Bible Text: Matius 5:6-7 | Series: Dasar Kekristenan

BERBAHAGIALAH orang  yang lapar dan haus akan kebenaran

Lapar dan haus adalah salah satu tanda atau ciri orang yang sehat secara jasmani. Orang yang malas atau susah makan dan minum adalah gejala tubuh  yang tidak sehat. Demikian jugalah secara rohani, orang yang sehat akan rindu bersekutu dengan Tuhan lewat doa, mendengar Firman Tuhan,  yang membuat rohnya sehat. Orang yang rindu akan kebenaran Firman Tuhan akan hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Walau dunia penuh dengan godaan hidup , ia akan tetap berpegang padanya, tidak gampang tergoda. Rasul Paulus menekankan kepada jemaat di Roma agar mereka tidak serupa dengan dunia, tetapi senantiasa mengalami pembaharuan budi untuk mengerti kehendak Allah dalam diri mereka.

Allah sangat menghargakan kehidupan umatNya yang cinta kebenaran , cinta pola hidup yang sesuai dengan FirmanNya. Salah satu pola hidup itu adalah kesederhanaan. Dalam Mazmur 116 : 6 disebutkan :  “TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.”

Ganjaran bagi orang-orang haus, rindu mencari Tuhan adalah mereka sendiri akan dipuaskan hasratnya oleh Tuhan dengan kebaikan , sehingga masa mudanya menjadi baru  seperti pada burung rajawali (Mazmur 103: 5).

Daniel adalah seorang yang selalu haus akan hadirat Tuhan, lewat doa dan puasa bersama ketiga temannya Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Namun saat sendirian pun ia pernah berpuasa 21 hari ( 3 minggu ) pada masa pemerintahan Koresh, raja negeri Persia untuk meminta petunjuk Tuhan mengungkapkan apa yang terjadi pada kerajaan Persia dan juga bagi bangsanya, Yahudi ( Daniel 10 : 1- 3 ).

 

BERBAHAGILAH orang yang murah hatinya

Murah hati atau pemurah adalah salah satu sifat atau karakter Allah kita. Sudah seharusnya kita sebagai anakNya, yang telah dilahirkan baru - mempunyai sifat murah hati. Orang yang pemurah tidak menyimpan dendam dan pembalasan, tetapi berbelas kasih termasuk atas musuh.

Daud adalah seorang teladan dalam hal belas kasih. Walaupun Nabal, suami Abigail menghina dan memakinya di hadapan orang-orang suruhannya, ia tidak marah dan menghukum mereka karena Abigail yang sanggup berkata-kata dengan cerdik. Namun Tuhan sendiri memukul Nabal hingga mati  ( 1 Samuel 25 : 14 – 37 )

Daud juga pernah punya kesempatan untuk membunuh Saul yang sering mengejarnya, namun ia tidak mau melakukan itu dan hanya memotong punca jubah Saul saja sebagai peringatan, bahkan ia berkata kepada Abisai,     "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?" Lagi kata Daud: "Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana. Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi." ( 1 Sam 26 : 9 – 11 ) Orang yang bermurah hati akan mendapat balasan dari Tuhan yaitu : kemurahan Tuhan seumur hidup. Daud sendiri mengalaminya dan menyaksikannya, demikian: “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa” ( Mazmur 23 : 5-6 )

Daud bukan tanpa masalah, ada Adonia yang mau meninggikan diri menjadi raja tanpa sepengetahuan Daud dan  nabi Natan, ada juga Absalom anaknya yang mau melakukan kudeta, tetapi di tengah keadaan demikian pun Tuhan menghadapkan kemurahanNya.

Anak Tuhan tidak boleh menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan permasalahan, karena bukan saja merugikan orang lain, tetapi berbahaya bagi diri sendiri. Raja Salomo yang penuh hikmat itu memberi nasihat, “Orang yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik.” ( Amsal 16 : 29 )

Sebaliknya, cara menyelesaikan masalah dengan lebih santun lebih bermartabat dan lebih meyakinkan. Dalam Amsal 16:21 disebutkan:  “Orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan berbicara manis lebih dapat meyakinkan.” Para orangtua harus menghindarkan kekerasan fisik dalam mendidik anak, kalau masih bisa dinasihati dengan kata-kata, terkecuali bila tidak mempan lagi dinasihati baru diberi “tongkat” ( Amsal 13 : 24 ).

Para suami juga harus menghindarkan kekerasan dalam rumahtangga. Banyak suami bangga dapat memarahi atau menyenggak istrinya. Padahal  itu dapat membuat pertengkaran dan pertikaian. Karena itu Paulus menasihati jemaat Efesus agar mereka tidak mendukakan Roh Kudus dan harus membuang: kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan sebagainya, tetapi harus ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni  ( Efesus 4 : 30 – 32 ). Suami isteri harus menjauhkan diri dari kebiasaan bertengkar dan bertikai, karena bias membuat doa terkendala. Suami harus penuh keramahan terhadap isteri, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Petrus: Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. ( 1 Petrus 3 : 7 ).