Bible Text: 2 Timotius 2:1-7

Kuat oleh kasih karunia Yesus artinya kita berada dalam Kristus Yesus, menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17), yang dipenuhi dengan Roh Kudus, sehingga roh, jiwa dan tubuh kita dibaharui. Dengan demikian Roh Kuduslah yang memimpin hidup kita, memberi kekuatan. Ada hal yang indah jika kita berada dalam Kristus. Dalam Yohanes 15:7 disebutkan, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Orang yang sudah berada dalam Kristus menjadi kuat, dapat mengalahkan kekuatiran yang menimpa hidup.

Firman Tuhan harus disebarkan, diberitakan dengan "estafet"
Rasul Paulus menasihatkan kepada Timotius agar apa yang ia dengar dari Firman Allah untuk disampaikan kepada orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Artinya kita tidak boleh puas menerima Firman Allah yang sudah kita dengar, yang sudah kita alami atau rasakan untuk diberitakan kepada orang lain, yang dapat dipercaya dapat memberitakannya pula kepada banyak orang. Mungkin tidak semua kita dapat berkhotbah di mimbar, tetapi lewat hidup kita yang berbuah, sikap hidup yang baik, kita menjadi "surat yang terbuka" yang dapat dibaca oleh orang lain.

Rasul Paulus memberi contoh atau teladan dalam berjuang dan menderita yang ada dalam diri prajurit, olahragawan (atlet), dan petani. Untuk menjadi orang Kristen dan murid Kristus kita harus siap menderita, memikul salib. Dalam Lukas 14:27 disebutkan, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Intinya, setiap orang yang mau mengikut Kristus harus memikul salibnya setiap hari (Lukas 9:23). Mungkin salib kita masing-masing berbeda-beda, tetapi haruslah dipikul setiap hari.

Menderita sebagai prajurit yang baik bagi Kristus
Rasul Paulus menjelaskan bahwa seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan diri dengan soal-soal penghidupannya, tetapi yang terpenting adalah bagaimana ia menyenangkan komandannya. Bila prajurit bertempur, mereka biasanya dibagi dalam 3 lapisan, barisan paling depan adalah barisan penyerang, barisan tengah (penyangga) yang diisi oleh para sniper, dan barisan belakang yang siap menembak siapapun yang mundur. Sebagai prajurit kita tidak boleh berjalan mundur, tetapi harus maju terus, pantang menyerah sekalipun menghadapi bahaya maut. Mengapa kita harus maju terus dan tidak boleh mundur? Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?"

Bertanding seperti seorang olahragawan
Olahragawan (atlet) harus memiliki sportivitas, mau menuruti aturan pertandingan olahraga. Betapapun hebatnya prestasi seorang atlet tetapi bila melanggar peraturan pertandingan, dia kena ganjaran atau hukuman. Seorang atlet juga dituntut untuk mempunyai disiplin yang tinggi dalam latihan, karena tanpa latihan yang disiplin prestasinya bisa menurun bahkan gagal. Demikian juga secara rohani kita harus mendisiplinkan diri dalam beribadah, berdoa, bernyanyi, dan sebagainya. Kata disiplin berakar dari kata "disciple" yang berarti murid. Seorang murid dituntut untuk dapat berdisiplin tinggi supaya bisa naik kelas, naik tingkatan pengetahuan dan akhlaknya. Seorang olahragawan juga harus berjiwa besar, sportif, mau mengakui kesalahan. Banyak orang tidak dapat mengakui kesalahan meskipun sudah jelas berbuat salah.

Bekerja keras seperti seorang petani
Seorang petani adalah salah satu contoh, teladan dalam bekerja keras sehingga dapat menikmati hasil usahanya. Hal yang paling mutlak dan harus dilakukan petani adalah menabur benih. Ia juga harus tekun menyiram, memberi pupuk, menyiangi, dan merawat tanamannya. Lewat kerja keras dan ketekunan itulah petani dapat menikmati hasilnya, apa yang diharapkannya dari yang dikerjakannya menjadi kenyataan. Demikian juga kita secara rohani harus dapat menabur benih di ladang-Nya Tuhan. Banyak yang dapat kita tabur, lewat pemberian, perhatian yang semuanya akan kita nikmati karena apa yang kita tabur akan kita tuai kemudian. Namun hal yang terpenting adalah kita memiliki pengharapan abadi, yaitu hidup yang kekal, sebagaimana tersurat dalam Titus 3:7, "supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita."