Bible Text: Wahyu 20:11-15 | Series: Menjelang Hari Maranatha

Setelah Kerajaan 1000 Tahun Damai, maka orang yang mati di luar Tuhan akan dibangkitkan untuk dihakimi. Jadi sebelum dijatuhi hukuman atau dihakimi, rohnya berada di alam maut ( hadesy ), ibaratnya seorang terdakwa yang menunggu vonis dari pengadilan. Sementara orang yang mati di dalam Tuhan, rohnya berada di Firdaus dan dibangkitkan pada hari Maranatha, ketika Yesus datang untuk kedua kali.

Lalu ada yang bertanya : ”Mengapa waktu Maranatha, Yesus datang untuk kedua kali, orang yang berdosa seperti orang yang telah menikam Dia dapat melihat peristiwa Maranatha ( Wahyu 1 : 7 )?” Orang yang telah mati di alam maut, memang tubuh atau raganya telah tiada, tetapi mereka mempunyai roh, lewat roh mereka dapat melihat peristiwa Maranatha. Namun pada peristiwa itu, mereka belum dibangkitkan, sampai menunggu berakhirnya 1000 Tahun Damai, barulah mereka dibangkitkan untuk dihukum.

Orang yang dihakimi itu akan dihukum menurut perkataan dan perbuatannya (Matius 12 : 36-37 ; Wahyu 22 : 12 ). Karena itu kita untuk  memastikan apakah kita masuk ke surga atau neraka adalah selama kita hidup di bumi, setelah mati apapun yang dilakukan terhadap orang mati tidak dapat lagi dirubah. Karena itu selama kita hidup, kita harus hidup untuk Tuhan, karena jika mati pun nanti kita adalah milik Tuhan. Dalam Roma 14 : 8-9 disebutkan:  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.

 Orang yang diselamatkan tidak ikut dalam penghakiman terakhir.

Penghakiman terakhir dikhususkan bagi orang yang mati di luar Tuhan, lalu bagaimana dengan orang yang percaya dan diselamatkan, bilakah mereka diadili? Rasul Paulus menjelaskan kepada jemaat di kota Roma, bahwa tidak ada lagi penghukuman bagi orang yang ada di dakam Kristus Yesus ( Roma 8 : 1 ).  Yang dimaksud dengan penghukuman di sini adalah penghukuman kekal. Namun orang percaya akan diadili di bumii. Selanjutnya dalam Roma 14 : 10, Rasul Paulus menyebutkan bahwa kita harus menghadapi tahta pengadilan Allah. Kapankah itu?

Rasul Petrus menjelaskan dalam bukunya:   ”Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?” ( I Petrus 4 : 17 – 18 ).

Penghakiman yang kita terima di dunia adalah berdasarkan apa yang kita tabur dari perkataan dan perbuatan kita. Kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus mengeaskan: ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”. Dan biasanya yang kita tuai, akan jauh lebih banyak dan besar daripada yang kita tabur. Nabi Hosea mengatakan bahwa siapa menabur angin akan menuai puting beliung ( Hosea 8 : 7 ).  Namun penghakiman yang dilakukan Allah kepada umat-Nya adalah untu mendidik dalam kebenaran. Dalam Ibrani 12:6 disebutkan : ”... karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Untuk bebas dari penghukuman di bumi, Allah menuntut kita untuk hidup dengan taat dan setia di hadapanNya. Dalam Ulangan 28 : 1-2 disebutkan:  "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.”

Yang kita tabur harus dituai

Satu hal  yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa apa yang kita tabur akanlah kita tuai. Simson adalah satu contoh dalam Alkitab yang menuai apa yang ditaburnya. Ia sebenarnya adalah seorang yang diurapi luar biasa, memiliki kharisma yang hebat namun tidak didukung dengan karakter yang taat. Ia pada mulanya diurapi sehingga mampu mengalahkan musuh, bahkan menghadapi singa. Sebagai seorang nazir Allah sebenarnya ia tidak boleh menyentuh bangkai singa. Namun ia justru mengeruk madu dari bangkai singa, karena jalannya telah menyimpang. Padahal sumber madu yang sesungguhnya adalah gunung batu ( Mazmur 81 : 17 ). Banyak juga orang sekarang mengeruk ”madu” kekayaan dari sumber yang tidak halal dan akhirnya menuai hasilnya. Simson juga melanggar nazirnya, ia kawin dengan perempuan Filistin yang tidak dicintainya, bahkan jatuh dalam perzinahan dengan perempuan sundal di kota Gaza. Orang yang jatuh dalam perzinahan bukanlah karena kebetulan semata, tetapi karena mereka telah dimurkai oleh Tuhan karena tidak taat pada firmanNya. Dalam Amsal 18 : 24 disebutkan,  ”Mulut perempuan jalang adalah lobang yang dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke dalamnya.” Dan di kahir hidupnya, Simson, si mata keranjang akhirnya kedua matanya dicongkel di hadapan orang banyak, dan dijadikan bahan lelucon di depan orang Filistin.  Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang jatuh dalam dosa perzinahan, tubuh mereka diserahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan ( I Korintus 5 : 5 ).

Untuk terhindar dari menuai hal yang buruk, maka kita harus menabur hal yang baik, agar memperoleh berkat ( I Petrus 3 : 9 – 11 ).