Bible Text: Wahyu 14:13

Secara umum memang kematian dikategorikan atas dua bagian : di dalam Tuhan dan di luar Tuhan. Namun bila kita cermati dalam Alkitab, kematian dalam Tuhan juga mempunyai tingkatan yang berbeda. Penjahat yang di sebelah kanan Yesus yang sempat bertobat setelah mendengar 7 kalimat indah Yesus di kayu salib memang masuk surga, namun dia tidak sempat berbuat sesuatu untuk Tuhan.

Perbuatan baik kita akan menyertai kita sampai di surga. Bahkan secangkir air sejuk yang kita berikan tidak akan kehilangan upah atau pahala (Matius 10:42). Dalam Mazmur 116:15 disebutkan: "Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya."

Kematian yang berharga

Sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, kita adalah orang-orang yang bahagia karena mendapat kasih karunia Tuhan. Abraham bukan hanya sebagai bapa orang beriman, tetapi juga sekaligus "sahabat Allah". Bahkan Daud, seorang yang sangat memelihara hubungan dengan Tuhan, yang hati Tuhan berkenan kepadanya.
Abraham mencapai umur panjang dan hidupnya diberkati oleh Tuhan (Kejadian 24: 1). Dalam salinan bahasa Batak Toba, disebutkan: "Alai nunga ubanon Si Abraham, nunga sahat sarimatua ibana, jala na pinasupasu ni Jahowa do Si Abraham di sasudenai."

Karena itu kita harus mengikut jejak iman Abraham yang begitu mengasihi Tuhan, bahkan sampai mengorbankan Ishak, anak yang dikasihinya. Kepada gereja, Israel rohani, mereka yang telah dibaptis dan mengenakan Kristus dijanjikan berkat Abraham. Dalam Galatia 3:29 disebutkan: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."

Ishak mencapai "saur matua"

Ternyata Ishak melebihi ayahnya. Kalau Abraham mencapai umur 175 tahun (Kejadian 25:7), Ishak mencapai 180 tahun (Kejadian 35:28). Bahkan Ishak dicatat Alkitab mencapai predikat "saur matua". Dalam Alkitab bahasa Batak Toba disebutkan: "Dungi tos ma hosa ni si Isaak, jala mate ibana saur matua, jala mahap di hangoluanon, gabe dipapungu ma ibana tu angka ompuna jala ditanom si Esau dohot si Jakob, angka anaknai, ibana." (1 Musa 35:29)

Abraham memang lama beroleh keturunan. Dan justru setelah Sarah meninggal, ia menikah dengan Ketura dan memperoleh enam anak lagi: Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah (Kejadian 25:2). Jadi kemungkinan besar ketika ia meninggal anak-anaknya dari Ketura masih ada yang belum menikah, sehingga hanya mendapat status "sarimatua".

Namun Ishak, anak yang dijanjikan itu beroleh hanya dua anak, tetapi kembar, yaitu: Yakub dan Esau. Namun dari Yakub dan Esau yang telah menikah ia beroleh banyak cucu. Dari Yakub saja ia beroleh 13 cucu (12 lelaki dan 1 perempuan). Karena itu Ishak mendapat status "saur matua".

Hidup untuk berbuah, menjadi kesaksian

Rasul Paulus kepada jemaat Filipii mengatakan: "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus, itu memang jauh lebih baik tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu." (Filipi 1:21-24)

Memang kematian orang yang dikasihi Tuhan berharga, namun kalau hidup kita memberi buah bagi orang lain itu menjadi lebih berguna kalau kita panjang umur. Karena itu hidup tidak boleh disia-siakan, berbuat baik sebanyak mungkin selagi hidup!

Hidup yang dianugerahkan dengan umur panjang juga harus menjadi kesaksian, bahwa Tuhan memberkati orang benar, bahkan masih produktif, segar di usia tua (Mazmur 92:13–15), bahkan Tuhan masih menyiapkan pesta dengan indah (Mazmur 23:5 – BIS).

Kita harus mampu menjadi anggur kesukaan Tuhan sehingga mampu menahan embun kemurahanNya mengaliri hidup kita.

Kematian yang mulia

Ada orang tertentu yang harus meninggal dengan cara "martir" atau "syahid": mati demi mempertahankan iman atau keyakinan. Jenis kematian ini tidak dapat dimiliki semua orang, hanya kepada orang yang ditentukan Allah.

Di zaman penindasan atau aniaya gereja mula-mula, rasul-rasul, pemberita Injil, bahkan orang percaya banyak yang mati syahid karena Firman Allah dan kesakisan yang mereka miliki, dengan terang-terangan membela imannya sampai mati. Tokoh martir yang terkenal di zaman Paulus adalah Stefanus.

Para kaum martir mungkin tidak bisa lagi berbuat apa-apa, tetapi darahnya tetap "berteriak" menuntut pembalasan. Rasul Yohanes dalam penglihatannya melihat hal ini: "Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?"" (Wahyu 6:9-10)

Tentu kita tidak meminta untuk menjadi mati syahid, karena hal itu sudah ditentukan oleh Allah sendiri (Wahyu 13:10). Namun kita juga harus siap apabila mati syahid atau menjadi martir, karena kita menerima kematian yang mulia di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia.