Bible Text: Keluaran 3:13-14 | Series: Allah dan Nama-Nya

Akulah Gembala Yang Baik (Yohanes 10:11)
Yesus adalah Gembala Yang Baik. Sebelum Ia menjelma menjadi manusia, Ia telah menjadi Gembala bagi umat-Nya, Israel. Di padang gurun Horeb, Ia memperkenalkan nama-Nya dengan "AKU ADALAH AKU". Dalam bahasa Ibrani disebut Jahweh atau Eloah (bentuk tunggal dari Elohim) yang menunjuk kepada pribadi Yesus. Selama 40 tahun perjalanan di padang gurun, bangsa Israel dipelihara dengan ajaib dengan penggembalaan Tuhan.

Siang hari mereka disertai dengan tiang awan sehingga tidak kepanasan di tengah padang gurun, dan malam hari tiang api menerangi perjalanan mereka. Selama 40 tahun pakaian mereka tidak menjadi buruk, sungguh pemeliharaan yang luar biasa.

Tuhan adalah gembala bagi kita umat-Nya, yang berdiri di depan untuk memimpin. Namun sering dalam kenyataan, kadangkala kita sebagai domba mau berjalan sendiri sehingga tersesat. Namun Yesus mengasishi dan mencari domba yang sesat. Yesus pernah mengatakan, "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (Lukas 15:4)

Sebagai domba kita harus mengikut dari belakang, mendengar perkataan gembala yang manis dan lembut memenggil domba-Nya. Namun kadangkala ada juga domba yang mau berjalan sendiri, bahkan mendahului Tuhan sehingga tersesat dan jatuh. Hidup kita perlu digembalakan oleh Tuhan, setiap langkah, rencana kita harus berjalan dalam kehendak Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Yakobus 4:15, "Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.""

Raja Daud adalah seorang yang mengalami penggembalaan Tuhan yang indah dalam hidupnya. Pengalamannya yang indah itu dituangkannya dalam Mazmur pasal 23, di mana Tuhan yang memimpin perjalanan hidupnya. Gembala yang baik menuntun domba-domba-Nya kepada padang rumput uang hijau dan air yang tenang. Namun kadangkala domba keasyikan dengan berkat "rumput hijau" tidak lagi mendengar suara gembala yang pergi melanjutkan perjalanan. Gembala diperlengkapi dengan gada dan tongkat. Tongkat yang ujungnya dilengkapi alat menyerupai kail dipergunakan untuk menarik kembali domba yang mungkin jatuh atau jauh tertinggal dari kawanan. Gada adalah sebuah kayu yang ada bongkolnya, sebagai alat pemukul untuk melawan binatang pemangsa domba, seperti serigala.

Untuk hidup dalam penggembalaan Tuhan, kita harus dipimpin supaya berada dalam jalan kebenaran, jauh dari keonaran agar hidup kita terpelihara. Dalam Yesaya 33:15-16 disebukan, "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin."

Akulah Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 11:25)
Bagi orang fasik atau yang tidak mengenal Tuhan, pengharapan berakhir saat kematian. Namun orang yang hidup dalam Yesus, justru kematian adalah awal pengharapan yang lebih mulia, karena setelah kematian kita mengalami kehidupan yang kekal yang jauh lebih tinggi nilainya. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di kota Korintus, "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia." (1 Korintus 15:19)

Oleh kebangkitan Yesus dari antara orang mati, kita menjadi manusia yang mempunyai pengharapan di balik kematian, pengharapan yang nilainya jauh lebih indah dari kehidupan di dunia yang fana. Dalam 1 Petrus 1:3-4 disebutkan, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu."

Abraham adalah seorang yang memiliki pengharapan dan iman yang teguh kepada Allah. Di tengah keadaan atau kondisi di mana tidak ada lagi yang bisa diharapkan, justru imannya semakin teguh dan tak tergoyahkan. Abraham telah berumur 100 tahun dan rahim Sarah telah tertutup (TL: mati haid). Namun terhadap janji Tuhan ia tidak ragu sedikit pun, bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa, sesuai yang difirmankan Tuhan kepadanya (Roma 4:18-20).

Namun janji itu bukan hanya kepada Abraham saja tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.