Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Masa Raya Pondok Daun

Bangsa Israel harus rela meninggalkan rumah mereka dan tinggal di dalam pondok selama masa raya Pondok Daun. Kita juga harus rela melepas semua gengsi dan arogansi dan mau berkumpul dengan saudara-saudara yang lain dalam persekutuan. Kita harus menjadi “pohon” yang mempunyai karakter yang baik, karena tidak semua pohon yang digunakan pada masa raya ini. Hanya yang terpilih dan memiliki karakter yang berkenan kepada Allah.

 

Pohon Zaitun

Pohon zaitun terkenal dengan daya tahan, kesegaran daunnya yang luar biasa. Ketika bumi dihukum Allah dengan air bah selama 150 hari,  dan air makin berkurang.  Nuh melepas seekor burung merpati  untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi.  Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih   ada air  ;  lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera.

Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. ( Kejadian 8 : 9-11 ). Anak Tuhan harus bisa tampil segar, tegar walaupun dalam keadaan sukar karena ada Roh Kudus yang memberi urapan baru. Kita harus tampil eksis seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah, percaya akan kasih setia Allah selamanya ( Mazmur 52: 10 )

 

Pohon zaitun juga terkenal dengan minyaknya yang biasa digunakan untuk:

minyak urapan pada pelantikan raja, nabi dan imam
minyak penerangan dalam Tabernakel ( kaki dian )
obat untuk menangkal angin malam, biasa digunakan para gembala kepada domba ( Bdk. Mazmur 23 : 5 )
bahan makanan

Pohon zaitun adalah pohon yang elok, tingginya bisa mencapai 6 meter, dahannya banyak, usianya bias beratus-ratus tahun bila tidak diganggu.  Lewat nabi Yeremia, bangsa Israel pernah dipuji oleh Tuhan sebagai Pohon zaitun yang rimbun dan elok. ( Yeremia 11:16 )
Pohon zaitun juga menggambarkan anak Tuhan yang memiliki kepribadian yang terpuji, memiliki urapan Roh Kudus dan kepribadian yang baik ( Pengkhotbah 9 : 8 )

 

Pohon Minyak ( zait hutan )

Hampir sama dengan pohon zaitun, namun pohon minyak biasanya tumbuh liar di hutan, bijinya lebih kecil. Tetapi pohon ini banyak mengandung minyak sehingga gampang terbakar. Ini adalah gambaran anak Tuhan yang responsif terhadap api Roh Kudus, semangatnya gampang bernyala bila dibakar oleh api Roh Kudus. Yesus pernah berkata :  "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala.” ( Lukas 12 : 49 )

Kayu dari pohon minyak juga terkenal kuat, tidak gampang dimakan rayap, mengkilap sehingga banyak digunakan sebagai bahan perabotan. Anak-anak Tuhan juga harus punya karakter yang bagus, minyak urapan sehingga layak digunakan untuk menjadi perabot dalam Rumah Tuhan. Dalam 2 Timotius 2:20 disebutkan: ”Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.”

Mengapa kita harus menjadi perabot dalam Rumah Tuhan? Rumah rohani tanpa perabotan akan menjadi tempat sasaran roh jahat yang keluar dari manusia ( Matius 12 : 43-44 )

 

Pohon Murd

Pohon ini mengandung getah yang harum apaila kulitnya dipotong atau dilukai. Minyak ini juga digunakan untuk minyak urapan yang kudus. Murd menggambarkan kehidupan yang harum karena tekun dalam penderitaan dan berhasil dalam pelayanan.

Raja Salomo berkata: ”Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal...” ( Pengkhotbah 7 : 1 ). Nama baik juga lebih berharga daripada kekayaan yang besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas ( Amsal 22 : 1 )

Ester, yang  nama Ibraninya adalah Hadasa ( Ester 2 : 7 ), artinya ”murd” telah dirawat selama 6 bulan dengan wangi-wangian dari minyak mur dan enam bulan lagi dengan wewangian lain ( Ester 2:12 ). Sesudah dirawat dengan minyak mur inilah maka hati raja Ahasyweros jatuh kepadanya sehingga Ester diangkat menjadi permaisuri menggantikan ratu Wasti. Nama Wasti artinya ”cantik” tetapi tidak memiliki keharuman, perangainya jelek dan tidak tunduk kepada suaminya, raja Ahasyweros. Prestasi ratu Ester yang menyelamatkan bangsa Israel dari kepunahan bukan hanya dikenang bangsa ini sepanjang masa tetapi juga dihargai oleh Allah.

Kita juga harus punya nama yang harum, prestasi harum, persembahan yang harum melalui penampilan dan keberadaan kita. Sebagaimana Rasul Paulus menyampaikannya kepada jemaat di Korintus :   ”Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” ( 2 Korintus 2 : 14 – 15 )