Bible Text: Yohanes 2 : 1-5

Bagi orang Yahudi, usia 30 tahun dianggap telah dewasa dan dapat melakukan pekerjaan jabatan seperti di dalam Kemah Pertemuan (Bilangan 4:23). Pada usia ini juga Yesus dibaptis sebagai tanda ketaatan pada hukum Tuhan dan menggenapkan seluruh kehendak Allah dalam diri-Nya (Matius 3:15).

Pelayanan perdana Yesus atas pernikahan / rumahtangga

Yesus sangat menghargakan pernikahan dengan menghadiri dan mencukupkan kekuarangan anggur pada pesta pernikahan di Kana, Galilea. Inilah pelayanan perdana Yesus.

Mujizat Yesus atas keluarga yang baru di Galilea terjadi pada hari ketiga. Pada hari pertama Yesus dibaptis (Yohanes 1:29-34), dan keesokan harinya Ia memilih murid-muridNya untuk pelayanan (Yohanes 1:35-51).

Keluarga bukan hanya rencana atau program sepasang manusia yang sedang dilanda cinta untuk berumahtangga, lebih jauh dari itu: pernikahan adalah program Allah. Dan di akhir zaman setan ingin merusak program ini dengan menggoda manusia lewat perzinahan, selingkuh dan ketidaksetiaan pada pasangan.

Pernikahan dirancang, diprogram Allah untuk berbahagia

Allah menjadikan manusia pada hari ke-6 sebelum Ia beristirahat pada hari ke-7. Allah melihat ada hal yang kurang dalam karyaNya dan melihat Adam sendirian tanpa teman, tidak seperti mahluk lain yang mempunyai pasangan. Adam juga kesulitan sendirian untuk menamai binatang hutan dan burung di udara yang dibawa Tuhan kepadaNya (Kejadian 2:19). TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:18).Tak heran, sebagian kaum bapa kesulitan membuatkan nama untuk anaknya dan minta pertolongan isteri atau kaum keluarga yang lain.

Ternyata bukan hanya gereja yang menginginkan pernikahan yang bahagia. Negara kita juga mengatur UU tentang Perkawinan yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1974. Dalam Pasal 1 disebutkan: Pernikahan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Selanjutnya dalam pasal 2 disebutkan: Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

Karena itu setiap orang harus menghargakan dan memuliakan pernikahan dalam hidupnya. Dalam rumahtangga sangat diharapkan suami mengasihi Tuhan, mencintai isteri dengan setia,tidak boleh berlaku kasar terhadap isteri (Kolose 3:19) isteri tunduk kepada suami sebagaimana suami tunduk kepada Tuhan (Efesus 5:22), anak-anak patuh dan hormat kepada orangtua agar hidup berbahagia dan panjang umur (Efesus 6:1).

Pernikahan yang bahagia mencerdaskan para pria

Sebuah penelitian baru menemukan bahwa pria yang telah menikah dan bahagia dengan pasangannya yang setia didapati lebih cerdas. Ya, keterampilan mereka dalam memecahkan masalah lebih baik. Penelitian itu juga mendeteksi bahwa hubungan suami isteri yang terikat dalam pernikahan yang sah mengurangi tingkat depresi dan meningkatkan fungsi kognitif di dalam otak.

Seorang peneliti dari University of Amsterdam, Dr. Jens Foster menemukan para pria yang menikmati hubungan intim yang baik dengan isteri ternyata didapati lebih jago mengkritisi sesuatu persoalan dengan benar. Kesimpulannya pria yang berbahagia dalam pernikahannya akan lebih cerdas menghadapi persoalan hidup.
Ternyata pria bisa menjadi lebih cerdas, tajam pemikirannya dengan berinteraksi bersama isteri, sehingga lebih "smart". Bukankah raja Salomo pernah berkata: "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17).

Pekerjaan setan: merusak dan melarang pernikahan

Kalau Tuhan merancang kebahagian dalam pernikahan, sebaliknya iblis mau menghancurkan keluarga lewat dosa perzinahan, selingkuh bahkan melarang orang kawin.

Pada zaman nabi Daniel misalnya, ada raja yang akan berbuat sekehendak hati; yang tidak menghormati Allah dan berbuat kejam terhadap kaum wanita (Daniel 11:36-37). Di akhir zaman juga akan banyak ajaran sesat dari orang yang murtad, kemudian mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan, termasuk melarang orang untuk menikah (1 Timotius 4:3).

Pernikahan bisa "kekurangan" dan "kehabisan" anggur

Setiap pasutri harus menjaga agar tidak sampai terjadi kekurangan atau kehabisan anggur. Anggur adalah lambang sukacita, cintakasih yang tidak boleh hilang dalam keluarga. Dalam Pengkhotbah, raja Salomo menyebutkan: "Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu." (Pengkhotbah 10:19).

Karena itu isteri harus pandai mengelola keuangan supaya tidak sampai berhutang. Kita tidak bisa hidup hanya dengan memakan "cinta", perlu makanan yang meriangkan hidup, dan untuk itu perlu uang.

Demikianlah kasih dan sukacita juga harus ditumbuh kembangkan dalam keluarga, karena keluarga, pernikahan adalah gambaran kasih sayang Kristus kepada gereja (Efesus 5:28-32).