Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Menjaga Hati

Kasih adalah hal yang terpenting dalam hidup ini, segala sesuatu yang kita lakukan tanpa kasih sia-sia adanya. Sekalipun kita dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia, atau mendermakan seluruh harta kita, atau memiliki karunia untuk bernubuat dan melakukan mujizat, semuanya tak berarti bila tanpa kasih. Kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus dengan panjang lebar mengungkapkan definisi kasih itu : Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.  Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

 

ALLAH menegur bangsa Israel yang hidup tanpa kasih

Lewat nabi Hosea ( 755-710 SM ), Allah menegur bangsa Israel (10 suku) dan Yehuda yang tidak lagi mengenal kesetiaan dan kasih, hidup tanpa pengenalan akan Allah sehingga negeri mereka penuh penderitaan dan perkabungan tidak ada sukacita, bahkan binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap. Mengapa? Karena hidup tanpa kasih, moral mereka menjadi buruk:  mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah ( Hosea 4:2 ).

Bangsa Israel juga tidaklagi memelihara janji setia pernikahan mereka, roh perzinahan menghinggapi mereka sehingga berkhianat terhadap Tuhan dan melahirkan  anak-anak yang tidak sah atau anak-anak haram (Hosea 5:7) , yang diakibatkan karena anak-anak perempuan mereka berzinah dan menantu perempuan bersundal (Hosea 4 :14).  Hal ini mengakibatkan  anak-anak mereka yang  tidak bijaksana.

Bukan hanya rakyat biasa yang berbuat dosa dengan hidup tanpa kasih, tetapi juga para pemimpin atau pemuka yang suka berbicara dengan kasar ( Hosea 7 : 16 ). Tahun 721 SM akhirnya bangsa Israel dibuang ke Asyur, empat tahun sesudah pelaynan nabi Hosea, dan bangsa Yehuda menyusul kemudian dibuang ke Babel pada tahun 606 SM Karena Israel tidak mengasihi Allah, mereka dihukum dengan tewas oleh pedang, bayi-bayinya  diremukkan, dan perempuan-perempuannya yang mengandung dibelah perutnya (Hosea 14 :1).

 

Prestasi tanpa kasih tak berarti

Di akhir zaman akan banyak orang melakukan aksi tapi tanpa kasih. Mereka melaporkan prestasinya kepada Yesus: “Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?”  Tetapi Yesus berte-

rus terang dan berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7 : 23). Tuhan lebih mementingkan orang yang mengasihiNya dengan melakukan Firman-Nya daripada berprestasi tetapi tidak dengan nurani yang murni, penuh dengan  berbagai modus kejahatan yang terselubung.

 

Bagaimana kita mengasihi?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kasih artinya perasaan sayang, suka memberi. Kita tidak mungkin dapat mengasihi Allah bila tidak mengasihi sesama kita. Kasih harus jadi jati diri pengikut Kritus.  Yesus berkata “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13 : 34-35).

Salah satu yang harus kita pelihara adalah kasih persaudaraan ( Ibrani 13:1 ), baik di dalam keluarga, kehidupan berjemaat bahkan lebih luas kasih kepada semua orang.

Tanpa mengasihi Tuhan dan sesama kita tidak dapat mengalami pemulihan. Bangsa Israel tegar tengkuk dan tidak mau taat kepada ucapan para nabi yang diutus Tuhan dan tidak mengasihi Tuhan. Setelah ditawan bangsa Asyur yang kemudian dilanjutkan pembuangan ke Babel, bangsa Israel (10 suku) sampai sekarang masih terpencar, yang dapat dipulihkan menjadi suatu bangsa masih bangsa Yehuda, yang terdiri dari 2 suku yaitu suku Yehuda dan Benyamin.

Hidup yang kita alami kadang menguji kasih kita. Banyak hal, situasi yang dapat membuat kita tidak sabar. Namun pada situasi seperti inilah kita dapat menunjukkan kasih. Kita juga harus menunjukkan diri sebagai orang yang murah hati, peramah dan bukan pemarah.

Marilah kita menjaga hati agar senantiasa mengasihi Allah dan sesama. Dalam 1 Korintus 13:13 disebutkan:  “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” Kita harus selalu mengenakan kasih dalam kehidupan ini  sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.