Bible Text: 1 Timotius 2:13-14

Adam adalah manusia pertama dijadikan Allah, dari segumpal tanah liat, yang kemudian dihembusi dengan nafas-Nya sendiri. Barulah kemudian Hawa dibangun dari tulang rusuk Adam ketika manusia pertama itu sedang tidur. Setan dalam rupa ular tidak datang kepada Adam, tetapi kepada Hawa. Karena setan juga mengetahui bahwa kalau Adam tidak akan tergoda, karena ia mengetahui dan langsung mendapat amanat dan larangan mengenai pohon yang di tengah-tengah taman Eden itu.

Diawali dari pembicaraan (dialog)
Hawa tergoda dalam rayuan si ular diawali dengan sebuah pembicaraan. Setan juga tahu apa yang difirmankan Allah kepada manusia, dan ia berusaha menggoda dengan memutarbalikkannya. Pembicaraan itu diawali oleh ular dengan mengatakan, "Tentulah Allah berfirman: "Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"" Iblis berusaha memutarbalikkan Firman Allah. Padahal Allah telah berfirman bahwa semua pohon dalam taman itu boleh dimakan dengan bebas, kecuali pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, tidak boleh dimakan buahnya (Kejadian 2:16-17). Hawa juga menambah-nambahi apa yang dikatakan Allah, yang tentunya disampaikan oleh Adam, suaminya itu. Sudah hal yang lumrah, kalau pesan yang disampaikan kepada orang ketiga akan bertambah. Hawa mengatakan bahwa pohon pengetahuan itu bukan hanya tidak boleh dimakan buahnya, tetapi diraba saja tidak boleh. Dan dari percakapan ini setan mulai memasang perangkapnya, dan mulai membingungkan Hawa dengan mengatakan bahwa sesungguhnya kalau mereka makan buah pohon pengetahuan itu, mereka akan menjadi seperti Allah. Sebenarnya manusia sudah dijadikan menurut gambaran Allah (Kejadian 1:27). Tanpa memakan buah dari pohon pengetahuan itu, mereka telah diciptakan menurut gambar Allah. Hawa juga tergoda karena melihat buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.

Berhati-hati dengan perkataan
Sering tanpa kita sadari lewat perkataan, pembicaraan iblis sering memperalat kita untuk jatuh ke dalam dosa. Raja Salomo yang bijaksana itu menyadari hal ini, karena itu dalam salah satu amsalnya ia berkata, "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi" (Amsal 10:19). Perkataan pun dapat menjadi suatu dunia kejahatan apabila kita tidak dapat mengendalikannya. Dalam Yakobus 3:6 disebutkan, "Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." Jadi, apa yang harus kita lakukan dengan perkataan kita, supaya kita tidak berdosa? Raja Daud, seorang yang berkenan di hati Allah itu berkata, "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!" (Mazmur 141:3)

Bukan Adam yang tergoda, tetapi Hawa
Perangkap iblis lewat percakapan (dialog) dengan Hawa dilanjutkan dengan mata Hawa yang melotot dengan tak bergeming melihat buah dari pohon yang dilarang oleh Tuhan Allah untuk dimakan. Dan akhirnya ia pun tergoda dan memetik buah pohon itu, memakannya dan memberikannya kepada Adam, suaminya. Sebenarnya Adam sadar bahwa buah yang diberikan kepadanya itu tidak boleh dimakan. Namun karena Adam mengasihi Hawa, ia rela memakannya.

Apakah dosa itu?
Sering kita beranggapan bahwa dosa itu kejahatan seperti membunuh, mencuri, berzinah, dll. Namun sebenarnya arti dosa itu amat luas. Dalam bahasa aslinya (Yunani), untuk menjelaskan tentang dosa, dipakai beberapa kata, antara lain:

hamartia: lari dari tujuan atau sasaran semula dan tidak mencapai tujuan. Allah sebenarnya merancang Adam dan Hawa untuk menjadi pengusaha yang mengatur Taman Eden, tapi karena mereka lari dari tujuan semula, akhirnya harus diusir dari Taman Eden dan mendapat ganjaran dari dosa mereka.
anomia: melanggar hukum, ketentuan, norma yang berlaku. Karena itu kita juga harus menaati peraturan berlalulintas, hukum adat, termasuk juga etika berpakaian, berbicara, dlsb.
asebia: melawan atasan, tidak taat kepada pimpinan. Melawan orang yang memimpin kita adalah dosa, karena itu anak-anak harus taat kepada orangtua, murid kepada guru, karyawan kepada majikan, rakyat kepada pemerintah.

Akibat dosa
Tak dapat dipungkiri, walaupun dosa diampuni tetapi akibat dosa tetap dirasakan. Hal yang pertama terjadi ketika manusia pertama berdosa adalah gangguan psikis, mereka merasa takut, sudah menyembunyikan diri sebelum diadili (Kejadian 3:8). Dalam Yesaya 57:20 dikatakan bahwa orang berdosa (fasik) itu tidak dapat tenang. Konsekuensi dosa juga adalah hukuman. Karena ular adalah yang pertama bersalah, maka ular dikutuk di antara segala ternak: dengan perutnya ia akan menjalar dan debu tanah menjadi makanannya seumur hidup (Kejadian 3:14). Disusul hukuman kepada Hawa yang mendengarkan perkataan si ular, Hawa diberi hukuman susah payah waktu mengandung, dan dengan banyak kesakitan ketika akan melahirkan anak (Kejadian 3:16), dan kepada Adam diberi hukuman untuk bersusah payah dalam mencari rezeki dari tanah seumur hidup dan dengan berpeluh untuk mencari makan (Kejadian 3:17-18). Setelah Kain membunuh Habel, akibat dosa tanah tidak lagi memberikan hasil sepenuhnya (Kejadian 4:12).

Yesus datang untuk membebaskan kita dari dosa
Untuk membebaskan manusia dari dosa, maka Yesus datang ke dunia. Oleh dosa, maut menjadi bagian manusia, tetapi syukur oleh anugrah Allah yang telah mati di kayu salib, kita beroleh anugerah untuk mendapat hidup yang kekal (Roma 6:23). Lewat kebangkitan Yesus atas kuasa maut, kita dilahirkan kembali menjadi manusia baru yang berpengharapan (1 Petrus 1:3). Kedatangan Yesus juga memupus segala kekuatiran kita. Berita pertama yang disampaikan oleh para malaikat kepada para gembala di padang Efrata adalah, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:10).