Bible Text: Matius 5:10 | Series: Dasar Kekristenan

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga"

Sulit rasanya secara logika untuk menerima perkataan atau ucapan bahagia yang diucapkan oleh Yesus ini. Jangankan dianiaya, kita sering merasa tersinggung apabila kita diperlakukan dengan tidak adil. Bahkan kita tidak jarang, kita menyimpan perasaan dendam terhadap orang yang menyakiti kita. Orang yang sombong sering dengan gampang meluapkan kekecewaan lewat emosi yang tak terkendali, sebalinya orang yang lemah lembut dan rendah hati, dapat menahan diri dari tindakan membalas, sekalipun mengalami penderitaan dan aniaya.  Yesus telah mengalami hal yang sedemikian, supaya kita anak-anakNya dimampukan untuk melakukan. Hidup kekristenan harus kita tunjukkan dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi sebaliknya harus mendoakan mereka yang memusuhi bahkan menganiaya kita .

 

Apakah aniaya itu?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “aniaya” mempunyai arti: perbuatan bengis (seperti penyiksaan, penindasan). Dan biasanya penindasan dilakukan oleh orang yang lebih kuat terhadap orang yang lemah. Misalnya: penguasa terhadap jajahan, pemerintah yang bengis kepada rakyat, pengusaha terhadap buruh/karyawan atau suami terhadap istri, dan sebagainya. Tidak heran banyak orang Kristen yang hidupnya benar mengalami kesuitan dan penindasan seperti penekanan oleh atasan dalam pekerjaan, izin pembangunan gereja yang dipersulit.  Suka menganiaya adalah pekerjaan dan karakter iblis.

 

Mengapa orang benar harus mengalami aniaya?

Ibadah yang benar memang harus disertai aniaya. Habel yang melakukan persembahan korban bakaran dengan benar sesuai petunjuk Tuhan lewat orangtuanya, dianiaya dan kemudian dibunuh oleh Kain yang jahat. Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, Allah menyembeli seekor domba untuk menutupi ketelanjangan mereka. Habel melakukan kebenaran, karena

korban penghapus dosa yang dipersembahkan haruslah anak domba yang disembelih, yang disertai dengan penumpahan darah ( Ibrani 9:22 ). Namun Kain menjadi panas hati karena persembahan hasil buminya ditolak, karena memang Kain jahat tidak mau melakukan korban sesuai dengan Firman Tuhan. Dalam 1 Yohanes 3 : 12 disebutkan: “… bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”

Rasul Paulus kepada Timotius mengingatkan:  “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” ( 1 Timotius 3 : 12 ).  Sebagai manuisia Yesus sendiri telah mengalami dan merasakan aniaya sejak masih bayi. Ia dikejar-kejar oleh Herodes sehingga diungsikan oleh Yusuf dan Maria ke Mesir, bahkan sampai mati di kayu salib ia tetap tegar untuk tidakmelakuan pembalasan terhadap yang menganiayaNya.  Orang yang hidup benar, beriman harus juga menderita aniaya. Iman dan penderitaan adalah saudara kembar. Dalam Filipi 1 : 29 disebutkan: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”

 

Bagaimana sikap kita menghadapi penganiayaaan?

Sikap yang benar adalah tidak melawan. Di akhir zaman akan banyak datang penganiaya, karena itu Yesus menasihatkan: ”Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.” ( Matius 10 : 23 )

Dalam dunia hukum,  apabila kita melawan yang menganiaya kita, keduanya dapat dijerat hukum pidana, seperti kasus Jupe dan Dewi Persik Mengapa kita tidak boleh melawan yang menganiaya kita? Karena bila kita melawan kita merampas hak Tuhan, dan kita tidak mendapat pembelaan dari Tuhan. Dalam Roma 12 : 19 disebutkan:    ”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Kita tidak boleh menuntut pembalasan, bahkan Yesus mengajarkan : ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5 : 39)

 

Dari mana datangnya penganiayaaan?

Rasul Paulus yang menulis 14 kitab Perjanjian Baru adalah figur yang telah terbiasa menghadapi penderitaan dan aniaya. Dalam 2 Korintus 11 : 24-26 yang pertama disebutkannya adalah dari bangsa Yahidi, bangsanya sendiri yakni lima kali disesah, tiga kali didera dan satu kali dilempari denan batu sampai pingsan, namun dalam keadaan demikian pun, Allah menunjukkan kemurahanNya, dia diangkat ke langit yang ketiga. Ia juga mengalami aniaya dari alam, kapalnya karam, diancam bahaya banjir, bahaya penyamun, bahaya di kota, di padang gurun. Paulus juga tidak luput dari bahaya pihak saudara-saudara palsu.

Di akhir zaman penganiayaan akan meningkat yang berpuncak pada aniaya antikristus yang muncul dari kalanan anak Tuhan yang tidak sungguh-sungguh. Kita harus menjaga agar kita punya karakter atau watak yang baik termasuk ketika menghadapi aniaya. Banyak orang yang mengalami kepahitan dan tidak dapat mengampuni. Penderitaan yan kita alami adalah hal yang dianugerahkan Tuhan untuk meningkatkan kualitas iman kita.