudian dihukum dengan tidak boleh masuk Kanaan dan dimusnahkan, kecuali Yosua dan Kaleb bersama generasi berikutnya yang diperkenankan masuk ke Kanaan. Demikianlah secara rohani, untuk dapat menikmati perjanjian Tuhan, karakter kafir bangsa Mesir yang rakus dan suka bersungut-sungut harus kita tinggalkan dan sekaligus harus ditanggalkan. Tuhan tidak hanya mendengar doa, pujian penyembahan kita tetapi  juga mendengar persungutan kita!

 

ISRAEL DIBERI MANNA DARI SURGA

Hal yang perlu kita ingat adalah Tuhan mendengar setiap seruan umatNya. Namun bila umatNya meminta dengan paksa, Ia memang memberi apa yang kita minta tetapi sekaligus menghajar kita. Bangsa Israel bersungut-sungut karena ketiadaan makanan dengan protes kepada Musa dan Harun, karena itu Tuhan juga menghukum mereka dengan penyakit. Dalam Mazmur 106 : 13-15, dikisahkan: ”Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya; mereka dirangsang nafsu di padang gurun, dan mencobai Allah di padang belantara. Diberikan-Nya kepada mereka apa yang mereka minta, dan didatangkan-Nya penyakit paru-paru di antara mereka.”

Musa hanyalah manusia biasa yang dipilih menjadi hamba Allah, karena itu ia  berkata: "Petang ini kamu akan mengetahui bahwa TUHANlah yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Dan besok pagi kamu melihat kemuliaan TUHAN, karena Ia telah mendengar sungut-sungutmu kepada-Nya. Sebab, apalah kami ini maka kamu bersungut-sungut kepada kami?" Banyak orang tidak menyadari berdoa dengan sikap arogan dan melawan pemimpin membawa dampak negatif walaupun doanya dijawab oleh Tuhan. Karena itu kita perlu berdoa dengan ”cantik” dan berbahasa yang baik sehingga menyentuh hati Tuhan. Dalam Amsal 16 : 21, raja Salomo mengingatkan kita bahwa berbicara manis itu lebih dapat meyakinkan. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk tidak kuatir tentang apapun juga, tetapi menyatakan segala hal keinginannya kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur, bukan dengan bersungut-sungut ( Filipi 4 : 6 ).

 

TUHAN MENGIZINKAN LAPAR UNTUK BELAJAR SABAR DAN RENDAH HATI

Tuhan kita Maha Kuasa, Dia sebenarnya sanggup memberi umatNya makanan dengan limpah. Namun kadangkala Tuhan meluaskan rasa lapar dan ingin melihat bagaimana respon umatNya: bisa sabar atau langsung gusar? Kepada hambaNya, Musa, Allah menyatakan hal ini: ”Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” (Ulangan 8: 2-3 ). Bagi Tuhan tidak sulit untuk memberi makan umatNya, namun Tuhan ingin melihat bagaimana sikap, karakter umatNya bila menerima berkat. Bangsa Israel pernah bersungut-sungut soal makanan dan Tuhan memerintahkan burung puyuh sampai dua hasta tingginya dari muka bumi untuk memberi pelajaran tentang nafsu rakus mereka, sehingga banyak yang mati selagi daging masih ada dalam mulutnya (Bil. 11:31-33)

 

CARA MENDAPATKAN MANNA

Tuhan mengirimkan manna dari surga, tetapi bangsa Israel harus mengikuti petunjuk Musa untuk memperolehnya. Manna tidak boleh diambil sekaligus, tetapi harus setiap hari menjelang pagi dipungut dari tanah dengan cara bertelut atau berlutut ( Keluaran 16 : 21 ). Manna itu bentuknya halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi, warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti kue madu (Keluaran 16: 14, 31). Namun ada bangsa Israel yang tidak mengikuti petunjuk itu, yang kesiangan tidak akan mendapat lagi karena manna sudah cair. Ada yang menyimpannya sampai paginya kemudian karena malas untuk memungut setiap pagi, tapi kemudian manna itu menjadi berulat dan busuk. Demikian halnya secara rohani, untuk mendapat manna kita harus rutin bertelut, berdoa barulah dapat  melihat berkat sepanjang hari. (Mazmur 42:9) Doa harus menjadi kehidupan kita, bukan insidentil atau sekali-sekali bila kita memerlukan sesuatu atau dalam keadaan dalam terdesak saja.