Bible Text: 2 Korintus 13:13 | Series: Kasih Allah

Untuk mengenal Allah lebih dekat kita harus mengenal namaNya, karena dari mengetahui namaNya kita dapat lebih mengenal pribadiNya. Dalam Alkitab (Kejadian 1:1), Allah memperkenalkan dirinya pertama kali sebagai Elohim (jamak), berasal dar kata tunggal "Eloah" yang artinya Maha Kuat (The strong of God). Ia menjadikan sesuatu dari firmanNya dan menopang segala yang ada dengan FirmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3, Yohanes 1:3). Dalam bahasa Ibrani disebut "barra": menjadikan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.

Bumi yang kita diami ini diciptakan penuh keajaiban, dalam Ayub 26:7-8 disebutkan "Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan." Allah kita sungguh dahsyat, biasanya sebuah benda dapat tergantung bila berkait atau bersangkut pada benda yang lebih tinggi. Bumi kita bisa tergantung tanpa terkait dengan suatu benda.

Segenap ciptaan-Nya pun takluk kepada kuasa Allah. Ketika Firaun mengeraskan hati tidak mau membebaskan bangsa Israel untuk beribadah, Ia menurunkan 10 tulah kepada Mesir. Salah satu tulah itu adalah lalat pikat. Allah cukup hanya bersuit untuk memanggil lalat yang ada di ujung anak-anak sungai Nil (Yesaya 7:18). Bahkan untuk memanggil dan mengumpulkan umatNya, Allah cukup bersiul (Zakharia 10:8). Namun dapatkah kita menggugah hati Allah untuk bersiul?

Dialah Jehovah!

Nama Jehovah belum disebutkan ketika Allah menjadikan langit, bumi, tumbuhan dan hewan. Nama Jehovah baru disebutkan ketika Allah menjadikan manusia. Kejadian 2:7 menyebutkan "ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." Dalam Alkitab bahasa Batak Toba, kata TUHAN Allah disebut dengan "Debata Jahowa". Dalam Alkitab bahasa Indonesia kata Jehovah memang tidak disebutkan, biasanya digunakan kata "TUHAN Allah" atau TUHAN (semua huruf besar/kapital).

Jehovah, Allah yang penuh kasih

Secara khusus nama Jehovah diperkenalkan kepada manusia. Allah kita kasih adanya, dan sangat suka memberi. Sebelum ia memberikan anakNya sebagai anugerah terbesar, Allah dari sejak semula sangat suka memberi kepada manusia, ciptaan tertinggi dari segala mahluk.

Memberi diri-Nya sebagai model/patron untuk manusia (Kejadian 1:26)
Menghembuskan nafas-Nya sendiri (Ibrani: "ruah") sehingga menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 2:7)
Memberikan manusia taman Eden (Kejadian 2:8)
Membuatkan manusia pakaian dari kulit binatang sekaligus mengenakannya pada mereka (Kejadian 3:21).

Akrablah dengan Jehovah!

Nama Jehovah dikenal dari keakraban manusia dengan Sang Pencipta. Lewat seruan, doa, pujian dan penyembahan kita akan mendapatkan kasihNya. Ayub yang dari sejak masa muda, dari remaja bergaul karib dengan Allah memberi nasihat untuk kita: "Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan. Terimalah apa yang diajarkan mulut-Nya, dan taruhlah firman-Nya dalam hatimu." (Ayub 22:21-22).

Ketika Kain dan Habel lahir orang belum mengenal doa atau sembahyang. Orang mulai memanggil nama Tuhan ketika Enos lahir dengan kelemahan (Kejadian 4:26).

Lewat doa, seruan yang dinaikkan Enos mampu hidup, berkeluarga dan memperoleh anak lelaki dan perempuan bahkan panjang umur (Kejadian 5:10-11).

Dialah El-Shaddai!

Nama El-Shaddai pertama kali diperkenalkan kepada Abraham, ketika ia berumur 99 tahun namun belum mempunyai keturunan dari Sarah (Kejadian 17:1). El-Shaddai artinya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa" atau "I am the Almighty God."

Namun sebelum Allah Yang Maha Kuasa menggenapi Firman-Nya dalam diri Abraham, Allah membuat suatu "perjanjian sunat" dengan keturunannya (Kejadian 17:10 ). Demikian juga secara rohani kita harus mengalami sunat rohani yaitu pembaharuan karakter lebih dahulu supaya layak untuk diberkati.

Dari segi umur dan fisik, sebenarnya tidak ada dasar bagi Abraham untuk berharap (Roma 4:18). Waktu itu Abraham sudah berumur 100 tahun dan Sarah 90 tahun (Kejadian 17:17). Bahkan dalam Ibrani 11:12 disebutkan bahwa Abraham telah "mati pucuk". Namun karena imannya, dari dirinya terpancar keturunan besar seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut yang tak terhitung banyaknya (Ibrani 11:12).

Sarah juga sempat tertawa ketika mendengar bahwa ia akan melahirkan anak walaupun usia sudah tua. Namun Allah menegaskan kembali dirinya sebagai El-Shaddai, Allah yang Mahakuasa dengan berfirman: "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki." (Kejadian 18:14).Tepat seperti yang difirmankan Tuhan, setahun kemudian Sarah melahirkan dan berkata: "Allah telah membuat aku tertawa", dan dinamailah anak itu Ishak. Untuk melihat "Ishak", masa depan yang penuh kesukaan, kita harus bergaul akrab dengan Tuhan!