Bible Text: Rut 1:1-3 | Series: Beranjangsana ke Betlehem

Akibat bangsa Israel berbuat sesuka hati, setiap orang berbuat yang benar menurut pandangannya sendiri, akhirnya Tuhan mengajar sekaligus menghajar umat-Nya dengan kelaparan. Kelaparan yang diizinkan Allah sebenarnya bertujuan untuk mendidik umat-Nya supaya rendah hati dan bergantung pada Tuhan, tetapi keluarga Elimelekh melupakan hal itu. Nama Elimelekh berarti Tuhanku adalah Rajaku. Namun dalam kenyataan berbeda, mereka tidak mengandalkan Tuhan dan mulai meragukannya dengan pergi ke Moab. Seharusnya keluarga Elimelekh harus tetap berada di kota Betlehem seraya menaikkan doa sampai Tuhan mengadakan pemulihan, sebagaimana dikatakan dalam 2 Tawarikh 6:28-29, "Apabila ada kelaparan di negeri ini, apabila ada penyakit sampar, hama dan penyakit gandum, belalang dan belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan mereka di salah satu kota mereka, apabila ada tulah atau penyakit apapun, lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya--karena mereka masing-masing mengenal tulahnya dan penderitaannya sendiri--"

Istrinya, Naomi juga turut meninggalkan Betlehem. Nama Naomi berarti manis, menyenangkan. Namun sikap Naomi manis bila hanya ada berkat, terbukti di tengah kesukaran dan kelaparan, Naomi juga tega meninggalkan Betlehem karena hatinya lebih tertarik kepada Moab. Bangsa Moab adalah kekejian bagi Tuhan, karena perbuatannya yang penuh dengan dosa. Namun di Moab memang terkenal dengan kemewahannya. Ribuan tahun lalu saja, bangsa ini telah mengenal keramik.

Tiga janda dalam satu rumah
Meninggalkan Betlehem membuat keluarga Elimelekh merana. Untuk mengenang masa-masa yang sukar itu, mereka menamakan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon. Nama Mahlon berarti bersakit-sakit, sedang Kilyon berarti merana. Kemudian meninggallah Elimelekh, sehingga Naomi tinggal hanya dengan kedua anaknya itu. Hal yang fatal terjadi, Mahlon (menikah dengan Rut, yang kemudian dijelaskan dalam Rut 4:10) dan Kilyon mengambil perempuan Moab sebagai istri mereka, padahal Allah telah melarang bangsa Israel untuk mengambil istri dari perempuan Moab. Sama seperti Elimelekh, Mahlon dan Kilyon pun akhirnya meninggal, dan tinggallah tiga janda dalam satu rumah: Naomi, Rut, dan Orpa.

Mengapa di Betlehem terjadi kelaparan hebat?
Satu hal yang ironi, bertentangan, di Betlehem (artinya rumah roti) justru terjadi kelaparan hebat. Ternyata kelaparan ini bukan hanya kebetulan saja, tetapi mempunyai latar belakang. Pada masa itu tidak ada raja di Israel, semua rakyat berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (Hakim-hakim 21:25). Waktu itu manusia sungguh tak bermoral. Pada masa itu ada seorang Lewi yang tinggal di pegunungan Efraim mempunyai gundik yang berasal dari Betlehem-Yehuda. Gundiknya itu berlaku serong pula dan melakukan perbuatan noda yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel (Hakim-hakim 19:1-30). Lewat kelaparan yang diluaskan oleh Tuhan kepada umat-Nya, Tuhan sebenarnya ingin menyadarkan supaya mereka mencari Tuhan dan merendahkan diri dan bukan pergi ke Moab atau negeri lain untuk mencari pertolongan, tetapi harus memanjatkan doa (1 Raja-raja 8:37-38).

Naomi mendengar Tuhan melawat Betlehem
Meskipun Naomi tinggal di Moab, namun ia rupanya memasang telinga tentang apa yang terjadi di Betlehem. Dapat dibayangkan pada masa itu belum ada radio, televisi, handphone, atau alat komunikasi canggih lainnya, namun Naomi rupanya mempunyai perhatian khusus tentang Betlehem.

Rut tetap berpaut pada Naomi, Orpa pulang ke rumahnya
Setelah Naomi mendengar berita bahwa Tuhan melawat umat-Nya di Betlehem, maka ia mengajak kedua menantunya, Orpa dan Rut, untuk pergi bersama. Pada mulanya keduanya turut bersama Naomi, namun ketika mereka sedang di jalan menuju Yehuda, berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Naomi mencium kedua menantunya dan keduanya menangis dengan suara keras.

Namun ketika Naomi berkata, "Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami?" Di sinilah tampak perbedaan karakter Rut dan Orpa. Orpa berpikir bahwa benar juga apa yang dikatakan ibu mertuanya, karena ia memang berharap pada apa yang tampak oleh mata. Tetapi Rut memiliki nurani yang baik, iman yang dapat memandang jauh ke depan dan bukan hanya di depan mata. Rut dapat menangkap hukum Tuhan tentang Betlehem, yang mungkin ia dengar dari suaminya Mahlon atau ibu mertuanya itu.

Rut memiliki pribadi yang indah, seperti arti namanya sahabat sejati, teman seiring, demikianlah juga pribadinya. Rut tidak mau berpisah dengan ibu mertuanya dan kemudian mereka berjalan seiring sampai tiba di Betlehem. Rut juga seorang yang suka memperhatikan nasihat orang tua sehingga berbahagia. Orang tua wajib memberi nasihat kepada orang-orang muda, karena hal ini merupakan pelayanan. Dalam 1 Timotius 5:17 disebutkan, "Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar."

Kesehatian Rut dan Naomi berjalan seiring sampai tiba di Betlehem membuat kota itu gempar. Bila ada persekutuan yang indah di sanalah Tuhan memerintahkan berkat (Mazmur 133:1-3). Dan kehadiran Rut dan mertuanya Naomi itu memang diberkati Tuhan, mereka tiba di sana pada musim menuai jelai.