Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Masa Raya Pondok Daun

Masa Raya Pondok Daun dirayakan bangsa Israel pada tanggal 15 bulan ketujuh selama seminggu. Pada perayaan ini  mereka harus mempersembahkan  korban bakaran kepada TUHAN, sebagai bau yang menyenangkan. Dalam Bilangan 29 : 12 – 40 dicatat dengan cermat korban bakaran mereka selama seminggu adalah :

70 ekor lembu jantan
98 ekor anak domba
14 ekor domba
7 ekor anak kambing

Jadi keseluruhannya berjumlah 189.

 

Bilangan “189” adalah hasil perkalian dari 3 x 7 x 9. Alkitab kita penuh dengan angka-angka dan mempunyai makna rohani.

Angka 3 berbicara dari Tritunggal Allah.
Angka 7 berbicara dari hal kesempurnaan.
Angka 9 berbicara dari hal buah dan karunia Roh Kudus.

Di akhir zaman Tritunggal Allah akan menyempurnakan gereja sehingga orang percaya akan memiliki buah dan karunia Roh Kudus, sehingga gereja tidak bercacat cela di hadapan Tuhan. Buah Roh Kudus membuat kita disenangi orang banyak dan karunia Roh Kudus membuat kita menjadi orang yang berkarisma dan disegani.

Pada  masa raya Pondok Daun, mereka menggunakan buah, pelepah dan ranting pohon tertentu untuk digunakan bersukaria di hadadapan Tuhan. Pohon-pohon yang digunakan itu antara lain:

 

Pohon-pohon yang elok

Tidak disebutkan secara rinci pohon-pohon elok yang dimaksud. Namun Alkitab harus dijelaskan dengan Alkitab, bukan dengan tafsiran manusia. Dalam Kitab Yesaya 27:2 disebutkan demikian, “Pada waktu itu akan dikatakan: "Bernyanyilah tentang kebun anggur yang elok!” Anggur berbicara dari hal hidup yang elok,   indah    dan   harmonis   dalam keluarga atau rumahtangga. Anggur juga berbicara dari hal cintakasih, sukacita,  kepuasan dan kelimpahan. Dalam Kidung Agung 4 : 10 disebut oleh Salomo: “Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah.” Kata-kata yang manis dan bukan sinis juga sebagai ekspresi orang yang memiliki cinta kasih ( Kid. 5: 16 ). Buah anggur juga mempunyai khasiat yang memberi efek ceria, mendatangkan suasana sukacita (Pengkhotbah 10 : 19)

 

Pohon Korma

Pohon kurma mampu bertumbuh dengan kuat dan berbuah lebat sampai masa tua walau habutatnya di padang pasir. Pohon ini bebricara tentang: keuletan, kemenangan, ketabahan dan persaudaraan.

Beberapa karakter pohon ini antara lain:

Akarnya bisa masuk ke dalam tanah sangat dalam sampai menemukan sumber air. Sebelum tumbuh, biji kurma ditimpa dengan batu agar tidak tertiup angin di padang pasir. Ini adalah gambaran orang yang berakar dalam Yesus, dibangun di atas Dia (Kolose 2 : 7).
Tumbuhnya  tidak  sendirian, tetapi berumpun atau berkelompok. Anak Tuhan harus membina persekutuan lewat pertemuan ibadah dan kegiatan gerejawi.
Pelepahnya yang panjang dapat menjadi tempat berteduh di padang pasir yang panas. Kita harus bisa menjadi tempat pertolongan bagi saudara seiman dan orang yang membutuhkan.
Punya daya tahan / mampu tumbuh di tempat yang gersang. Anak Tuhan harus memiliki daya tahan terhadap penderitaan.
Berbuah lebat di masa tua, menikmati perjanjian Tuhan (Mazmur 92 : 13-16 ).

 

Pohon yang rimbun

Adalah pohon yang subur, daun dan buahnya lebat. Dalam Yeremia 17 : 7-8 disebutkan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

Berkat yang kita peroleh harus membuat kita lebih erat bersekutu dengan  Tuhan,  tidak  boleh  menjadi berhala dalam diri kita. Kadang berkat yang kita terima dari Tuhan bisa membuat kita lebih mengasihi berkat, daripada Sang Pemberi Berkat. Bangsa Israel juga memuja berhala  dengan membakar dupa bagi Baal di bawah pohon yang rimbun ( Yeremia 11 : 11-16 ).

 

Pohon Gandarusa

Pohon gandarausa tumbuhnya dekat sungai dan bangsa Yehuda biasa mendirikan tempat sembahyang di pinggiran sungai dan menggantungkan kecapi ( alat musik ) mereka pada pohon-pohon gandarusa ( Mazmur 137 : 1-2 ). Gandarusa sering disebut dengan Haarabim ( Yesaya 15 : 7 ).Mereka diminta menyanyikan nyanyian Sion (nyanyian sukacita, gembira ) justru ketika Yehuda berada dalam tawanan Babel. Kita harus dapat menikmati hadirat Tuhan lewat pujian dalam ibadah. Untuk membuat pujian lebih hidup, memang dibutuhkan alat musik untuk mengiringi. Masalah tidak boleh menghalangi kita untuk beribadah dengan sukacita. Mengapa? Di dalam ibadah yang penuh sukacita ada kuasa yang besar. Dalam 1 Timotius 6 ; 6 ( Terjemahan lama ) disebutkan: “Adapun ibadah itu sungguhlah besar labanya jikalau disertai hati yang senang.”