Bible Text: Roma 4:11-13 | Series: Jejak Iman Abraham

Abraham adalah bapa orang percaya. Meskipun ia hidup di daerah Ur-Kasdim, di mana mayoritas penduduknya adalah penyembah berhala, namun ia dapat percaya kepada Tuhan. Di zaman Abraham, belum ada KKR atau penginjilan. Namun sesuai dengan namanya (Abraham, yang berarti orang mulia), hati nuraninya dapat menangkap keberadaan Tuhan lewat karya ciptaan-Nya.

Allah berfirman melalui pelbagai cara. Dapat berupa mimpi atau melalui nabi. Dalam Ibrani 1:1-2 disebutkan, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta."

Allah dapat juga berbicara melalui mimpi, seperti yang dialami raja Abimelekh yang diperingatkan untuk tidak mengganggu Sarah, istri Abraham (Kejadian 20:1-18), kepada Daniel, kepada istri Pilatus dan sebagainya. Namun harus juga kita mengerti bahwa bukan semua mimpi asalnya dari Tuhan.

Kita yang telah ditebus dan dibaptiskan dalam nama Yesus bukan hanya untuk memperoleh keselamatan saja, tetapi jauh daripada itu adalah untuk menerima berkat yang diterima oleh Abraham juga. Namun sebelum memperoleh berkat Abraham itu, kita juga harus mengikuti jejak imannya.

Abraham meninggalkan tanah kelahirannya
Dalam Kejadian 12:1-2 tertulis, "Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."" Untuk mendapatkan berkat, Abraham harus meninggalkan tanah kelahirannya Ur-Kasdim di mana terdapat penyembahan berhala. Tanah kelahiran adalah gambaran dosa dan segala tabiat lama yang harus ditinggalkan dan ditanggalkan. Dalam Kolose 3:5 disebutkan, "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala."

Abraham harus rela meninggalkan ayahnya, Terah
Nama Terah berarti terminal atau stasiun. Terminal adalah tempat perhentian di mana segala orang dan kendaraan dari segala jurusan dapat masuk. Kita tidak boleh menjadi seperti stasiun yang terbuka ke segala penjuru, tetapi harus dapat meninggalkan dan melupakan tabiat-tabiat lama kita. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di kota Filipi, "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Filipi 3:13-14).

Abraham harus rela meninggalkan sanak saudaranya: Nahor, Haran, dan Lot
Abraham mempunyai dua saudara lelaki yang bernama Nahor dan Haran (Kejadian 11:27). Kedua saudaranya ini pun harus ditinggalkan. Nama Nahor berarti mendengus (suara hewan seperti lembu, kuda). Suara dengusan adalah hal-hal yang tidak menyenangkan, suara-suara keras dan kasar, keluh kesah dan suka menggerutu. Kita harus meninggalkan persungut-sungutan jika mau menerima berkat dari Tuhan, tetapi sebaliknya harus bersyukur dan kata-kata kita dilandasi dengan kasih. Kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus memberi nasihat, "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang" (Kolose 4:6). Abraham juga mempunyai satu lagi saudara yang bernama Haran. Nama Haran berarti orang udik, kolot yang tidak mau menerima pembaharuan. Untuk menerima janji dan berkat Tuhan kita harus mau dibaharui oleh Tuhan. Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus berkata, "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari" (2 Korintus 4:16). Lot adalah anak Haran (Kejadian 11:31) yang juga harus ditinggalkan. Nama Lot berarti selubung. Kita tidak boleh tertutup oleh selubung, tetapi harus mengalami keterbukaan di hadapan Tuhan dan sesama. Raja Daud adalah raja yang sangat diberkati karena memiliki keterbukaan. Kepada Allah ia berkata, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku" (Mazmur 139:23). Zakheus terbuka hatinya dan menerima Yesus dalam rumahnya, sehingga ia disebut keturunan Abraham dan mendapat berkat Abraham juga.

Abraham memiliki mezbah
Hal yang membedakan Abraham dengan Lot dan juga Haran dan Nahor adalah mezbah. Dalam Kejadian 12:6-8 dicatat bahwa ketika Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan akan memberikan negeri itu kepadanya, Abraham mendirikan mezbah bagi Tuhan. Mezbah adalah tempat persembahan korban bakaran yang dibuat dari batu kapur yang disusun untuk tempat binatang yang akan disembelih. Bila korban itu berkenan kepada Tuhan, maka api dari langit akan membakarnya. Kepada jemaat di Roma, Paulus mengingatkan agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1).