Bible Text: Lukas 19:1-10

Selama pelayanan Yesus tiga setengah tahun, hanya satu kali Ia melintasi dan masuk kota Yerikho. Kota Yerikho adalah kota besar, kota dagang, di mana pada zaman itu sudah memiliki kantor cukai, dan Zakheus ada di sana sebagai kepala pemungut cukai. Yerikho secara rohani adalah gambaran pesona dunia beserta dosa-dosanya. Demikian jugalah hidup kita ini hanya sekali saja, sesudah itu mati dan dihakimi (Ibrani 9:27), maka kita harus menerima keselamatan selagi kita hidup dan tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu. Dalam 2 Korintus 6:2 disebutkan, "Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu."

Siapakah Zakheus?
Zakheus adalah kepala pemungut cukai di kota Yerikho. Nama Zakheus berarti suci, murni. Bila ditilik silsilahnya, kemungkinan besar ia masih keturunan imam Zadok. Namun Zakheus tidak hidup sesuai dengan namanya, ia malah hidup dalam dunia korupsi. Di zaman sekarang ini juga tidak jauh beda dengan masa Zakheus, banyak yang menyebut dirinya Kristen (pengikut Kristus), namun hidupnya penuh dengan kejahatan. Memang dari hasil pekerjaannya itu ia berhasil menjadi seorang kaya, perabotan dan rumahnya dipenuhi dengan barang-barang mewah. Namun meskipun kaya dan banyak harta, Zakheus tidak pernah merasa puas. Uang, harta tidak dapat memuaskan. Dalam Pengkhotbah 5:9 disebutkan, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia." Belum lagi kalau ia mau tidur, barang-barang yang ada di rumahnya berteriak "hasil korupsi", sebagaimana disampaikan oleh nabi Habakuk, "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka! Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri. Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah." Pada masa itu orang-orang sedemikian (pemungut cukai) meskipun hidupnya kaya tetapi dianggap hina pada masyarakat Yahudi, bahkan disamakan statusnya dengan perempuan sundal (Matius 21:31).

Meskipun Zakheus sibuk dalam pekerjaannya, namun ia masih menaruh perhatian terhadap berita tentang Yesus. Ia banyak mendengar kabar tentang Yesus yang mengadakan berbagai tanda mujizat: mencelikkan mata orang yang buta, membuat yang tuli mendengar, dan menyembuhkan banyak orang sakit. Kemungkinan besar istrinya juga bercerita tentang Yesus kepada Zakheus, tentu lewat cara yang manis tanpa harus menggurui, sehingga suaminya dapat dimenangkan, sebagaimana dikatakan oleh rasul Petrus, "Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya" (1 Petrus 3:1).

Zakheus memanjat pohon ara
Zakheus terkenal dengan bentuk fisiknya yang kecil dan pendek, namun hal itu tidak menciutkan nyalinya untuk bertemu dengan Yesus. Ia rupanya memiliki akal yang panjang, karena badannya kecil dan pendek, tentu akan kalah bersaing di tengah kerumunan orang banyak. Namun ia tidak mundur, malah maju dan memanjat pohon ara! Untuk dapat bertemu dengan Yesus kita tidak boleh mundur, mundur dari pertemuan ibadah, mundur dari berdoa, dan sebagainya. Problema bisa datang silih berganti, tetapi untuk bertemu Yesus kita harus berjalan maju. Namun Yesus tidak mau Zakheus tetap tinggal di pohon ara yang dipanjatnya. Mengapa? Pohon ara adalah gambaran dari kebenaran diri sendiri, arogansi dan egoistis. Karena itulah Yesus berkata kepada Zakheus, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19:5). Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka bersembunyi dari hadapan Allah dan berusaha menutupi ketelanjangan mereka dengan daun-daun pohon ara. Banyak juga orang Kristen yang arogan, menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain bahkan mungkin menganggap dirinya lebih benar dari Tuhan. Ketika Natanael bertemu dengan Filipus dan berada di bawah pohon aranya, Natanael berkata, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:46). Namun ketika Natanael dapat diyakinkan oleh Filipus untuk bertemu dengan Yesus, Natanael disebut Yesus sebagai Israel sejati. Yesus menyebut Natanael sebagai Israel sejati karena mau meninggalkan pohon aranya dan bertemu dengan Yesus.

Zakheus turun dari pohon ara dan menyambut Yesus
Zakheus tidak berlama-lama di pohon ara, tetapi segera turun dan menerima Yesus di dalam rumahnya. Tanpa diajari dan diberi instruksi oleh Yesus, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Bila hadirat Tuhan hadir dalam diri seseorang, tanpa diajari pun ia akan memberi yang terbaik. Pertemuan Zakheus dengan Yesus secara pribadi telah mengubah pola pikirnya, sehingga ia tidak lagi orang yang egoistis dan arogan. Dan bukan itu saja, Yesus pun tidak mengungkit masa lalunya, malahan berkata, "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:9-10)

Yesus pernah mengutuk pohon ara yang hanya ada daunnya saja, tanpa ada buah (Matius 21:18-20) sehingga pohon itu kering dan mati seketika. Kita harus dapat berbuah bagi Yesus sehingga tidak dikutuk. Zakheus tidak tinggal dalam arogansi "pohon ara"nya, tetapi turun dan menyambut Yesus ke dalam rumahnya sehingga seisi rumah itu diselamatkan.