Bible Text: Matius 5:8-9 | Series: Dasar Kekristenan

Kebahagiaan yang selanjutnya yang disampaikan oleh Yesus dalam khotbah di atas bukit adalah bagi orang yang memiliki kesucian hati dan membawa damai. Sering orang Kristen beranggapan kesucian lahiriah tidak penting, karena menganggap hati yang suci diutamakan oleh Tuhan. Sering kita malu bila pekarangan orang non-Kristen jauh lebih bersih dari pekarangan kita. Namun tidaklah demikian pada asalnya. Allah kita kudus, Dia tidak berkenan melihat hal yang najis, bahkan melaluinya. Namun juga kita harus menjaga kesucian hati, karena dari dalam hati kitalah terpancar seluruh kehidupan kita. Bila ingin berbahagia, kita juga harus memiliki hati yang damai, karena dari hati yang damai, tidak rusuh, hati yang tetap percaya kepada Allah, Tuhan memberikan masa depan yang penuh harapan.

 

BERBAHAGIALAH orang yang suci hatinya

 Kata  “suci” berarti bersih, bebas dari dosa, cela dan noda, memiliki hati dan batin yang murni ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Jadi kata suci tidak hanya batiniah saja tetapi juga hal jasmani atau lahiriah. Orang yang memiliki kesucian hati tidak hanya hatinya suci tetapi seluruh aspek badaniah, termasuk lingkungannya juga harus bersih.

Bangsa Israel diperintahkan oleh Allah untuk menjaga kekudusan lahir batin, sebagaimana juga Allah kudus adanya. Dalam Imamat 19 : 2 disebutkan: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” Lebih dari tiga ribu tahun yang lalu mereka sudah membudayakan hidup bersih, sehat dan indah. Perkemahan mereka diatur dengan begitu indah, tidak boleh ada kotoran atau sesuatu yang najis di dalam dan di luar perkemahan. Mengapa? Karena Allah kita kudus, Ia akan melalui mereka bila melihat kenajisan. Dalam Ulangan 23 : 14 disebutkan demikian: “Sebab TUHAN, Allahmu, berjalan dari tengah-tengah perkemahanmu untuk melepaskan engkau dan menyerahkan musuhmu kepadamu; sebab itu haruslah perkemahanmu itu kudus, supaya jangan

Ia melihat sesuatu yang tidak senonoh di antaramu, lalu berbalik dari padamu.”

Menjaga kekudusan baik lahir dan batin membuat kita aman dalam perlindungan Tuhan. Sedianya Bileam akan mengutuk Israel, tetapi karena mereka menjaga kekudusan kemahnya, ia berbalik untuk memberkati (Bilangan 24 : 1 - 5). Kebersihan itu bagian dari iman, karena itu anak Tuhan harus membiasakan diri hidup bersih, membersihkan diri, rumah dan lingkungan masing-masing.

Namun kita juga harus memelihara kesucian hati. Bangsa Israel memang menjaga kebersihan dan kesucian badani tetapi sering mengabaikan kesucian hati. Di depan rumahnya mereka selalu menyediakan tempayan yang berfungsi untuk membasuh tangan mereka untuk membersihkannya karena mereka telah bersentuhan dengan orang kafir di pasar atau jalanan. Orang Farisi dan ahli Taurat pernah bertanya kepada Yesus, mengapa murid-muridNya tidak membasuh tangan sebelum makan. Yesus menjawab mereka: “Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.”  (Matius 15 : 17 – 18)

Hati kita perlu dijaga agar senantiasa suci, karena dari dalam hatilah terpancar kehidupan ( Amsal 4 : 23 )

Hati adalahpusat kehidupan, nasib dan kesehatan serta masa depan kitaditentukan oleh keadaaan hati kita. Hati perlu dijaga supaya tetap bersih,  tidak ternoda oleh tabiat daging. Karena dari dalam hati juga muncul keinginan yang mencemarkan. Dalam Markus 7:21-23 disebutkan:  “ … sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Iri hati, kesombongan dapat menajiskan hati kita. Lucifer dicampakkan dari dalam sorga karena mau meninggikan diri melebihi Allah Yang Maha Tinggi. Rasul Petrus memberi nasihat , khususnya kepada orang muda : “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. ( I Pet 5 : 5-6 ) Kita juga harus membuang kebebalan yang dapat menodai hati, tetapi sebaliknya mau mendengar dan melakukan Firman Tuhan.

 

BERBAHAGIALAH orang yang membawa damai

Damai itu indah. Damai berarti: 1) tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman 2) tentram, tenang  3) keadaan tidak bermusuhan, rukun. Raja Daud mempunyai banyak anak, namun Salomolah yang kemudian menjadi raja dan di zaman Salomo mereka hidup makmur tanpa ada perang. Nama Salomo berasal dari kata “shalom” yang berarti damai. Oleh pengasuh dan pembimbing kerohanian Salomo,yaitu nabi Natan,  memberinya nama Yedija yang artinya kekasih Allah. Adonia gagal menjadi raja karena penuh ambisi tanpa urapan, demikian pula Absalom yang suka melakukan pemberontakan dan kudeta. Orang yang mempunyai hati pendamai disukai oleh Allah dan sesama manusia.

Persembahan dan korban kita sia-sia bila kita tidak berdamai dengan orang lain (Matius 5 : 23 - 24). Namun yang terpenting kita berdamai dengan Allah, tidak pernah mempersalahkan Allah,  tidak ada alasan untuk kita bersungut, karena Ia selalu melakukan yang baik bagi kita. Akhirnya, kita harus  berusaha hidup damai dengan semua orang dan mengejar kekudusan, sebab tanpa kekudusan, tidak seorang pun dapat melihat Tuhan ( Ibrani 12 : 14 )