Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Manusia Rohani

Injil dimulai dengan silsilah Yesus Kristus, oleh kelahiran rohani kita menjadi keluarga Allah. Sejak Yesus mati disalibkan dan bangkit, segala bangsa memperoleh kedudukan yang sama di hadapan Tuhan, tidak ada lagi Yahudi dan non-Yahudi. Setiap orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat adalah orang yang telah mengalami kelahiran baru yang merupakan karya Roh Kudus dalam dirinya. Ketika seseorang lahir baru, namanya terdaftar dalam Kitab Kehidupan. Kita menjadi memiliki silsilah rohani menjadi umat Allah, imamat yang rajani, bangsa yang kudus yang menanggalkan hidup yang lama karena telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan yang ajaib untuk memberitakan perbuatanNya yang ajaib.

 

Manusia Duniawi  ( 1 Korintus 2 : 14 )

Di kota Korintus, Rasul Paulus menasihati agar mereka hidup dalam Roh Kudus agar hidup mereka tidak sama dengan “orang dunia” yang tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah dan hanya menilai sesuatu secara jasmani. Ternyata di kota ini banyak pengaruh-pengaruh roh dunia yang membuat sebagian orang hidup secara duniawi. Memang manusia duniawi cenderung mengikuti keinginan sendiri dan tidak mengerti kehendak Allah.ah. Dalam  I Korintus 2 : 14 disebutkan: “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”

Manusia duniawi cenderung dan sukamenggerutu, mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, bahkan mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan. Mereka suka menjadi provokator, karena hatinya dikuasai oleh keinginan dunia dan hidup tanpa Roh Kudus ( Yudas 1 : 16 & 19 ).

 

Kanak-kanak Rohani ( 1 Korintus 3 : 1 )

Orang Kristen seperti ini memang sudah lahir baru, tetapi belum dewasa secara rohani. Dahulu juga jemaat di Korintus mengalami hal yang sedemikian sehingga Rasul Paulus menyebutkan dalam I Korintus 3 : 1 (Terjemahan Lama) : ”Hai saudara-saudaraku, dahulu tiada dapat aku mengatakan kepada kamu seperti kepada orang yang rohani, melainkan seperti kepada orang yang di dalam tabiat duniawi, yaitu seperti kepada orang yang menjadi kanak-kanak di dalam Kristus.”

Salah satu sifat yang menonjol dari  anak-anak adalah iri hati dan perselisihan. Mengapa anak-anak suka iri hati dan bertengkar? Pola pikir mereka belum dewasa! Anak-anak lebih suka atau cenderung berpikir: ”Apa yang aku dapat?”. Namun yang dewasa secara rohani, dia akan berpikir: ”Apa yang bisa aku buat?” Sebagaimana digambarkan dalam Amsal 30:15, Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!". Namun orang yang dewasa pemikirannya ingin memberi untuk Tuhan, sebagaimana yang dikatakan Raja Daud:  ”Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku.” ( Mazmur 116 : 12 )

 

Manusia Allah ( 1 Timotius 6 : 11 )

Manusia Allah adalah manusia baru yang mengenakan Kristus dalam karakternya sehingga hidupnya tidak lagi mengikuti teladan dunia. Kalau orang dunia suka cari ketenaran, manusia Allah lebih suka kebenaran. Rasul Paulus menulis kepada Timotius, anak rohaninya demikian: ”Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” ( 1 Timotius 6 : 11 )

Apa yang harus dijauhi? Dalam ayat sebelumnya Rasul Paulus menegaskan bahayanya cinta akan uang yang dapat membuat banyak orang jatuh dalam dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Bahkan beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Orang dunia lebih suka menerima ketenaran, kehormatan daripada mengerjakan kebenaran. Banyak orang rela melakukan penipuan termasuk lewat gelar agar dihormati orang. Namun Yesus menegor orang-orang yang suka menerima penghormatan. Dalam Yohanes 5 : 44 disebutkan:  ”Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”

Selanjutnya dinasihatkan agar kita mengejar ibadah. Kata ”mengejar ibadah” mempunyai arti mengutamakan ibadah. Memang telah dinubuatkan bahwa di akhir zaman ada beberapa orang yang akan membiasakan diri tidak beribadah (Ibrani 10 : 25 ), tetapi kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, malah harus semakin giat melakukannya. Namun kita tidak boleh hanya sekadar beribadah tanpa berkata dan berbuat benar. Orang yang beribadah tanpa dapat mengekang lidah, ibadahnya adalah sia-sia ( Yakobus 1 : 26 ). Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Di dalam ibadah yang murni dan sejati kita akan mendapatkan damai sejahtera dari Allah ( Yohanes 20 : 19 -22 ).