Bible Text: Roma 5:1-3 | Series: Salib

Orang yang beriman kepada ALLAH meski di tengah penderitaan atau mengalami sengsara dimampukan untuk tetap bertekun, sabar dan tidak lekas gusar dalam menghadapi situasi sulit. Orang yang bertekun akan mendapatkan solusi dari Tuhan, bahkan mendapatkan kekayaan dan kehormatan ( Amsal 8 : 17 -18 ). Tuhan tidak senang dengan sikap lekas gusar dan mempersalahkan pemimpin, bahkan mempersalahkan Tuhan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel yang gampang terprovokasi untuk  mempersalahkan,  bahkan bertengkar dan  hendak melempari Musa dengan batu.

ORANG BERIMAN HARUS HIDUP BENAR

Kita tidak cukup hanya menjadi orang yang beriman atau percaya saja, tetapi juga harus mampu untuk menjalankan hidup yang benar sesuai dengan Firman Allah, tidak melakukan hal yang onar agar kita mendapat pimpinan Tuhan. Dalam Roma 1 : 17 disebutkan demikian: “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman.” Orang yang beriman tidak berharap pada apa yang ia miliki, tetapi sepenuhnya berharap kepada Allah yang memimpinnya dari kemuliaan kepada kemuliaan. Orang yang hidupnya beriman dipimpin dan digembalakan oleh Tuhan sehingga tidak mengalami kekurangan, tetapi memiliki apa yang diperlukan. Karena itu kita perlu hidup benar agar memiliki apa yang perlu dan berkenan di hadapan Tuhan, bukan apa saja yang kita ingini.

 

KESENGSARAAN MENIMBULKAN KETEKUNAN

Penderitaan atau kesengsaraan yang kita alami karena melakukan kebenaran akan mendidik kita untuk bertekun ( tabah ), tidak gampang mengeluh atau bersungut-sungut dan kemudian mempersalahkan orang lain dan kemudian mempersalahkan Tuhan. Orang yang beriman harus didapati setia dan tekun dalam perjalanan hidupnya. Memang banyak orang yang baik, tetapi orang setia itu jarang ditemukan ( Amsal 20 : 6 ). Yusuf adalah seorang yang setia walau mengalami sengsara akibat menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya yang kemudian membuangnya ke dalam sumur kosong dan kemudian menjualnya kepada pedagang Midian hingga tiba di rumah Potifar. Di sini pun ia dituduh melakukan pemerkosaan terhadap istri Potifar hingga dipenjarakan. Namun Yusuf tidak mempersalahkan siapapun. Ia tabah dalam penderitaannya dan tetap percaya dan setia kepada Allah.

 

KETEKUNAN MENIMBULKAN TAHAN UJI

Orang yang bertekun dalam penderitaan karena kebenaran akan memiliki karakter “tahan uji”.  Tahan uji adalah karakter yang terbentuk dari hasil pengalaman meghadapi kesulitan dan penderitaan. Dalam Alkitab Bahasa Batak Toba, Roma 5:4 berbunyi: “ Jala dihorhon habengeten ni roha i do hatauon, jala hatauon i do manghorohon panghirimon.” Kata hataun berasal dari kata “tau” yang artinya : sanggup, pantas, sesuai, cocok, adil. Oleh ketekunan dalam menghadapi berbagai kesukaran dan penderitaan akan membentuk karakter (sikap batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya). Dalam salah satu salinan bahasa Inggris digunakan kata “perseverance” yang berarti “kesanggupan” atau “kecakapan”. Akibat ketekunan Yusuf dalam berbagai masalah dan penderitaan yang dialaminya, Roh Allah membentuknya menjadi pribadi yang manis ( Kejadian 39 : 6 ). Dan Yusuf disertai Tuhan sehingga dalam segala keadaan dan pekerjaannnya, ia berhasil. Karakter dan karisma (urapan) akan menghentar kita kepada kesuksesan. Mesir menjadi terkenal dan masyhur karena ada Yusuf yang pernah menjadi mangkubumi dan mengatasi bala kelaparan di sana.

 

ORANG YANG TAHAN UJI AKAN DIPUJI OLEH TUHAN

Kita sering fokus untuk memuji Tuhan lewat doa, nyanyian dan sebagainya. Banyak juga orang yang memuji diri sendiri. Tetapi Allah kita memuji umatNya yang tahan uji dan tekun dalam penderitaan. Dalam 2 Korintus 10 : 17-18 disebutkan: "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan. Orang yang tahan uji itu teruji dalam konsistensinya, tidak gampang terpengaruh arus dunia, tidak gampang tergoda oleh harta, tahta atau wanita.

Yusuf berhari-hari terus digoda oleh istri Potifar tetapi ia tidak mau melayani permintaannya. Ironisnya, banyak orang yang tidak digoda tetapi justru menggoda orang lain untuk berbuat dosa. Banyak orang Kristen tidak lulus ujian, demi pilihan jodoh rela menggadaikan imannya atau melakukan korupsi demi tuntutan istri untuk hidup mewah, menjual keyakinan agar naik golongan / pangkat, dan lain sebagainya. Namun Allah ingin kita sebagai umat-Nya untuk tahan uji terhadap segala godaan agar kita memiliki karakter yang berkenan kepadaNya sekaligus mendapat pujian dari Allah, bukan pujian manusia yang sia-sia!