Bible Text: Matius 7:15-20 | Series: Roh Kudus

Berbahasa roh adalah tanda seseorang dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi tidak boleh puas dan berhenti di situ saja. Kepenuhan Roh Kudus harus dilanjuti dengan tanda karakter Ilahi mengalir dalam diri kita. Orang yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus harus mampu mengalahkan keinginan dagingdalam dirinya. Dalam Galatia 5:19–21, Rasul Paulus menyebutkan beberapa contoh keinginan daging yang harus  kita tanggalkan, antara lain: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.

Percabulan menjadi dosa yang fenomenal dari dulu sampai sekarang. Negara Korea, yang dulu terkenal dengan kebangunan rohani yang luar biasa, akhir-akhir ini dikeluhkan karena banyaknya keluarga Kristen yang  terlibat dosa perselingkuhan. Banyak dari anatara mereka yang usia pernikahannya hanya bertahan satu setengah tahun saja.

Roh Kudus berkeinginan agar dalam diri kita mengalir karakter Ilahi yaitu kasih. Tanpa kasih, manusia menjadi gampang untuk tidak menghormati pasangannya sebagai teman seumur hidup. Agama Yahudi, khususnya paham Hilel dapat dengan gampang mengajukan cerai karena alasan sepele, misalnya bila isteri tidakmeyediakan makanan suami saja, cukup sebagai alasan untuk bercerai. Namun paham Syamai hanya membolehkan perceraian oleh alasan zinah.

UNTUK BERBUAH, KARAKTER LAMA KITA HARUS DIUBAH

Sebelum Allah memberkati kita, kita harus berbuah bagi-Nya, karakter lama harus dibuang, dan kita berubah menjadi manusia yang mempunyai karakter Ilahi.

Abraham (dulu bernama Abram) dan Sarah (dulu bernama Sarai) lama mendapatkan Ishak sebagai anak yang telah dijanjikan. Nama Abram berarti "orang mulia", dan Sarai artinya "suka bertengkar" termasuk dengan suaminya sendiri dan budaknya Hagar yang lebih dahulu melahirkan Ismael bagi Abram.

Sering Allah menunda untuk menggenapai janjiNya dalam diri kita karena kita sering menganggap diri yang utama, tidak suka mendengar Firman Tuhan dan suka bertengkar. Barulah setelah nama JEHOVAH diterakan atas mereka beserta sifat Ilahi mengalir dalam diri pasutri ini, mereka memperoleh Ishak yang telah lama dijanjikan.

Nama Abram berubah menjadi Abraham, yang artinya "Bapa orang percaya" dan nama Sarai menjadi Sarah yang berarti: "princess", ratu, "boru ni raja". Setelah karakter Abram dirubah, dan namanya menjadi Abraham, dia menjadi bapa orang percaya karena ia tidak ragu terhadap janji Allah. Secara khusus, Rasul Paulus menulis satu pasal khusus tentang iman Abraham (Roma 4).

ROH KUDUS MEMBUAT KITA BERKARAKTER MANIS

Yusuf adalah seorang yang penuh dengan Roh Allah, sehingga ia disertai Tuhan dan menjadi seorang yang berhasil dalam pekerjannya. Yusuf juga memiliki sifat yang manis (Kejadian 39:2-6). Oleh pertolongan Roh Kudus, Yusuf menjadi orang yang beruntung walau dibenci oleh saudara-saudaranya. Dibuang ke dalam lubang sumur, ia mujur karena sumur itu kering, ia juga dijual kepada pedagang Ismael yang kaya, oleh orang Midian ia dijual lagi kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun. Di rumah Potifar ia bekerja dengan baik sehingga dipercaya untuk mengelola harta tuannya. Walau menghadapi fitnah yang isteri Potifar kepadanya dan harus mengalami hukuman di penjara, Yusuf masih bernasib mujur karena dapat menjadi berkat dengan menerangkan arti mimpi dari juru minuman dan juru roti, dan mujizat demi mujizat menyertai Yusuf  sampai dia bisa menjadi mangkubumi, orang kedua di negeri Mesir dan menyelamatkan negara itu dari bahaya kelaparan.

Untuk melihat kemujuran di sepanjang hidup kita, perlu Roh Kudus yang memimpin dan membaharui karakter kita menjadi orang yang bersikap manis dan bukan orang yang suka meneror orangtua.

UNTUK MELIHAT KEMULIAAN ALLAH, KARAKTER HARUS DIUBAH

Marta ditolak karena mempunyai karakter yang tidak baik, banyak omong dan tidak mau mendengar perkataan Yesus. Belum dipanggil Yesus, dia duluan mendapatkan Yesus, sementara Marta tinggal di rumah (Yohanes 11:20). Ketika Yesus berkata kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."

Marta tidak mengerti perkataan Yesus. Yesus tidak berbicara mengenai akhir zaman, tetapi mengatakan bahwa Lazarus akan bangkit saat itu juga. Sering kita juga sama seperti Marta yang tidak percaya bahwa Tuhan sudah menjawab doa kita, kebutuhan kita, masalah kita.

Namun mujizat tidak terjadi sebelum Maria yang dipanggil dan bersegera mendapatkan Yesus serta tersungkur di hadapanNya. Maria adalah seorang yang suka duduk di kaki Tuhan dan mendengar Firman-Nya dengan sungguh dan hati yang percaya, bukan sekadar ucapan di bibir saja.  Sebelum Lazarus dibangkitkan, Yesus berkata: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. (Yohanes 11:39)

Sering "batu" kekerasan hati, ketidakpercayaan menghalangi kita untuk melihat mujizat, sehingga harus diangkat oleh Yesus. Maria juga cenderung lebih mengandalkan rasio dan perasaannya sendiri sehingga berkata, "Tuhan, ia sudah berbau..."

Sering perasan kemanusiaan kita yang condong mengedepankan logika saja menghalangi kita untuk dapat melihat mujizat. Karena ketidakpercayaan Marta, Yesus menegornya dengan keras: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"