Bible Text: Lukas 10:17-20

Seringkali kita manusia membanggakan prestasi yang kita raih. Kelompok tujuh puluh murid memberi laporan kepada Yesus bahwa mereka telah berhasil mengusir setan dan setan-setan takluk kepada mereka. Namun Yesus tidak memuji, bahkan menegur mereka. Prestasi yang kita dapatkan tidak perlu dibangga-banggakan, tetapi direspons dengan ucapan syukur bahwa semuanya hanya karena anugrah Tuhan. Kita patut bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki, tetapi sukacita yang paling penting adalah apabila nama kita sudah terdaftar di sorga. Mengapa? Karena masuk tidaknya seseorang ke dalam sorga ditentukan oleh ada tidaknya namanya tercatat dalam Kitab Kehidupan. Yang tercatat namanya dalam Kitab Kehidupan itu adalah orang yang telah diselamatkan, telah mengalami kelahiran baru. Sama seperti akte kelahiran di catatan sipil, hanya mereka yang telah lahir namanya ada terdaftar di sana. Tidak akan ada janin yang masih usia beberapa bulan dalam kandungan yang boleh didaftarkan. Demikian jugalah secara rohani, hanya orang yang telah mengalami kelahiran baru dan beroleh keselamatan yang terdaftar di sorga.

Bagaimana seorang yang lahir baru?
Tanda seorang bayi telah lahir ke dunia adalah "menangis". Orang yang telah dilahirkan baru akan menangisi hidupnya yang penuh dosa dan karena itu ia tidak suka berbuat dosa lagi karena Firman Allah telah memproses memperbaharui hidupnya

Sikap kita dalam mendengar Firman Allah sangat menentukan pertumbuhan iman kita. Dalam Lukas 8:18 disebutkan, "Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kapadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." Mempunyai apakah yang dimaksud dalam ayat tersebut? Mempunyai tanggapan terhadap Firman Allah! Lidia adalah seorang yang diselamatkan dan memiliki iman yang bertumbuh karena sikapnya yang sangat responsif terhadap pemberitaan Injil yang disampaikan oleh Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 16:13-14). Bahkan iman Lidia dapat ditransfer kepada seisi rumahnya, lewat kehidupannya yang baik, taat beribadah, dan hidup saleh, sehingga ia dibaptis bersama dengan seisi rumahnya. Bukan itu saja, ia juga berbaik hati untuk mengajak Rasul Paulus menumpang di rumahnya.

Lahir baru harus dilanjutkan dengan hidup baru
Tidak setiap bayi yang lahir dapat bertahan hidup. Ada bayi yang hanya hidup hitungan jam, hari, bulan bahkan banyak yang meninggal dalam usia batita dan balita. Mengapa ada bayi yang meninggal? Kebanyakan kasus seperti ini disebabkan oleh gizi buruk. Banyak juga bayi-bayi rohani yang kemudian mati karena mereka tidak hidup dalam kebenaran Allah, tidak haus akan Firman Allah, melakukan dosa sehingga "mati" secara rohani, atau bagaikan bayi yang terus dalam kandungan dan tidak pernah dilahirkan. Paulus mengingatkan kepada jemaat di Efesus untuk menanggalkan perbuatan daging agar mereka tidak mati secara rohani. "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:20-24)

Karena itu sebagai manusia rohani kita memerlukan suplai gizi yang cukup agar tidak mati secara rohani. Kepada bayi yang baru lahir perlu ASI supaya mereka bertumbuh cerdas dan sehat. Demikian jugalah secara rohani juga kita perlu air susu yang murni, yaitu Firman Allah, supaya kita bertumbuh dan beroleh keselamatan (1 Petrus 2:2). Kita harus senantiasa rindu dan haus kepada Firman Allah, karena oleh Firman, kehidupan kita ditopang.

Bertumbuh menjadi "manusia Allah" (the man of God)
Kepada anak rohaninya Timotius, Rasul Paulus menasihatkan: "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan" (1 Timotius 6:11). Kita bukan hanya menjadi umat Allah, tetapi juga adalah "manusia Allah" yang hidupnya telah dibaharui sehingga tidak lagi sama dengan manusia duniawi. Dalam ayat sebelumnya (1 Timotius 6:10), Rasul Paulus menekankan agar jangan menjadi hamba uang, orang yang cinta uang, karena orang yang memburu uang sehingga melupakan ibadah akan menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Apa saja yang harus kita kejar sebagai manusia Allah?

Mengejar keadilan
Anak-anak Tuhan harus hidup dalam keadilan, kebenaran Firman Allah bukan seperti apa yang dikatakan dunia. Kalau kita menempatkan Allah sebagai yang utama, hal-hal lain akan ditambahkan kepada kita (Matius 6:33).
Mengejar ibadah
Kita tidak boleh larut terus dalam pekerjaan tanpa beribadah. Tuhan menetapkan 6 hari untuk bekerja dan 1 hari istirahat dalam seminggu, untuk beribadah secara khusus kepada-Nya. Mengapa kita harus mengejar ibadah? Dalam ibadah terkandung janji dan berkat Tuhan (Keluaran 23:25), bahkan umur panjang (Mazmur 90:10).
Mengejar kesetiaan
Kesetiaan yang utama terhadap Tuhan, kemudian kepada pasangan hidup, keluarga, karir atau profesi, dan terhadap sesama.
Mengejar kesabaran
Hidup ini tidak selamanya menyenangkan, kadangkala kita melewati masa yang sulit dan sukar, karena itu harus dijalani dengan kesabaran.
Mengejar kelembutan
Kita harus belajar menjadi orang yang lemah lembut, dapat beradaptasi dengan Firman Allah. Kepada orang yang lemah lembut Tuhan menjanjikan akan memiliki bumi, meraih berkat-berkat Tuhan dalam hidup kita (Matius 5:5).