Preacher: Pdt. B. Manurung | Series: Lawanlah Iblis

Tidak sembarang orang yang dapat dijadikan iblis menjadi mangsanya. Iblis mencari hati yang tandus, gersang. Dalam Matius 12 : 43-44 disebutkan:  "Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapi teratur.” Kita harus mengalami persekutuan dengan Tuhan dan FirmanNya, memelihara hubungan baik dengan sesama, agar hati kita tidak sampai tandus dan gersang. Iblis bisa kembali apabila rumah rohani kita menjadi kosong, tanpa perabotan. Rumah yang kosong, bersih tersapu dan teratur, tanpa perabotan menggambarkan kehidupan rohani yang hanya rutinitas atau kebiasaan, hidup tanpa Roh Kudus.

 

Agar tidak tandus, hati harus didirus Firman dan Roh Kudus

Firman Allah yang kita terima dan dengar harus mendapat tempat di hati sehingga kita menjadi pelaku firman dan mengalami pembaharuan hidup. Banyak orang yang sudah menerima dan mengecap  firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, namun hidupnya menjadi buruk karena menyangkal imannya, orang seperti ini  tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum (Ibrani 6 : 4-6 ).

Hidup tanpa Roh Kudus dapat memupus kehidupan yang kudus sehingga manusia lebih menuruti hawa nafsu pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini ( Yudas 1 : 18-19 ). Karena itu kita harus memelihara persekutuan dengan Roh Kudus supaya hidup kita didirus dengan hujan pertobatan, pembaharuan budi yang terus menerus sehingga hati kita disegarkan dan tidak tandus. Kita harus membangun diri di atas dasar iman yang paling suci dan berdoa dalam Roh Kudus.

 

Harus menjadi rumah dari Roh Kudus

Rumah yang kosong, bersih teratur dan tanpa perabot akan menjadi incaran dan sasaran iblis. Karena itu kita harus menjadi rumah Roh Kudus ( 1 Korintus 3 : 16 ), hidup kita dikuduskan dan dilayakkan sehingga dapat menjadi perabotannya Allah. Rasul Paulus menulis kepada Timotius: “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.” ( 2 Timotius 2 : 20 ).

 

Menjadi perabot dalam Rumah Tuhan

Di dalam Tabernakel ada banyak perabotan yang digunakan, ada yang terbuat dari tembaga, seperti meja korban bakaran dan bejana pembasuhan. Namun ada yang terbuat dari emas seperti : Kaki Dian, Meja Roti, Mezbah Dupa, Tirai dan Tabut Perjanjian.

Demikian juga dalam rumah Tuhan, jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Karena itu hidup kita harus dipimpin Roh Allah agar kita diubahkan, dibawa dari kemuliaan kepada kemuliaan.

Di depan pintu Tabernakel ada bejana pembasuhan. Demikian halnya secara rohani kita harus dibaptis dalam kematian Yesus untuk bangkit dan mengalami kehidupan baru sehingga layak dipergunakan menjadi perabotan yang mulia.

Di Ruang Kudus dalam Tabernakel juga ada perabotan seperti Kaki Dian (pelita ) dan Meja Roti. Firman Tuhan harus menjadi pelita menerangi hati kita sehingga kita pun dapat tampil bercahaya menjadi terang dunia (Matius 5 : 14).  Juga ada meja roti di mana ada “Roti Hadirat” yang selalu segar. Firman Allah harus membuat mata hati kita terang, sehingga mengenal Tuhan dengan benar, menjadikan hidup kita lebih baik.

Jemaat di Berea kehidupan rohani dan jasmaninya jauh lebih baik daripada jemaat di Tesalonika karena setiap hari mereka membaca dan menyelidiki Kitab Suci dan menerima Firman Allah dengan segala kerelaan hati ( Kisah Para Rasul 17 : 11 ).  Firman Tuhan harus mendapat tempat di hati kita. Dalam Amsal 3:3 disebutkan: “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.” Dalam salinan KJV disebutkan: “Let not mercy and truth forsake thee: bind them about thy neck; write them upon the table of thine heart.”

Umat Tuhan juga harus jadi alat dalam Rumah Tuhan, terlatih melayani Tuhan, beribadah kepada Tuhan. Banyak yang dapat kita perbuat sebagai tanda bakti kita kepada Tuhan. Lewat pujian atau ucapan bibir yang memuliakan namaNya, bersaksi, memberi perhatian kepada orang yang membutuhkan. Semua perbuatan bakti kepada Tuhan itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk  masa kini maupun untuk masa yang akan datang  ( 1 Timotius 4 : 8 )

Melalui ibadah yang benar kita mewariskan iman kepada generasi berikutnya sehingga mereka menjadi angkatan orang benar yang diberkati
( Mazmur 112 : 2 ). Akhirnya, marilah kita menjadi perabot dalam Rumah Tuhan agar bisa melihat Tabut Tuhan, yaitu perjanjian Allah yang akan dinyatakan dalam kehidupan keluarga kita.