Bible Text: Mazmur 128:1-6 | Series: Berbahagia

ALLAH adalah perancang atau arsitek dari rumah tangga. Pada hari ke-6 Allah menjadikan Adam, manusia pertama sesuai dengan gambar atau rupa Allah. Kemudian dari tulang rusuk Adam, Allah menjadikan Hawa yang kemudian dibawa kepada Adam untuk dipersatukan sebagai pasutri, pasangan suami isteri yang kemudian menjadi keluarga pertama di dunia. Keluarga atau rumah tangga adalah seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya kemudian bersatu dengan isterinya dan kemudian diberkati oleh Tuhan ( Kejadian 1 : 26 ).

 

ISTERI ADALAH KARUNIA TUHAN

Setiap suami harus menyadari bahwa isteri bukan hanya teman untuk mengarungi bahtera rumah tangga, tetapi jauh lebih lebih agung sebagai pemberian atau karunia Tuhan. Dalam Amsal 18: 22 disebutkan: “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.”  Orang Batak khususnya sangat menghargakan status isteri. Karena itu isteri sering disebut dengan gelar yang hormat “inanta soripada”.

Rumah tangga tanpa kehadiran anak sudah lengkap, anak-anak hanyalah pelengkap pernikahan. Ketidakhadiran anak tidak boleh menjadi alasan untuk perceraian dan untuk menikah kembali, karena pernikahan adalah untuk seumur hidup. Yesus menegor orang Farisi dan ahli Taurat yang menyinggung perceraian yang diizinkan Musa. Memang nabi Musa mengizinkan memberi surat cerai bila antara suami isteri tidak dapat lagi bersatu ( Matius 19: 7 - 9 ), tetapi tidak untuk menikah kembali. Karena itu Yesus berkata kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

 

SUAMI MENYINARKAN GAMBARAN DAN KEMULIAAN ALLAH

Dalam Mazmur 128 : 1-6 disebutkan bahwa yang harus berbahagia adalah suami dan kemudian diikuti dengan isteri dan anak-anak. Jadi para suami harus berbahagia lebih dahulu, barulah kemudian isteri menjadi seperti pohon anggur yang subur yang kemudian mengalir lagi kepada anak-anak yang akan menjadi pohon zaitu sekeliling meja. Mengapa? Laki-laki dibentuk seturut gambar Allah yang kemudian menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah, sebagaimana dijelaskan dan ditegaskan oleh Rasul Paulus ( I Korintus 11: 7 ). Namun dalam kenyataannya, justru banyak laki-laki yang tidak bahagia dan ingin mencari kebahagiaan dalam pernikahan. Rasul Paulus mengingatkan para suami supaya mengasihi isteri sebagaimana Kristus mengasihi gerejaNya ( Efesus 5 : 25 ). Kalau suami mengasihi isteri, niscaya isteri tunduk kepada suami. Ketiadaan kebahagiaan sering membuat masalah dalam rumah tangga sehingga isteri lari. Salah satu pekerjaan setan yang gencar di akhir zaman adalah merusak kebahagiaan pernikahan, termasuk lewat perselingkuhan. Di Korea Selatan akhir-akhir ini banyak terjadi pernikahan yang hanya bertahan 15 bulan.

 

ISTERI AKAN MENJADI SEPERTI POHON ANGGUR YANG SUBUR

Bila suami takut akan Tuhan yang membuat dia menjadi orang yang berbahagia dan mengalirkan kebahagiaan dan kasih kepada isteri, maka isteri akan menjadi pohon anggur yang subur dalam rumah tangga. Bagi orang Yahudi, anggur adalah simbol prestasi dan prestise. Anggur adalah hasil panenan besar selain buah ara dan zaitun. Mereka juga wajib menghadirkan minuman dari  buah anggur bila mengadakan pesta. Bila terjadi kekurangan anggur dalam pesta, tuan rumah akan merasa malu.

Orang Israel ( Yahudi ) terkenal pintar juga karena suka mengkonsumsi buah anggur. Dalam Zakharia 9:17 disebutkan: “Sungguh, alangkah baiknya itu dan alangkah indahnya! Teruna bertumbuh pesat karena gandum, dan anak dara karena anggur.” Anggur juga membuat efek menyegarkan, meriangkan ( Pengkhotbah 10 : 19 ). Demikianlah kehadiran isteri dalam keluarga, harus mampu membawa keceriaan.

Anggur juga berbicara dari hal kasih mesra antara suami isteri yang diungkapkan lewat kata-kata yang manis dan bukan sinis ( Kidung Agung 5 : 16 ). Kebahagiaan seorang isteri bukan ketika hanya mendapat materi tetapi terlebih ketika suami mengucapkan kata-kata mesra yang manis dan sedap didengar. Karena itu kata-kata yang salah tidak selayaknya untuk disimpan.  Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat Efesus: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” (Efesus 4:6). Suami isteri harus memelihara komunikasi yan baik lewat perkataan yang lembut, yang “digarami” supaya rasanya jangan hambar, penuh “keramahan” dan bukan “kemarahan”. Banyak suami yang bangga kalau istrinya dapat dibentak dan dibuat terdiam, padahal hal yang demikian dapat merusak kebahagiaan. Ishak dan Ribka adalah pasangan berbahagia sampai hari tua karena terus mempertahankan kemesraan. Hal ini membuat mereka mencapai sukses.