Ayub Yang Saleh dan Diberkati Oleh Tuhan

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Taat Beribadah

Ayub adalah cicit ( anak dari cucu ) Abraham. Kitab Kejadian mencatat bahwa Abraham memperanakkan Ishak dari Sarah, Ishak kemudian menikah dengan Ribka dan memperoleh  anak kembar, Esau dan Yakub. Kemudian Yakub memperoleh 12 anak lelaki dari hasil pernikahan dengan putri pamannya, Laban. Kemudian salah satu dari anak Yakub yaitu Isakhar memperoleh empat anak lelaki yaitu  Tola, Pua, Ayub dan Simron ( Kejadian 46 : 13 ). Ayub juga mewarisi iman Abraham dengan hidup saleh di tanah Us. Orang beriman harus mewariskan iman kepada anak cucu,   Banyak para ahli sejarah Alkitab, seperti Josefus memperkirakan tanah Us berada sekitar Antiokhia, atau Mesopotamia bagian Utara.

 

Ayub seorang yang saleh

Ayub mewarisi iman leluhurnya Abraham yang hidup takut akan Tuhan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi bila anak-anak kita hidup dalam takut akan Tuhan. Sebagai orangtua,  suami-istri harus mampu mewariskan iman kepada anak, bahkan cucu. Timotius, anak rohani sekaligus staf khusus Rasul Paulus adalah seorang yang beriman sebagaimana iman itu ada pada ibunya Eunike dan neneknya Lois ( 2 Timotius 1 : 5 ). Timotius menjadi seorang pelayan yang banyak berdoa dengan mencucurkan air mata. Kita yang telah ditebus oleh darah Yesus, dibaptis dan mengalami kehidupan yang baru juga adalah keturunan Abraham secara rohani, berhak menerima janji dan berkat Allah sebagaimana dialami oleh Abraham (Galatia 3 : 29 ). Sejak dari masa mudanya Ayub sudah bergaul karib dengam Tuhan lewat ibadah, sebagaimana pengakuannya:  “…seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku; ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku, dan anak-anakku ada di sekelilingku…” (Ayub 29 : 4 – 5). Bergaul karib dengan Tuhan itu mendatangkan  berkat  yang besar, sebaliknya bila kita tidak akrab dengan Tuhan,  kita bisa kena murka Tuhan. Dalam Imamat 10 : 3 disebutkan bahwa TUHAN menyatakan kekudusanNya kepada orang yang karib, erat bersekutu dengan Dia. Nadab dan Abihu, anak imam Harun  mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing, yang dibuat sendiri yang tidak diperintahkan Tuhan kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.

Anak-anak harus taat Firman Tuhan, hormat kepada hadirat Tuhan bila ingin melihat berkat yang melimpah dari Tuhan. Bila ingin melihat berkat yang turun temurun kita harus beribadah dengan hati yang penuh dengan ucapan syukur, hidup dengan taat, digembalakan oleh Tuhan, bukan keinginan sendiri. (Mazmur 100 : 1-5).

 

Ayub seorang yang jujur

Kata jujur berarti konsisten dan konsekwen antara perkataan dan perbuatan. Banyak pasangan suami isteri yang tidak dapat mempertahankan ikatan janji pernikahannya. Di hadapan Tuhan, keluarga dan jemaat mereka menyatakan akan setia untuk sehidup semati namun tidak jujur dan mengingkari janji kesetiaan dalam pernikahannya. Perceraian adalah hal yang menjadi kebencian bagi Tuhan. Banyak rumahtangga tidak mendapatkan berkat bahkan penuh dengan air mata karena tidak jujur , tidak memegang teguh janji mereka di hadapan Tuhan
( Maleakhi 2 : 13 -15 ). Ayub menetapkan syarat bagi kesetiaan dalam kehidupan pernikahannnya dengan tidak melirik wanita lain
( Ayub 31 : 1 ).

 

Ayub menjauhkan diri dari kejahatan

Sering kita beranggapan bahwa dunia kejahatan yang terjadi di luar tubuh seperti: perampokan, pencurian, pembunuhan, dan lain sebagainya. Namun kitab Yakobus, yang ditulis oleh saudara Tuhan Yesus memberitakan bahwa  dunia kejahatan juga ada dalam tubuh kita yaitu ucapan lidah. Dalam dunia hukum, seseorang dapat dituntut di pengadilan oleh dua hal: yaitu perbuatan dan perkataan, sama seperti di akhirat orang juga dihukum berdasarkan perbuatan dan perkataan.

Dalam Yakobus 3 : 4-6 disebutkan: ”Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah,  walaupun  suatu   anggota   kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

Oleh lidah melalui ucapan kita, diri kita bisa tercemar. Yakobus juga menasihatkan agar kita dapat menjaga ucapan kita supaya ibadah kita tidak sia-sia ( Yakobus 1 : 26 ). Mengapa kita harus menjaga lidah kita dari ucapan yang sia-sia? Agar kita dapat melihat hari-hari yang baik, penuh keberhasilan dan bukan malapetaka! Dalam Amsal 13 : 2-3 disebutkan: ”Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, tetapi nafsu seorang pengkhianat ialah melakukan kelaliman. Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” Kita juga mendapat berkat dari apa yang diperbuat oleh tangan kita dan apa yang kita ucapkan (Amsal 12 : 14).

Rasul Petrus secara khusua mengingatkan bila ingin mencintai hidup dan melihat hari-hari baik,  tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan serta menjauhkan diri dari lidah yang menipu ( 1 Petrus 3 : 9-10 ).

Kornelius Yang Saleh

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Taat Beribadah

Kornelius adalah seorang yang saleh, beribadah, seorang yang beriman, taat , tulus dan ikhlas. Ia adalah pimpinan dari  100 orang,  sebuah resimen pasukan Italia yang bermarkas di Kaisarea. Kota Kaisarea  yang indah, dibangun oleh Herodes Agung, terletak di pantai Laut Tengah, 100  km sebelah barat-laut Yerusalem, ibukota propinsi Yudea di bawah pemerintahan Romawi. Pusat perdagangan yang baik dan ramai. Penduduknya campuran Yahudi dan non-Yahudi, sehingga di kota ini ditempatkan pasukan yang berkekuatan 100 orang ( setingkat kompi ) yang dipimpin seorang perwira bagian dari resimen pasukan Italia.

 

Kepribadian Kornelius

Walau berprofesi sebagai perwira pasukan Italia dan bukan bangsa Yahudi, namun Kornelius seorang yang sangat saleh dan takut akan Tuhan. Ketika Roh Kudus dicurahkan di kamar loteng Yerusalem, dan murid-murid penuh dengan Roh Kudus dalam berbagai bahasa di lingkungan sekitar Yerusalem, salah satu bahasa itu adalah Roma ( Kis. Para Rasul 2 : 10 – 11 ). Walaupun kala itu Yudea di bawah pemerintahan Roma, namun Kornelius justru sangat tekun beribadah dan memberi banyak sumbangan kepada umat Yahudi.   Injil yang hidup dan berkuasa tentu membaharui kehidupan Kornelius.

 

Saleh

Kata saleh berarti beribadah. Kornelius adalah kepala rumah tangga yang mampu mentransfer iman kepada seisi rumah sehingga semuanya taat beribadah. Untuk menjadi pemimpin yang dapat meyakinkan bukanlah dengan cara kekerasan. Walaupun dia berprofesi militer, namun tidak menggunakan kekerasan dalam mendidik anak-anak atau berlaku kasar terhadap istri. Untuk  dapat  membawa seisi rumah beribadah bersama ke rumah Tuhan, para  suami  harus   dapat    berbicara   dengan lembut dan penuh kasih. Dalam Kolose 4 : 6  disebutkan: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.”

Seorang ayah, sebagai pemimpin dalam rumahtangga harus dapat dengan lembut menuntun anak-anak yang suka melawan, demikian juga seorang ibu dalam memberi nasihat harus dengan kasih supaya anak-anak mau mendengarkan dan menuruti nasihat. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius menyebutkan:  “…dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian  mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”( II Timotius 2 : 25 )

 

Takut akan Tuhan

Takut akan Tuhan bukanlah seperti koruptor yang takut ditangkap KPK. Dalam Amsal 8:13 disebutkan:  Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku   yang  jahat,  dan  mulut  penuh tipu muslihat.” Suami sebagai pemimpin dalam keluarga harus menjauhi kejahatan termasuk berdusta kepada istri atau berlaku kasar terhadap isteri, karena hal ini dapat menghalangi doa suami. Tetapi sebaliknya harus hidup dengan etiket (budi pekerti) yang baik ( I Petrus 3 : 7). Orang yang beribadah dan takut akan Tuhan dapat dilihat dari bahasanya ( Yakobus 1 : 26 ).

Roh Kudus akan membangun kita menjadi pribadi yang baik, termasuk dalam berkata-kata. Bila kita membiasakan diri untuk tidak mau dibangun dalam pribadi yang menyenangkan, Roh Kudus dapat berbalik dan memusuhi kita (Yesaya 63 : 10 ). Firaun adalah seorang keras kepala dengan tidak mau mengizinkan bangsa Israel untuk beribadah kepada Tuhan meskipun Musa dan Harun berkali-kali datang menghadap untuk memohon, dan akhirnya Tuhan mengeraskan hati Firaun.

 

Suka memberi

Kornelius dapat memberi banyak karena dia diberkati oleh Tuhan dalam karirnya. Dan sebagai orang benar dan beribadah kita harus gemar memberi   (Amsal 21 : 26 – Terjemahan Lama ). Yabes berdoa kepada Tuhan supaya ia diberkati dengan limpah dan berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu
( I Tawarikh 4 : 10). Dari berkat yang melimpah inilah kita harus suka memberi agar hidup kita menjadi berkat ( KPR 20 :35 b ).

 

Senantiasa Berdoa

Banyak orang berdoa kalau lagi sakit, atau mau mengikuti ujian dengan kata lain : bila ada kebutuhan. Namun sebagai orang yang dibangun oleh Roh Kudus, doa harus menjadi kehidupan kita. Ada masalah atau tidak ada masalah, suka atau duka kita harus senantiasa berdoa ( Mazmur 42 : 9 ). Daniel berdoa secara rutin tiga kali sehari, walau ada ancaman dari raja (Daniel 6 : 11 ). Doa dan pemberian harus berjalan paralel. Ibarat dua sayap burung, bila salah satu patah maka dipastikan tidak dapat terbang, apalagi kedua-duanya tidak ada.  Namun Kornelius seorang yang suka memberi dan senantiasa berdoa kepada Allah, didatangi Allah sendiri dalam rupa malaikat dan mengatakan: ”Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.”

Kehidupan Jemaat Yang Dibangun Oleh Roh Kudus

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Dibangun oleh Roh Kudus

Bersama Roh Kudus kita dibangun lewat menyukai dan menikmati Firman Allah, menghormati pemberita Firman dan berdoa dalam Roh Kudus. Namun Roh Kudus tidak hanya membangun diri kita sendiri tetapi juga lebih jauh dampak atau pengaruhnya kepada jemaat.  Yudea, Galilea dan Samaria adalah daerah di sekitar Yerusalem di mana 120 murid dipenuhkan dengan Roh Kudus dan mereka menjadi pribadi yang penuh dengan urapan Allah sehingga menyebar menjadi saksi yang hidup di lingkungan sekitar mereka. Penderitaan dan aniaya tidak luput dari orang-orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus, namun mereka diberi ketabahan dan kesabaran , bahkan mereka mendapat penghiburan dari Roh Kudus.

 

Berada dalam keadaan damai

Kata “damai” berarti : 1) tidak ada perang, tidak ada kerusuhan,aman 2)tenteram, tenang 3)keadaan tidak bermusuhan, rukun. Jemaat akan dibangun oleh Roh Kudus bila dalam keadaan damai, salinan lain menyebut: “enjoyed a time of peace”.  Anak Tuhan harus bebas dari segala hal yang membuat kita rusuh, gundah gulana tetapi harus dapat menikmati karya Roh Kudus dalam diri kita yang membuat kita bersukacita (Filipi 4 : 4).

Bila keadaan keluarga rusuh, suami berlaku kasar terhadap istri dan tidak mempunyai kehidupan yang harmonis, dapat mengakibatkan doa terkendala dan berkat berkurang.  Rasul Petrus memberi nasihat: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” ( 1 Petrus 3 : 7 )

 

Damai dengan Allah

Banyak orang yang mengeluh, menggerutu tentang nasib dan mempersalahkan Tuhan (Yudas 1: 16). Orang yang damai dengan Allah akan senantiasa bersyukur walau mengalami hal yang buruk sekalipun. Bangsa Israel yang suka bersungut-sungut, bahkan dicatat ada sepuluh kali mereka menggerutu dan mempersalahkan Tuhan dan juga Musa, hambaNya sehingga tidak diperkenankan masuk ke Kanaan dan digantikan oleh generasi yang baru. Rasul Paulus mengingatkan kita semua untuk mengucapkan syukur dalam segala hal, karena itulah yang dikendaki Tuhan (1 Tesalonika 5 : 18).

 

Damai dengan sesama

Secara horizontal, kita juga harus dapat hidup damai dengan sesama. Dalam Yakobus 4:11 disebutkan: “Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.” Kita tidak boleh menjelek-jelekkan orang lain atau saling mempersalahkan, tetapi sebaliknya, harus saling mendoakan.

 

Damai dengan seteru/musuh

Tak dapat dipungkiri ada saja orang yang membenci kita dan menganggap kita sebagai musuh, namun kita tidak boleh memusuhi orang lain. Mungkin kita disakiti, ditipu atau mungkin diperlakukan dengan semena-mena, namun   kita  tidak   boleh  menuntut pembalasan. Dalam Roma 12 : 19 disebutkan demikian: “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”

 

Dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan

Dalam salinan lain kata ”dibangun” ini disebut:  ” ... it was strengthened and encouraged by the Holy Spirit.” Yang artinya dikuatkan dan diberi keberanian untuk tahan menderita oleh Roh Kudus. Anak-anak Tuhan harus punya keberanian, bersemangat dan tidak menjadi orang yang gampang putus asa, stres, depresi, dsb. Orang-orang yang penakut, gampang putus asa adalah yang pertama disebutkan akan masuk neraka ( Wahyu 21 : 8 ).

Roh Kudus yang ada dalam diri kita melenyapkan ketakutan, dan membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban ( 2 Timotius 1 : 7 )

Mengapa kita perlu untuk berani, bersemangat dan tetap kuat? Untuk meraih tuaian kita harus rajin, bersemangat dan tidak merasa jemu, karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai ( Galatia 6 : 9 ).

Karena itu kita perlu menantikan Roh Kudus untuk membaharui semangat kita laksana rajawali. Di pertengahan usia ( sekitar 40 tahun ) burung rajawali mengalami masa transisi: keadaan fisiknya melemah. Pada masa inilah rajawali dihadapkan pada dua pilihan : mau dibaharui atau tetap dalam kondisi buruk. Rajawali yang bersemangat akan menanti sambil terbang ke arah matahari dan mendapat pemulihan dan kekuatan baru. Dalam Yesaya 40 : 30 – 31 disebutkan: ”Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,  tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

 

Jumlahnya makin bertambah besar

Kualitas jemaat yang dibangun oleh Roh Kudus akan mengakibatkan kuantitas (jumlah) yang bertambah. Jemaat yang mula-mula hidup dalam takut akan Tuhan, sangat perhatian kepada ibadah, bahkan tiap-tiap hari mereka berhimpun. Mereka juga bertumbuh menjadi pribadi yang terpuji, sehingga mereka disukai orang banyak. Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Bagaimana Kita Dibangun Oleh Roh Kudus?

Bible Text: Ibrani 1:1-4 | Series: Dibangun oleh Roh Kudus

Firman Allah dan Roh Kudus berjalan paralel, seiring. Oleh Roh Kudus, kita diingatkan akan Firman Allah yang dapat menopang segala aspek kehidupan kita. Kita juga akan mengalami pertumbuhan dan dibangun oleh Roh Kudus sesuai dengan  kehausan kita akan Firman Allah. Rasul Petrus mengingatkan,  “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan…” ( I Petrus 2 : 2 )

 

Menyukai dan menikmati Firman Allah

Pertumbuhan seorang bayi menjadi sehat dan cerdas sangat ditentukan oleh faktor makanan. Bayi yang makan dengan teratur dan ditopang oleh makanan yang bergizi sudah tentu akan lebih sehat dan punya bobot yang baik dibandingkan dengan bayi yang malas makan. Sebagai manusia rohani kita juga harus memakan makanan rohani yaitu Firman Allah. Nabi Musa mengingatkan kepada bangsa Israel: “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” ( Ulangan 8 : 3 )

Firman Allah yang kita baca, renungkan dan lakukan akan membuat kita lebih baik. Jemaat di kota Berea  lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian ( Kisah Para Rasul 17:10 ). Respons atau tanggapan kita

ketika mendengar Firman Allah juga turut mempengaruhi kebahagiaan kita. Nabi Yeremia merasakan pembelaan Tuhan karena mengalami Firman Tuhan menopangnya, sehingga ia berkata:  “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.” (Yeremia 15 : 16)

Firman Tuhan harus menjadi kesenangan kita di atas yang lain. Ada yang kesenangannya uang, kalau tidak punya uang selalu merasa gelisah terus, ada juga orang yang kesenangannya pakaian, kalau tidak memiliki mode yang terbaru ia tidak pernah puas.

Untuk menjadi dewasa dan terus bertumbuh kita harus senantiasa dibangun oleh Roh Kudus untuk menyukai Firman Allah.

 

Menyukai yang memberitakan Firman Allah

Banyak orang yang bisa senang mendengar Firman Allah, tetapi tidak suka kepada orang yang memberitakannya. Namun sikap sedemikian tidak membawa kita untuk dibangun oleh Roh Kudus. Rasul Paulus menngingatkan kepada anak rohaninya, Timotius: “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.” (I Timotius 5 : 17 )

Sikap kita terhadap Firman Tuhan dan cara menanggapi apa yang disampaikan oleh yang memberitakan Firman Allah akan mempengaruhi pertumbuhan rohani yang kita terima. Dalam Lukas 8 : 18, Yesus berkata:  “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.” Pada peristiwa itu Ibu dan saudara Yesus kurang respons mendengarkan Firman Allah karena cara memandang mereka kepada Yesus sebagai pemberita Firman tidak tepat. Jemaat di Filipi juga kadang kurang respons terhadap Paulus sebagai pemberita, sehingga ia pernah menasihati: “Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.” (Filipi 4 : 17)  Sikap atau respons yang baik terhadap pemberitaan dan pemberita Firman dapat memberi pengertian kepada orang bodoh sehingga menjadi cerdas. ( Mazmur 119 : 130  )

 

Berdoa di dalam Roh Kudus

Mengapa kita harus berdoa di dalam Roh Kudus, bukankah kita bisa juga berdoa dengan akal budi? Berdoa dalam Roh Kudus membuat kita menjadi orang yang dibangun, kita bisa mendengar bisikan dan petunjuk Roh Kudus lebih jauh. Doa adalah komunikasi. Sering orang berdoa satu arah kepada Tuhan supaya permintaannya dikabulkan. Namun kita perlu mendengar bisikan Roh Kudus, apa yang harus kita lakukan untuk Tuhan. Roh Kudus juga akan membantu kita dalam berdoa sebab kadangkala kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8 : 26).

Berdoa dalam Roh Kudus juga membuat kita dapat menantikan Tuhan untuk membaharui kekuatan kita ( Yesaya 40 : 31 ). Seratus dua puluh murid yang dipenuhkan dengan Roh Kudus di kamar loteng Yerusalem tidak berdoa meminta berkat tetapi mereka memuliakan Allah tentang perbuatan-perbuatanNya yang ajaib ( Kisah Para Rasul 2 : 11 ). Rasul Paulus menasihatkan untuk berdoa dengan roh dan akal budi ( I Korintus 14 : 15 )

Bersama Roh Kudus Kita Membangun Diri

Bible Text: Yudas 1:20 | Series: Dibangun oleh Roh Kudus

Roh Kudus adalah salah satu dari pribadi dalam Tritunggal Allah. Memang secara logika masalah tritunggal sulit diterima, namun bukan berarti tidak dapat kita yakini. Yesus meminta kepada Allah Bapa agar memberikan seorang penolong yang menyertai kita, yang tinggal di dalam kita dan akan menyertai kita ( Yohanes 14 : 15 – 17 ). Roh Kudus yang ada dalam diri kita tidak statis, tetapi terus menerus melakukan pembaharuan. Oleh Roh Kudus kita dilahirkan baru, dipenuhi dengan RohNya, berbuahkan buah Roh Kudus dan selanjutnya memiliki persekutuan dengan Roh Kudus. Kita harus senantiasa memelihara hubungan yang akrab dan intim dengan Roh Kudus setiap hari, karena oleh RohNya kita dituntun kepada segala kebenaran, karena itu kita harus mau mendengar bisikan Roh Kudus dalam hati kita.

 

Apa yang dibangin Roh Kudus dalam diri kita?

Sebagaimana Allah kita tritunggal, kita juga terdiri dari tiga bagian besar yaitu : roh , jiwa dan tubuh. Dan semuanya itu akan dibangun bila kita memelihara persekutuan dengan Roh Kudus.

 

Roh

Allah menginginkan kita memiliki roh yang kuat, mempunyai ketetapan dan tidak plin-plan, mempunyai ketetapan hati.  Allah menguatkan hati Yosua yang akan memimpin Israel. Allah berfirman kepda Yosua: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.” ( Yosua 1 : 6 – 7 )

Roh kita juga harus sehat sehingga tidak asal menerima ajaran sesaat yang bisa sesat sebagaimana dinasehatkan Paulus (1 Tim 6 : 3 – 5).

 

Jiwa

Persekutuan dengan Roh Kudus akan membuat  kita memiliki karakter yang baik. Buah-buah Roh Kudus akan membuat kita menjadi pribadi yang bersikap manis. Roh yang kuat juga berdampak pada jiwa yang kuat. Daniel dan kawan-kawan di Babel berketetapan untuk tidak menajiskan diri dengan menolak santapan dan minuman raja. Bahkan mereka tetap berdoa dan memuji Allah sekalipun ada larangan dari raja. Di zaman gereja mula-mula, mereka yang dipenuhi dengan Roh Kudus menjadi orang-orang yang disukai. Mereka senantiasa memuji Allah,  dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan ( Kis Para Rasul 2 : 47 ).

Roh Kudus membuat kita menjadi orang yang setia dan berkomitmen. Banyak orang yang hanya mau memuji Tuhan kalau hatinya dalam keadaan senang, berkat melimpah, tetapi bila menghadapi persoalan, dalam situasi rugi menjadi melempem dan malas memuji Tuhan.

Orang-orang di Gerasa ( TL : Gadara ) menolak Yesus karena mereka merasa rugi, kehilangan 2000 ekor babi meskipun di sana Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan. Mereka lebih mengutamakan perhitungan untung-rugi daripada keselamatan satu jiwa  (Markus 5 : 1 -17).Tetapi jemaat mula-mula itu senantiasa memuji Allah, dalam suka duka atau mengalami pencobaan, mereka terus beribadah. Inilah yang membuat mereka memiliki karakter yang teruji dan terpuji sehingga dihormati orang banyak ( Kis Para Rasul 5 : 13 ). Hidup kita harus menjadi surat yang terbuka yang dapat dibaca sekalian orang.

 

Tubuh

Roh Kudus juga membagun diri kita agar tubuh ( fisik ) kita sehat dan kuat. Salah satu peran Roh Kudus adalah memberi sukacita sehingga tubuh kita sehat dan segar. Dalam Amsal disebutkan : Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang ( Amsal 17 : 22 ).

Namun semangat saja tidak cukup untuk membangun tubuh yang kuat. Kesehatan tubuh kita juga didukung faktor makanan, dan untuk meyajikan makanan perlu uang. Raja Salomo yang penuh hikmat itu berkata: “Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu.” (Pengkhotbah 10 : 19).

Makanan yang sehat terdapat pada makanan yang berserat dan bukan hanya lezat. Untuk mendapatkan uang yang cukup, Alkitab mengajarkan cara yang halal yaitu dengan bekerja keras. Dalam Efesus  4 : 28 disebutkan, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.”

Allah sangat senang dengan umatNya yang rajin menggunakan tangan. Meskipun di abad  modern sudah banyak pekerjaan dapat dilakukan dengan bantuan mesin, seperti computer, mesin cuci, mixer dan sebagainya, kita juga perlu melatih bekerja dengan tangan sendiri. Dengan demikian kita diberkati untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, dapat membagi berkat yang kita terima kepada orang lain yang membutuhkan.

Rasul Paulus juga mengajarkan kita untuk tahu berhemat supaya tidak berkekuranan. Dalam  Filipi 4 : 12 (Terjemahan Lama) disebutkan: “Aku tahu berhemat-hemat, dan aku tahu juga bermewah-mewah, di dalam tiap-tiap hal dan di dalam segala sesuatu aku sudah paham, baik dalam hal kenyang atau lapar, baik dalam hal mewah atau kekurangan (Filipi 4 : 12 ).

Bagi Kamulah Janji Itu

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Dibangun oleh Roh Kudus

Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan di Yerusalem memenuhi 120 orang murid yang dengan setia menanti perjanjian Tuhan. Yerusalem adalah kota yang terkenal yang menjadi pusat perhatian dunia sampai sekarang, dan di akhir zaman pemerintahan antikristus juga berpusat di sini. Anak Tuhan harus penuh dengan Roh Kudus bersama gereja yang sempurna sehingga kelak akan disingkirkan ke padang gurun sehingga luput dari aniaya antikristus. Penduduk Yerusalem terharu mendengar khotbah Petrus yang berdurasi sekitar 20 menit tentang bagaimana Allah mengasihi mereka dan berjanji memberikan Roh-Nya.

Penduduk Yerusalem gempar ketika hari Pantekosta. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Mereka menyaksikan bagaimana 120 murid yang berasal dari Galilea  dalam bahasa mereka sendiri, padahal mereka adalah orang Galilea. Mereka berbicara dalam bahasa  Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea  Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, mereka mendengar murid-murid berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Bahasa Arab juga termasuk dari salah satu bahasa yang diucapkan oleh murid-murid ketika kepenuhan Roh Kudus. Tuhan mengasihi bangsa Arab ( turunan Ismael ), sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Yesaya bahwa suatu kali kelak mereka juga dikumpulkan untuk menyemarakkan keagungan Tuhan ( Yesaya 60 : 7 ).

 

Syarat menerima Roh Kudus yang dijanjikan

Bertobat

Untuk menerima Roh Kudus kita harus mengalami pertobatan, yaitu perubahan pola pikir yang ditindaklanjuti dengan perubahan perilaku. Pikiran kita turut menentukan tindakan kita. Meskipun kita hidup di dunia, namun tidak boleh larut oleh situasi dan keadaaan dunia. Kepada jemaat di kota Kolose, rasul Paulus mengingatkan: ”Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3 : 1 -2 )

Suatu saat kita akan meninggalkan semua harta yang kita miliki di bumi ini, karena kewargaan kita adalah di dalam sorga ( Filipi 3 : 20 ). Umat Tuhan, gereja harus fokus kepada Maranatha, kedatangan Tuhan yang kedua kali.

Perubahan pola pikir membuat kita berubah dalam perilaku yang menjadi semakin baik. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Efesus supaya orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi  bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. ( Efesus 4 : 28 ) Tuhan berkenan memberkati dan simpati kepada orang yang bekerja dengan tangan ( Amsal 10 : 4 ) dan kemudian mau memberi kepada yang berkekurangan. Buah tobat seseorang dapat dilihat dari tangan yang suka memberi. Baik memberi materi, waktu atau tenaga.

 

Memberi diri dibaptis

Orang yang bertobat harus dibaptis sebagai tanda ketaatan. Kita dibaptis supaya bersama dengan Kristus kita dikubur terhadap dosa dan kemudian bangkit dalam kehidupan yang baru. Jemaat di Efesus dibaptis ulang oleh Paulus karena sebelumnya mereka belum dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus ( Kisah Para Rasul 19 : 1-6 ) dan kemudian menumpangkan tangan atas mereka  turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Namun  bisa juga baptisan Roh Kudus mendahului baptisan air, namun baptisan air adalah wajib ( Matius 28 : 19 ).

 

Mengapa harus menerima dan penuh dengan Roh Kudus?

Akhir zaman akan penuh dengan masa yang sukar, dekadensi moral, kejahatan yang semakin meningkat. Kita perlu Roh Kudus untuk memimpin kehidupan kita. Salah satu peran Roh Kudus adalah menjadi penolong bagi kita dalam seluruh aspek kehidupan: dalam memberi nasihat kepada anak-anak sehingga dapat diterima, memberi kecerdasan bagi yang sedang belajar atau menunut ilmu. Dalam Yohanes 14:16 disebutkan, ”Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya...” Dengan Roh Kudus juga kita dipimpin kepada segala kebenaran ( Yohanes 14 : 26 ) sehingga kita tidak tersesat dan gampang putus asa, mneopang kita sehingga berhasil dalam pekerjaan kita. Roh Kudus juga mengingatkan kita akan semua Firman yang telah kita dengar.

 

Membangun diri sendiri dalam Roh Kudus

Orang percaya tidak boleh puas hanya berbahsa roh sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus, tetapi harus membangun diri dengan berdoa dalam Roh Kudus (Yudas 1 : 20). Berdoa dalam Roh Kudus membuat kita dibangun ( 1 Korintus 14 : 4 ),  Roh membantu kita dalam berdoa, menyampaikan keluhanl yang tak terucapkan. (Roma 8 : 27 ).

Makna Perayaan Hari Pentakosta

Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Dibangun oleh Roh Kudus

Pantekosta atau Pentakosta?

Banyak orang yang bertanya mengapa ada Pentakosta ada Pantekosta, mana yang benar Pantekosta atau Pentakosta? Keduanya benar. Memang pada awal pergerakan  aliran Pentakosta di Indonesia sekitar tahun 1921, kala itu masih menggunakan ejaan Klinkert yang kemudian dlanjutkan dengan ejaan Melayu. Karena kemajuan yang pesat, pada 4 Juni 1924, pemerintah Hindia Belanda mengakui eksistensi “De Pinkster Gemeente in Nederlansch Indie” sebagai perkumpulan yang sah. Dan kemudian pada 4 Juni 1937, pemerintah meningkatkan pengakuannya kepada pergerakan Pantekosta menjadi persekutuan gereja,  berubah nama menjadi  Pinksterkerk -  in Nederlansh Indie. Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1942, nama Belanda itu diubah menjadi “Gereja Pantekosta di Indonesia.” Dan nama itu digunakan organisasi gereja kita sampai sekarang. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sejak edisi terbitan 2007, kita tidak lagi menemukan kata Pentakosta, tetapi menjadi Pantekosta yang artinya: hari raya 50 hari sesudah Paskah untuk memperingati turunnya Rohulkudus. Nama Pentakosta atau Pantekosta sama saja, yang penting bagi kita adalah api Pantekosta yaitu urapanNya itu ada dalam kehidupan kita.

 

Roh Kudus memenuhi 120 murid di Yerusalem

Sebenarnya ada sekitar 500 orang yang menyaksikan Yesus naik ke surga pada sebuah bukit di Galilea dan mendapat pesan untuk menanti Roh Kudus dicurahkan di kamar loteng Yerusalem (1 Korintus 15:6). Namun dari 500 orang itu, mayoritas tidak  tidak mau penuh dengan Roh Kudus seperti yang tertulis dalam Kitab Suci.  Banyak orang yang puas hanya selamat dan menerima Roh Kudus tanpa dipenuhkan dengan Roh Kudus. Bahkan ada beranggapan saat percaya dan lahir baru kita sudah penuh dengan Roh Kudus. Memang ketika kita percaya, telah dimeteraikan dengan Roh Kudus (Efesus 1:13), namun belum dipenuhkan dengan Roh Kudus. Bahkan ada yang tidak mau lagi datang ke ibadah doa pencurahan Roh Kudus karena sudah pernah mengalami puluhan tahun lalu. Urapan Roh Kudus perlu setiap hari dibaharui dalam diri kita, bukan sebagai sejarah atau pengalaman masa lalu. Karena itu Yesus mengatakan bahwa untuk dipenuhkan dengan Roh Kudus tidak susah, syaratnya hanya percaya dan  haus (Yohanes 7:37–38).

Jemaat di kota Efesus tidak puas hanya mengalami baptisan Yohanes sebagai tanda pertobatan. Ketika Paulus berkunjung ke Efesus, mereka memberi diri dibaptis dan Paulus menumpangkan tangan atas mereka dan mereka penuh dengan Roh Kudus dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat ( Kis 19 : 1-7 ). Lewat ke-12 orang yang penuh dengan Roh Kudus ini jemaat Efesus berkembang dengan pesat sehingga mencapai ribuan orang pada masa itu di Asia Kecil.

Mengapa hanya 120 orang murid yang dipenuhi dengan Roh Kudus. Alkitab kita penuh dengan angka yang bermakna rohani. Seratus dua puluh  orang murid  itu  adalah  yang dengan segenap hati menanti perjanjian Tuhan sampai digenapi. Apa makna 120 bagi kita?

120 = 1 x 2 x 3 x 4 x 5

1 : Mengutamakan Allah dalam hidup
Banyak orang yang lebih mengutamakan usahanya daripada Tuhan. Bahkan sering lalai beribadah karena sibuk mencari uang. Bahkan banyak mengutamakan adat lebih daripada beribadat.

2 : Hidup yang menjadi kesaksian
Dalam Alkiab, angka dua berbicara dari hal saksi. Kita tidak cukup hanya menjadi pendengar Firman, tetapi juga harus melakukan Firman sehingga hidup kita menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain. Rasul Paulus menulis kepada jemaat di kota Korintus: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.”

3 : Menerima Tritunggal Allah
Kita tidak cukup menerima Allah Bapa dan AnakNya Yesus, tetapi juga harus menerima Roh Kudus. Gereja harus haus dipenuhkan dengan Roh Kudus supaya menjadi gereja yang dewasa, pengantin Kristus yang sempurna yang kelak dipelihara dari aniaya antikristus.

4 : Persatuan dan persekutuan
Orang percaya harus memelihara kasih persaudaraan, harus dapat hidup berdampingan dengan damai, menerima saudara kita sebagai anggota tubuh Kristus.

5 : Prinsip Salib, penyangkalan diri
Untuk menjadi pengikut Yesus kita harus belajar menyangkal diri dan mengutamakan kehendak Tuhan

Roh Kudus memberi kuasa untuk menjadi saksi

Banyak orang bangga bila sudah berbahasa asing sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus. Namun itu baru sebagai tanda, langkah pertama. Selanjutnya kita harus tinggal dalam kepenuhan itu dengan memelihara persekutuan dengan Roh Kudus. Lewat 120 murid yang dipenuhi dengan Roh Kudus sehingga beroleh kuasa menjadi saksi yang menggemparkan Yerusalem. Dalam 2 Timotius 1:7 disebutkan: ”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Lewat Roh Kudus kita bisa mengendalikan mulut kita (Mazmur 141:3), mengusir setan (Markus 16:17), menjadikan mata hati kita terang (Efesus 1:18-19), hidup kita dipermuiakan (Filipi 4:19),bahkan melakukan perkara-perkara besar (Yohanes 14:12).

Pengaruh Sebagai Terang

Preacher: Pdt. B. Manurung

Berdasarkan  hukum Fisika, arus listrik terjadi akibat getaran, sama seperti halnya suara. Kekuatan suara itu ternyata sangat dahsyat, apalagi kalau Allah yang bersuara lewat FirmanNya! Dalam minggu penciptaan, pada hari pertama Allah menjadikan terang. Dalam Kejadian 1:3 disebutkan: Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Jadi sebelum ada  matahari, bulan dan bintang ( yang kemudian baru ada pada hari ke-4 ), Allah terlebih dahulu menjadikan terang. Demikian juga ada kekuatan dahsyat bila hati kita bisa bergetar memberi tanggapan, respons yang positif ketika mendengar Firman Allah. Betapa sering kita lalai memperbincangkan Firman Allah, kita mungkin lebih sering terbawa kepada pembicaraan masalah politik, harga kebutuhan pokok atau topik yang lagi tren.  Namun Yesus sangat memperhatikan dan bahkan hadir saat kita memperbincangkan Firman-Nya. Ketika Kleopas dan teman seperjalanannya membicarakan Yesus yang bangkit, Yesus ada di tengah-tengah mereka.   Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" ( Lukas 24:32 ). Untuk menjadi terang dunia sangat ditentukan oleh bagaimana sikap kita mendengar Firman Allah, karena itu kita tidak boleh cuek tetapi harus respek.

Yesus adalah Terang Dunia yang sesungguhnya

Yesus sebagai anak Allah sudah ada sejak semula. Dalam Yohanes 1:1-5 disebutkan:  “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Namun kita sebagai pengikut Yesus juga harus menjadi terang dunia.

Bagaimana kita menerangi dunia?

Setiap orang yang percaya kepada Yesus harus dapat menjadi terang dunia. Mungkin tidak semua orang bisa jadi pendeta, tetapi dapat menjadi pelita yang memberi terang kepada dunia yang gelap. Bagaimanakah kita dapat menjadi terang bagi dunia sekitar kita?

 

Hidup bergaul dengan Allah
Henokh adalah keturunan ketujuh  dari Adam melalui Set ( pengganti Habel ) yang hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun (Kejaadian 5:22). Sedang Lamekh, keturunan ke-7 dari Adam melalui Kain adalah yangpertama kali melakukan poligamidengan mengawini Ada dan Zila. Henokh taat pada prinsip Firman Allah, untuk hidup dengan seorang istri walau di sekitarnya ada yangberistri dua. Henokh menerangidunia dengan taat pada Firman Allah.

Mengabdi kepada Tuhan dan keluarga
Untuk menjadi terang dunia kita harus punya loyalitas dan kesetiaan, pertama-tama terhadadap Tuhan, dan kemudian kepada keluarga. Kita tidak menjadi lampu senter yang hanya menyorot tetapi tetap hidup dalam kegelapan. Karena itu kita harus memelihara keluarga kita. Dalam 1 Timotius 5:8 disebutkan: “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” Pekerjaan setan yang gencar di akhir zaman ini adalah merusak keluarga dengan perceraian. Firman Allah  mengingatkan: “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” Namun dalam kenyataan ada juga yang lebih suka istri muda daripada setia terhadap isteri dari masa mudanya.

Bersekutu dengan saudara seiman
Gereja mula-mula dipakai Tuhan dengan luar biasa karena mereka menjadi terang, menjadi orang yang disukai. Hal ini tidak lepas dari ketekunan mereka dalam bersekutu. Dalam Kisah Para Rasul 2:42 disebutkan: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Tuhan menginginkan kita tetap menyala-nyala dalam melayani Tuhan, termasuk dalam persekutuan dengan teman-teman seiman. Dalam Lukas 12:49 Yesus berkata: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala.” Seratus dua puluh murid yang dipenuhkan dengan Roh Kudus di kamar loteng Yerusalem adalah orang-orang yang setia dalam persekutuan sampai mendapatkan perjanjian Tuhan. Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan mencurahhkan Roh-Nya ke atas segala manusia (Yoel 2:28), namun banyak orang yang tidak mau dipenuhkan dengan Roh Kudus karena malu dan tertutup. Padahal untuk penuh dengan Roh Kudus tidak sukar, hanya perlu percaya dan haus. Dalam Yohanes 7:37–38 disebutkan: Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

Gereja mula-mula bersinar karena ada urapan Roh Kudus, mereka beroleh kuasa untuk menjadi saksi. Oleh Roh Kudus kita mematikan perbuatan daging dan dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:13).

Untuk Apa Yesus Naik ke Surga?

Preacher: Pdt. B. Manurung

Surat Kisah Para Rasul ditujukan oleh Lukas kepada Teofilus, seorang pegawai tinggi kerajaan di Roma. Kita bersyukur kalau ada umat Tuhan yang menjadi pejabat pemerintah, PNS, atau orang yang berpengaruh dalam pemerintahan. Lukas mengingatkannya tentang apa yang telah dikerjakan dan diajarkan Yesus, termasuk tentang kesederhanaan. Setelah Yesus bangkit dari maut dan mengalahkan kematian, selama 40 hari Ia masih tinggal di bumi untuk menampakkan diri kepada murid-muridNya dan orang-orang percaya, lebih dari sepuluh kali, antara lain kepada Maria Magdalena seorang diri, kemudian bersama dengan wanita yang lain di hari pertama minggu itu, kepada dua murid dalam perjalanan ke Emaus ( Lukas 24:13 ), secara khusus kepada Simon Petrus (Lukas 24:34), kepada 10 murid tanpa Thomas (Yohanes 20:19), di pantai danau Tiberias kepada 7 orang murid (Yohanes 21: 1-10), kepada sekalian murid di Yerusalem bersama Kleopas (Lukas 24:33-36), kepada sekalian murid dan orang percaya sekitar 500 orang di bukit Galilea (1 Korintus 15:6) kepada Yakobus, saudaraNya secara khusus ( 1 Korintus 15:7 ), karena saudara Yesus pernah menyangka Yesus tidak waras (Markus 3:21), dan saat-saat terakhir adalah sebelum Ia naik ke surga di bukit Zaitun (Kis 1: 11-12).

 

Menyediakan tempat bagi kita di surga

Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita (Yohanes 14 :2-3 ). Yesus sedang mempersiapkan tempat tinggal bagi kita.  Surga adalah tempat yang mulia, jalannya dari emas  tulen, bagaikan kaca murni. Di sana kita bisa menikmati buah dari pohon kehidupan yang dulu ada di Taman Firdaus ( Wahyu 22:2 ; Wahyu 2:7 ).

 

Duduk di sebelah kanan Allah Bapa

Setelah Yesus naik ke surga, ia tidak lagi dalam pangkuan Bapa, tetapi duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Untuk apa Yesus ada di sana? Dalam Mazmur 110 : 1 disebutkan "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Siang malam iblis masih mendakwa umat yang ditebus oleh darah Yesus, karena itu Yesus ada disana untuk membela kita, sebagaimana Ayub yang hidup saleh dan beribadah itu dibela dari dakwaan iblis.

Dalam ayat yang lain disebut Yesus juga berdiri di sebelah kanan Allah,: Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah Para Rasul 7:56 ).Hal ini terjadi ketika Stefanus hendak dirajam karena mempertahankan imannya dan kemudian mati syahid dan menjadi martir. Duduk dan berdiri dua hal yang harus kita latih secara seimbang.

 

Mengutus Roh Kudus bagi kita

Roh Kudus tidak hanya membuat kita penuh dengan RohNya dan berkata-kata dalam bahasa yang baru, tetapi juga mendewasakan kita sehingga layak menjadi gereja yang sempurna yang akan dipertunangkan sebagai perawan suci bagi Kristus ( 2 Korintus 11 : 2 ). Anak kecil seperti balita belum dapat dipertunangkan karena belum dewasa, demikian juga gereja harus dewasa, memiliki indera yang terlatih termasuk menikmati masakan yang pedas. Karena itu kita harus bersikap dewasa bila mendengar firman yang mungkin keras menegor kesalahan kita, karena salah satu fungsi firman Allah adalah menegor kesalahan dan mendidik orang dalam kebenaran. Roh Kudus juga akan menolong kita memahami pikiran dan rahasia Allah. Dalam Wahyu 8 : 1 disebutkan bahwa surga akan sunyi senyap selama setengah jam. Padahal surga itu tidak pernah senyap, karena selalu ada pujian yang dinaikkan. Ada apa yang terjadi? Anak Domba membuka meterai yang ketujuh, dan kepada tujuh malaikat diberikan sangkakala dan bumi siap dihukum, gereja yang sempurna menjalani pernikahan dengan Anak Domba sehingga luput dari penghukuman yang menimpa bumi. Banyak hal yang tak dapat kita pahami dari firman Allah secara logika manusia, tetapi kalau kita dipenuhi dengan Roh Kudus, Allah sanggup memberi penerangan sehingga kita dapat mengerti hal-hal yang tak terpahami karena pikiran Allah ditransfer dalam pikiran kita.

Gereja Tuhan juga tidak luput dari penderitaan dan penganiayaan, untuk itu kita perlu dipenuhkan dengan Roh Kudus sehingga mampu bertahan terhadap penderitaan, tidak menjadi lemah walau dihina, disepelekan atau disakiti.  Roh Kudus juga akan menuntun kita menjadi dewasa secara rohani. Kepada jemaat Efesus, rasul Paulus menulis: “… sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Efesus 4 : 13 )

 

Memberikan kita kuasa untuk menjadi saksi

Dalam Kisah Para Rasul 1 : 8 disebutkan bahwa kita akan menerima kuasa  kalau Roh Kudus turun ke atas kita dan kemudian kita menjadi saksi Kristus.  Dalam salinan lain kata kuasa disebut ”dunamis” yaitu kemampuan untuk melakukan hal yang istimewa, yang besar. Karena itu kita perlu karunia Roh Kudus, antara lain karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, sehingga bila kita berbicara, suami bisa menerima, anak-anak mau mendengar nasihat.

Berbahagia Orang Yang Dianiaya Karena Kebenaran

Bible Text: Matius 5:10 | Series: Dasar Kekristenan

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga"

Sulit rasanya secara logika untuk menerima perkataan atau ucapan bahagia yang diucapkan oleh Yesus ini. Jangankan dianiaya, kita sering merasa tersinggung apabila kita diperlakukan dengan tidak adil. Bahkan kita tidak jarang, kita menyimpan perasaan dendam terhadap orang yang menyakiti kita. Orang yang sombong sering dengan gampang meluapkan kekecewaan lewat emosi yang tak terkendali, sebalinya orang yang lemah lembut dan rendah hati, dapat menahan diri dari tindakan membalas, sekalipun mengalami penderitaan dan aniaya.  Yesus telah mengalami hal yang sedemikian, supaya kita anak-anakNya dimampukan untuk melakukan. Hidup kekristenan harus kita tunjukkan dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi sebaliknya harus mendoakan mereka yang memusuhi bahkan menganiaya kita .

 

Apakah aniaya itu?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “aniaya” mempunyai arti: perbuatan bengis (seperti penyiksaan, penindasan). Dan biasanya penindasan dilakukan oleh orang yang lebih kuat terhadap orang yang lemah. Misalnya: penguasa terhadap jajahan, pemerintah yang bengis kepada rakyat, pengusaha terhadap buruh/karyawan atau suami terhadap istri, dan sebagainya. Tidak heran banyak orang Kristen yang hidupnya benar mengalami kesuitan dan penindasan seperti penekanan oleh atasan dalam pekerjaan, izin pembangunan gereja yang dipersulit.  Suka menganiaya adalah pekerjaan dan karakter iblis.

 

Mengapa orang benar harus mengalami aniaya?

Ibadah yang benar memang harus disertai aniaya. Habel yang melakukan persembahan korban bakaran dengan benar sesuai petunjuk Tuhan lewat orangtuanya, dianiaya dan kemudian dibunuh oleh Kain yang jahat. Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, Allah menyembeli seekor domba untuk menutupi ketelanjangan mereka. Habel melakukan kebenaran, karena

korban penghapus dosa yang dipersembahkan haruslah anak domba yang disembelih, yang disertai dengan penumpahan darah ( Ibrani 9:22 ). Namun Kain menjadi panas hati karena persembahan hasil buminya ditolak, karena memang Kain jahat tidak mau melakukan korban sesuai dengan Firman Tuhan. Dalam 1 Yohanes 3 : 12 disebutkan: “… bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”

Rasul Paulus kepada Timotius mengingatkan:  “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” ( 1 Timotius 3 : 12 ).  Sebagai manuisia Yesus sendiri telah mengalami dan merasakan aniaya sejak masih bayi. Ia dikejar-kejar oleh Herodes sehingga diungsikan oleh Yusuf dan Maria ke Mesir, bahkan sampai mati di kayu salib ia tetap tegar untuk tidakmelakuan pembalasan terhadap yang menganiayaNya.  Orang yang hidup benar, beriman harus juga menderita aniaya. Iman dan penderitaan adalah saudara kembar. Dalam Filipi 1 : 29 disebutkan: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”

 

Bagaimana sikap kita menghadapi penganiayaaan?

Sikap yang benar adalah tidak melawan. Di akhir zaman akan banyak datang penganiaya, karena itu Yesus menasihatkan: ”Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.” ( Matius 10 : 23 )

Dalam dunia hukum,  apabila kita melawan yang menganiaya kita, keduanya dapat dijerat hukum pidana, seperti kasus Jupe dan Dewi Persik Mengapa kita tidak boleh melawan yang menganiaya kita? Karena bila kita melawan kita merampas hak Tuhan, dan kita tidak mendapat pembelaan dari Tuhan. Dalam Roma 12 : 19 disebutkan:    ”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Kita tidak boleh menuntut pembalasan, bahkan Yesus mengajarkan : ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5 : 39)

 

Dari mana datangnya penganiayaaan?

Rasul Paulus yang menulis 14 kitab Perjanjian Baru adalah figur yang telah terbiasa menghadapi penderitaan dan aniaya. Dalam 2 Korintus 11 : 24-26 yang pertama disebutkannya adalah dari bangsa Yahidi, bangsanya sendiri yakni lima kali disesah, tiga kali didera dan satu kali dilempari denan batu sampai pingsan, namun dalam keadaan demikian pun, Allah menunjukkan kemurahanNya, dia diangkat ke langit yang ketiga. Ia juga mengalami aniaya dari alam, kapalnya karam, diancam bahaya banjir, bahaya penyamun, bahaya di kota, di padang gurun. Paulus juga tidak luput dari bahaya pihak saudara-saudara palsu.

Di akhir zaman penganiayaan akan meningkat yang berpuncak pada aniaya antikristus yang muncul dari kalanan anak Tuhan yang tidak sungguh-sungguh. Kita harus menjaga agar kita punya karakter atau watak yang baik termasuk ketika menghadapi aniaya. Banyak orang yang mengalami kepahitan dan tidak dapat mengampuni. Penderitaan yan kita alami adalah hal yang dianugerahkan Tuhan untuk meningkatkan kualitas iman kita.