Bible Text: Yohanes 1:14

Oleh dosa, kita manusia seharusnya binasa. Namun karena kasih Allah, Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal sehinga kita berlayak menerima hidup yang kekal. Dalam bahasa Yunani kata karunia ini disebut “kharis” yang definisnya adalah: pemberian dari atasan mengalir kepada yang bawahan, yang seharusnya tidak patut atau tidak layak untuk menerimanya. Bahkan begitu Allah mengasihi kita Ia memberikan karunia itu bersama dengan pemberinya, yaitu Yesus sendiri. Roma 8:32 menyebutkan: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia.”

Yesus, karunia Allah yang terbesar

Banyak orang berpikir bahwa Yesus dikaruniakan bagi kita supaya kita selamat dan dosa kita diampuni. Namun bukan hanya itu saja, di dalam Yesus kita memperoleh segalanya sesudah kita diselamatkan. Karena itu sebelum naik ke surga, Ia memberikan Roh Kudus bagi kita untuk memperoleh seluruh yang dijanjikan bagi kita yang percaya. Dalam 2 Korintus 5 : 5 disebutkan: “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.”
Namun Allah ingin supaya firman-Nya atau perkataan-Nya tinggal di dalam hati kita, karena itu Roh Kudus diberikan supaya kita juga dapat mengingat semua janji dan firman-Nya, sebagaimana yang tertulis dalam Yohanes 14 : 26, “ … tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Kasih karunia yang dilimpahkan Allah bagi kita menngalir terus menerus, secara bertahap sepanjang hidup kita (Yohanes 1 : 16).

Kasih mesra

Allah menghendaki umatNya juga dilimpahi kasih mesra. Berawal dari setiap pasutri dan keluarga, mengalir kepada tetangga, masyarakat, gereja dan negara. Pesan ini secara khusus disampaikan kepada jemaat di kota Efesus lewat rasul Paulus: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4 : 32).

Dalam ayat sebelumnya Rasul Paulus memberi tips agar kemesraan dapat bertahan, yaitu dengan membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

Kasih persaudaraan

Allah juga menginginkan kita memelihara dan mengembangkan kasih persaudaraan (Ibrani 13 : 1). Karena itu kita tidak hanya beribadah di hari minggu, tetapi juga dalam Ibadah Keluarga atau wadah pelayanan, supaya kita makin mengenal dan dikenal satu dengan yang lain. Dalam ayat selanjutnya, kepada orang Ibrani, Paulus berpesan supaya kasih persaudaraan dapat bertahan dan bertumbuh, harus rajin untuk memberi tumpangan kepada teman seiman, karena tanpa kita sadari kita telah menjamu malaikat-malaikat.

Kasih sayang (cinta)

Ester, yang hidup di bawah asuhan Mordekhai dapat tampil di hadapan Raja Ahasyweros sehingga menimbulkan kasih saying. Karena sebelumnya, ratu Wasti menolak menghadap menurut titah raja untuk memperlihatkann kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar. Tindakan ratu Wasti dipandang jahat karena dapat membuat para istri tidak mau tundyuk kepada suami, sehingga ratu Wasti dibuang.
Namun Ester yang disebut juga Hadasa, yang hidup di bawah asuhan ayah angkatnya Mordekhai, menuruti nasihat dna peraturan istana sehingga dipandang sangat baik oleh Raja Ahasyweros dan menimbulkan kasih sayangnya (Ester 2 :9).

Mengalir kepada pribadi dan profesi

Kasih Allah yang dikarunikan kepada kita, akan membuat kita juga untuk dapat mengasihi orang lain. Sifra dan Pua, bidan di Mesir tidak mau membunuh bayi orang Ibrani karena takut akan Allah dan menjunjung etika profesi. Tuhan juga melimpahkan kasih
karunia kepada bidan-bidan ini dan membuat mereka berumat tangga dan mendapatkan keturunan.

Mengalir sampai kepada anak dan cucu

Ada perjanjian Tuhan yang indah bagi orang yang beribadah dan mengasihi Tuhan dengan sungguh. Dalam Mazmur 37 : 25-26, raja Daud memberi kesaksian: “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.”

Karena itu setiap pasutri harus sejak dini berdoa dan memberkati anak-anak. Kebanyakan orangtua hanya memarahi dan membentak anak-anak, sehingga mereka memberontak. Namun orangtua harus hidup benar dan beribadah agar anak-anak juga hidupnya menjadi berkat, tidak membuat berat orangtua.

Orangtua juga harus menjauhkan diri dari pola hidup tidak sehat agar dapat melihat anak-cucu, sehingga kalau dipanggil oleh Tuhan mendapat kebahagiaan, keraena berbahagia dan berharga kematian orang yang dikasihiNya ( Mazmur 116 : 5).