Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Taat Beribadah

Ayub adalah cicit ( anak dari cucu ) Abraham. Kitab Kejadian mencatat bahwa Abraham memperanakkan Ishak dari Sarah, Ishak kemudian menikah dengan Ribka dan memperoleh  anak kembar, Esau dan Yakub. Kemudian Yakub memperoleh 12 anak lelaki dari hasil pernikahan dengan putri pamannya, Laban. Kemudian salah satu dari anak Yakub yaitu Isakhar memperoleh empat anak lelaki yaitu  Tola, Pua, Ayub dan Simron ( Kejadian 46 : 13 ). Ayub juga mewarisi iman Abraham dengan hidup saleh di tanah Us. Orang beriman harus mewariskan iman kepada anak cucu,   Banyak para ahli sejarah Alkitab, seperti Josefus memperkirakan tanah Us berada sekitar Antiokhia, atau Mesopotamia bagian Utara.

 

Ayub seorang yang saleh

Ayub mewarisi iman leluhurnya Abraham yang hidup takut akan Tuhan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi bila anak-anak kita hidup dalam takut akan Tuhan. Sebagai orangtua,  suami-istri harus mampu mewariskan iman kepada anak, bahkan cucu. Timotius, anak rohani sekaligus staf khusus Rasul Paulus adalah seorang yang beriman sebagaimana iman itu ada pada ibunya Eunike dan neneknya Lois ( 2 Timotius 1 : 5 ). Timotius menjadi seorang pelayan yang banyak berdoa dengan mencucurkan air mata. Kita yang telah ditebus oleh darah Yesus, dibaptis dan mengalami kehidupan yang baru juga adalah keturunan Abraham secara rohani, berhak menerima janji dan berkat Allah sebagaimana dialami oleh Abraham (Galatia 3 : 29 ). Sejak dari masa mudanya Ayub sudah bergaul karib dengam Tuhan lewat ibadah, sebagaimana pengakuannya:  “…seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku; ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku, dan anak-anakku ada di sekelilingku…” (Ayub 29 : 4 – 5). Bergaul karib dengan Tuhan itu mendatangkan  berkat  yang besar, sebaliknya bila kita tidak akrab dengan Tuhan,  kita bisa kena murka Tuhan. Dalam Imamat 10 : 3 disebutkan bahwa TUHAN menyatakan kekudusanNya kepada orang yang karib, erat bersekutu dengan Dia. Nadab dan Abihu, anak imam Harun  mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing, yang dibuat sendiri yang tidak diperintahkan Tuhan kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.

Anak-anak harus taat Firman Tuhan, hormat kepada hadirat Tuhan bila ingin melihat berkat yang melimpah dari Tuhan. Bila ingin melihat berkat yang turun temurun kita harus beribadah dengan hati yang penuh dengan ucapan syukur, hidup dengan taat, digembalakan oleh Tuhan, bukan keinginan sendiri. (Mazmur 100 : 1-5).

 

Ayub seorang yang jujur

Kata jujur berarti konsisten dan konsekwen antara perkataan dan perbuatan. Banyak pasangan suami isteri yang tidak dapat mempertahankan ikatan janji pernikahannya. Di hadapan Tuhan, keluarga dan jemaat mereka menyatakan akan setia untuk sehidup semati namun tidak jujur dan mengingkari janji kesetiaan dalam pernikahannya. Perceraian adalah hal yang menjadi kebencian bagi Tuhan. Banyak rumahtangga tidak mendapatkan berkat bahkan penuh dengan air mata karena tidak jujur , tidak memegang teguh janji mereka di hadapan Tuhan
( Maleakhi 2 : 13 -15 ). Ayub menetapkan syarat bagi kesetiaan dalam kehidupan pernikahannnya dengan tidak melirik wanita lain
( Ayub 31 : 1 ).

 

Ayub menjauhkan diri dari kejahatan

Sering kita beranggapan bahwa dunia kejahatan yang terjadi di luar tubuh seperti: perampokan, pencurian, pembunuhan, dan lain sebagainya. Namun kitab Yakobus, yang ditulis oleh saudara Tuhan Yesus memberitakan bahwa  dunia kejahatan juga ada dalam tubuh kita yaitu ucapan lidah. Dalam dunia hukum, seseorang dapat dituntut di pengadilan oleh dua hal: yaitu perbuatan dan perkataan, sama seperti di akhirat orang juga dihukum berdasarkan perbuatan dan perkataan.

Dalam Yakobus 3 : 4-6 disebutkan: ”Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah,  walaupun  suatu   anggota   kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

Oleh lidah melalui ucapan kita, diri kita bisa tercemar. Yakobus juga menasihatkan agar kita dapat menjaga ucapan kita supaya ibadah kita tidak sia-sia ( Yakobus 1 : 26 ). Mengapa kita harus menjaga lidah kita dari ucapan yang sia-sia? Agar kita dapat melihat hari-hari yang baik, penuh keberhasilan dan bukan malapetaka! Dalam Amsal 13 : 2-3 disebutkan: ”Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, tetapi nafsu seorang pengkhianat ialah melakukan kelaliman. Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” Kita juga mendapat berkat dari apa yang diperbuat oleh tangan kita dan apa yang kita ucapkan (Amsal 12 : 14).

Rasul Petrus secara khusua mengingatkan bila ingin mencintai hidup dan melihat hari-hari baik,  tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan serta menjauhkan diri dari lidah yang menipu ( 1 Petrus 3 : 9-10 ).